"Ayo Ran. Gue anter lo pulang."
Alif telah selesai mengemasi barangnya, saatnya pulang ke rumah masing-masing!
Walaupun bel tanda pulang sudah sedari tadi berbunyi, Alif maupun Rani sama-sama tidak ingin pulang cepat, akhirnya mereka berdua memilih untuk menghabiskan waktu mereka dengan membentuk kelompok belajar yang akan membahas tentang materi baru yang akan dibahas keesokan harinya.
Ini bukan pertama atau kedua kalinya mereka memilih untuk pulang terlambat hanya untuk belajar kelompok, namun ini sudah menjadi yang kesekian kalinya bagi mereka. Jadi tidak ada alasan bagi kedua orangtua mereka untuk memarahi mereka karena pulang terlambat, sebab mereka pulang telat itu ada hasilnya, mereka selalu mendapatkan prestasi terbaik saat penerimaan rapor.
Tetapi yang menjadi pertanyaan di kepala Rani saat ini adalah bagaimana bisa Alif yang notabenenya rajin ini dan memiliki image yang baik di mata guru bisa terjerat ke dalam club motor sekolahnya?
Sebenarnya apa yang sudah Rani lewatkan sampai-sampai Alif bisa menjadi anggota—oh bukan. Menjadi ketua dari club menjerumuskan itu?
"Ran? Woi? Kok bengong sih? Ayo dah. Gue anterin pulang!" Alif membuyarkan lamunan Rani.
Rani melamun begini kan karena Alif! Memang karena siapa lagi?
"Iya iya bentar, gue beres-beres dulu. Lo kalau mau duluan ke parkiran gak papa. Duluan aja. Gue bisa nyusul kok. Lagian gue mau mampir ke eskul dance bentar, buat ketemu Olin. Ada yang harus gue diskusiin sama dia. Lo gak apa-apa kan nunggu gue agak 10 menitan?" Rani menjelaskan panjang lebar dengan wajah kusut yang terpampang jelas.
Alif mengangkat bahu, "Gue oke-oke aja. Tapi lo? Beneran gak papa gue duluan ke parkiran nih? Gue bisa kok temenin lo ke eskul dance daripada duluan ke parkiran."
"Gak. Gak papa. Gue bisa sendirian kok. Udah sana, lo duluan aja ke parkiran. Gue pasti nyusul lo kok, itu pasti! Kan gue pulangnya bareng lo," Usai berkemas Rani menyandang tasnya kemudian berlari keluar kelas menuju ruang eskul dance yang sedang latihan.
"POKOKNYA LO DULUAN AJA KE PARKIRAN LIF!"
"Hm."
Derap kaki Alif terdengar menjauhi ruang kelas. Seperti instruksi yang sudah Rani berikan, Alif akan menunggunya di parkiran sambil memainkan gim di ponsel sampai Rani selesai dengan urusannya.
Ugh. Alif benci dengan kata menunggu.
Dengan katanya saja Alif sudah benci. Apa lagi sampai harus melakukannya. Mungkin Alif benar-benar akan mengutuknya.
Sungguh.
🌻
Alif mengemut permen tangkai rasa coklat dengan mata fokus menatap layar ponsel yang masih menyala itu.
Sesekali Alif mengucek-ngucek matanya yang kemasukan debu. Kadang Alif terpaksa menghentikan gimnya akibat notif yang tiba-tiba muncul. Jujur hal itu menganggu Alif yang sedang berkonsentrasi penuh dalam bermain gim.
Yah namanya juga pengganggu, pasti datangnya selalu tidak melihat situasi maupun keadaan, datang pada waktu yang tidak tepat.
"Ck. Si Rani mau diskusi apa mau meeting sih? Lama amat perasaan, malah digigitin nyamuk lagi, ah sialan, andai tubuh nyamuk gak semikropis itu mungkin udah gue matiin duluan sebelum sempat ngegigitin gue," celetuk Alif yang sudah geregetan dengan kata menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Love * Tahap Perubahan
Novela JuvenilYou wrapped me in your arms it felt like home.