04 // Radeva

117 4 2
                                    

Seorang pemuda berambut light brown itu akhirnya berdiri setelah selesai memainkan piano dengan begitu hebat dan mengesankan berjuta-juta manusia.

Permainannya terasa sangat luar biasa, penuh penghayatan dan benar-benar hidup. Seperti sedang menyaksikan pianis terkemuka dunia yang lebih berpengalaman dan profesional, padahal umurnya baru 17 tahun. Pemuda ini layak untuk dipertimbangkan masa depannya.

Usai membungkuk kepada semua orang yang menikmati lagunya dan mau bangkit untuk memberikannya applaus dengan penuh semangat, lelaki itu terpaksa menyunggingkan sedikit senyuman kepada penonton sebagai bukti rasa syukur dan puasnya sebab sudah mau meluangkan waktu untuk menyaksikan dirinya tampil bersama piano kesayangannya di panggung yang luar biasa megah yang menghadirkan beberapa pianis terkenal dari berbagai negara yang baru saja naik daun seperti dirinya.

Kemudian barulah pemuda itu turun dari atas panggung yang begitu bersinar terang itu menuju backstage.

Tepat saat kaki pemuda itu menyentuh lantai backstage bersamaan dengan matanya yang tadinya melihat ke bawah kini jadi harus berpandangan dengan seseorang yang ia benci.

Backstage ini dirubah menjadi semegah dan sebagus mungkin menjadi tempat tamu-tamu VVIP menikmati penampilan pianis muda terkemuka dari berbagai dunia. Tentu saja bukan sembarang orang yang bisa bertemu secara langsung dengan pianis yang baru saja selesai menampilkan permainan pianonya di atas panggung. Hanya orang-orang tertentu pula yang bisa. Yang memiliki kekuasaan atau mungkin kekayaan. Atau bisa saja dua-duanya.

"Congrats my boyfriend!" Seseorang berteriak nyaring, membuat semua perhatian teralihkan padanya.

Mulai dari reporter sampai tamu-tamu VVIP, semuanya melirik ke asal suara tersebut. Pemuda itu sudah menduga saja hal ini pasti akan terjadi.

Mau ngapain lagi cewek gila ini koar-koar? Radeva memutar bola matanya. Gua gak kasar sama lo karena lo itu... Ugh. Menjengkelkan!

(Ilustrasi)

Perempuan itu berdiri dari bangku berjalan mendekati Radeva yang diam saja di tempat, menatap galak perempuan itu tanpa ampun. Tetapi karena perempuan itu sudah kebal dengan tatapan tak menyenangkan yang Radeva lontarkan, perempuan tersebut tetap melanjutkan langkahnya untuk sampai ke hadapan Radeva. Begitu sampai...

"Congrats, babe!" serunya dengan nada menjijikkan, membuat Radeva jadi merinding mendengarnya. Namun sebisa mungkin Radeva menahannya karena saat ini banyak reporter dan tamu-tamu VVIP yang sedang memperhatikan, Radeva harus menjaga sikap.

Dan sebisa mungkin Radeva memaksakan senyumannya. "Ah. Haha. Thanks." jawab Radeva asal, tidak mau berlama-lama.

Perempuan itu membuang jarak yang tersisa antara dirinya dengan Radeva. Membuat seluruh reporter heboh dan bersiap memotret mereka. Sedangkan tamu-tamu yang lain langsung menggosipkan mereka berdua.

"Lo tau lo gak boleh nolak ciuman gue kali ini kan?" perempuan itu berbisik dengan suara menyeramkannya.

Radeva mendengus. "Iblis?" Radeva balik berbisik.

"Yeah. Seperti yang lo bilang barusan. Gue iblis. Oke. Gue akui. Tapi gue ngelakuin ini buat bisa ngejadiin lo milik gue, Dev. Lo paham kan? Dan kalau lo gak suka. Siap-siap aja. Jadi lo ngerti harus gimana kan?" Perempuan itu mulai mengalungkan tangannya ke leher Radeva dan tersenyum ganjen pada Radeva. Nyaris membuat Radeva ingin muntah.

Nenek sihir ini selalu saja berhasil mengambil kesempatan dalam kesempitan. Radeva mau tak mau, sudi tak sudi, suka tak suka harus menurut dengan perempuan sadis itu kali ini demi nama keluarganya dan demi... Reputasinya.

Radeva tidak menanggapi. Dia diam saja namun dari ekspresinya sudah dapat disimpulkan kalau dia tidak suka diperalat seperti ini.

Namun faktanya, perempuan bernama Jina ini bisa melakukan apa saja yang dia inginkan, apapun yang menurutnya harus menjadi miliknya dengan cara memperalat orang tersebut.

Seperti saat inilah kira-kira.

"Tenang, Dev. Gue bakal mulai pelan-pelan kok buat ngelumat bibir lo. Gue bakal bikin lo terpesona dengan bibir gue. Lo gak bakal nyesel deh. Jadi, lo nikmati aja ya? Gue jamin lo bakal ketagihan," bisiknya sekali lagi.

Lo kata gosok-gosok berhadiah apa bikin ketagihan? Radeva benar-benar menyumpah serapahi perempuan jelmaan iblis itu dan mengutuknya berulang kali.

"So? Gue mulai ya Dev. Lo tahan aja. Gak bakal lama kok."

"Bacot!"

"Haha."

Secepat kilat bibir Jina menyatu dengan bibir Radeva. Tangan Jina menari-nari di tubuh Radeva, nakal meraba tubuh Radeva dari sisi satu ke sisi lainnya. Sedangkan Radeva terpaksa mengikuti keinginan Jina.

Jina bisa melakukan apapun yang dia suka jika mereka berdua sudah berada di lautan manusia seperti saat sekarang ini. Oleh karena itu Jina harus memuaskan dirinya bagaimanapun caranya. Jarang sekali Jina bisa mendapatkan momen-momen bagus seperti ini. Tentu saja Jina sangat bersemangat dan bergairah dalam melakukannya dengan Radeva. Dia harus membuat dirinya dan Radeva merasakan 'panas' walau barang sebentar. Jina butuh sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa membuat reputasinya melejit tak peduli apapun.

Sementara Radeva sudah gatel ingin mendorong perempuan ini jauh-jauh darinya karena berhasil mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan dari Radeva.

Radeva dengan senang hati menyimpan manis nama Jina di daftar blacklist-nya sampai kapanpun.

Cewek bar-bar sialan.

🌻

This Love * Tahap PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang