02 // Terkuak

203 8 2
                                    

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, datanglah seorang lelaki berseragam ke meja Rani dengan Alif.

Alif yang sedang berkemas langsung berhenti mengemas buku-bukunya di atas meja. Alif menoleh ke samping, ternyata Rani sedang tertidur. Tentu saja Alif tidak ingin siapapun menganggu Rani yang sedang terlelap itu. Mau doi Rani yang lagi nyamperin Rani sekalipun, Alif sama sekali tidak peduli. Karena yang terpenting bagi Alif adalah kenyamanan Rani.

Alif meraih jaket yang tergantung di bangkunya kemudian menyampirkannya ke tubuh Rani.

"Mau ngapain lo?" Alif bertanya ketus.

"Gue mau ngomong sama Rani," jawabnya dengan alis tertaut.

Alif tersenyum geli yang kemudian digantikan dengan senyuman smirk. "Gak liat lo Rani nya lagi bobo cantik? Buta ya lo?"

"Tapi gue butuh ngomong sama Rani sekarang juga!" sewot laki-laki itu.

"Ye anjing. Kek gak bisa nanti aja ngomongnya. Gak kasian apa lo liat dia hah?!" bentak Alif.

"Ya karena gue butuh ngomong sama Raninya itu sekarang. Bukan nanti!" Laki-laki itu menggebrak meja Alif.

Alif benar-benar ingin membunuh pria itu detik ini juga! "Goblok!"

"Eh aduduuh. Ada apaan sih kok ribut-ribut?" Rani mengucek-ngucek matanya. Penglihatannya masih kabur.

"Eh ini jaket lo Lip, kayanya gak sengaja gue ambil ya Lip?" Rani mengambil jaket yang tersampir di punggungnya. Alif
menatap nyalang pemuda yang tersenyum kepadanya. Alif kesal, alhasil tangannya juga ikut membentur permukaan meja karena keinginannya.

Lantas hal itu membuat Rani sempat terkejut. Sebab Alif yang Rani kenal itu jarang sekali mengekspresikan emosinya lewat kekerasan. Mungkin bagi Rani ini pertama kalinya.

Bahkan seorang Rani pun tidak tahu bagaimana kehidupan Alif yang sebenarnya. Bagaimana Alif menjalani kehidupannya tanpa sepengatahuan orang lain. Alif seperti kucing hitam yang lihai mengelabui dan menipu semua orang.

"Babi sialan! Gue matiin beneran lo!"

Setelahnya Alif berlalu meninggalkan kelas yang memang sudah senyap menjadi tambah senyap, entah mau pergi kemana Rani tidak tau. Alif pergi usai mengatakan seruan tidak biasa itu.

Dan sekarang tinggallah Rani dengan pemuda menyebalkan yang berhasil memancing amarah Alif.

Rani menyipit curiga menatap pemuda yang juga sedang balik menatapnya.

Rani tidak bisa menaruh kepercayaannya pada pria itu setelah apa yang sudah ia perbuat kepada Alif.

"Lo apain Alif, Dil?" Rani to the point menginterogasi Fadil.

Fadil mengerutkan kening. "Gue gak ngapa-ngapain Alif, Ran."

"Bohong!" ketus Rani. "Kalau lo gak ngapa-ngapain Alif kenapa Alif bisa sampai emosian kaya gitu? Alif yang gue kenal bisa nahan emosi!"

Fadil heran. "Lah? Lo ngaco ya Ran? Lo ngereceh kan? Alif emang dari jaman SD dulu udah badung kali. Kemana aja lo Ran? Bukannya lo sahabat terdekatnya ya?"

Rani diam saja dengan tatapan tak bisa berpaling menatap nyalang Fadil yang sedang berbicara omong kosong. Sebenarnya apa sih yang sedang terjadi? Apa yang sudah Rani lewatkan?

"Bohong! Alif gak kaya gitu! Lo yang lagi ngaco kan Dil? Gak usah ngelantur deh lo!" Rani berusaha membela dirinya, seolah menutup telinganya rapat-rapat dari kebenaran yang sudah ia lewatkan.

Atau yang sengaja ia lewatkan...?

"Berarti lo yang belum kenal Alif itu sebenarnya kaya gimana Ran!"

This Love * Tahap PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang