Chapter 16

245 34 9
                                    

Aku menguap sekali lagi dan menyenderkan kepalaku di pundak Hars yang dari tadi memainkan ponselnya, sambil sesekali memainkan rambutku dengan satu tangannya. Well, kami kebetulan berada di kelas yang sama, kelas biologi yang membosankan.

Ms. Ailen terus mengoceh tentang hal yang sebenarnya juga tidak kumengerti. Aku bahkan sama sekali tidak menangkap apa yang dari tadi ia bicarakan. Jika pun ada satu kata yang kutangkap dari penjelasannya yang sepanjang Sungai Amazon, kata itu hm– gamet. Entah kenapa aku dari tadi hanya mendengar ia menyebutkan kata gamet.

"Okey class, siapkan bolpoin dan kertas kalian karena akan ada kuis lima menit lagi." Kali ini aku menangkap seluruh kalimatnya, dan tentu saja hal itu membuatku mengaduh kesal, sama halnya dengan seluruh isi kelas –mungkin tidak seluruh kelas, tentu saja para nerd tidak mengeluh dengan kuis dadakan ini, karena mereka pasti sudah belajar sebelum pelajaran berlangsung– typical nerd. Lagi pula siapa juga yang senang saat kau diberi kuis mendadak di hari terakhirmu sekolah? Apa lagi libur musim dingin. Yang benar saja, aku bahkan lebih memilih berdiam diri di kamar dan menonton Netflix.

"Kau tadi menyimak?" Suara lelaki berambut ikal ini menarikku kembali dari hayalanku. Lantas, aku menggelengkan kepalaku sembari memperlihatkan deretan gigiku.

"Cepat pelajari, bodoh. Aku mencatatkan ini untukmu. Lihatlah betapa baiknya kekasihmu ini, Samantha." Ia menyodorkan iPhonenya seraya membanggakan diri.

"Dasar tukang pamer." Aku memutar mataku, tapi setelahnya aku juga membaca notes yang ia ketik. Jadi dari tadi, ia bermain ponsel untuk mencatat apa yang si guru biologi jelaskan dari tadi.

"I am. Aku memang suka memamerkan betapa bahagia dan beruntungnya aku memilikimu." Godanya aku hanya memukul lengannya dan menarik kepalaku dari pundaknya setelah mengambil ponselnya. Sedangkan ia malah tertawa.

Belum ada satu bulan aku berpacaran dengannya. Ingat waktu ia datang berkunjung ke rumahku saat badai salju? Itu kejadian dua minggu lalu, yang berarti aku baru menjalin hubungan dengannya dua minggu.

Kuis berjalan selama lima belas menit, dan ternyata aku bisa mengerjakannya. Begitu pula dengan Harry. Aku tidak tahu dia menyalin jawabanku atau tidak, karena sebenarnya aku juga tidak begitu peduli.

"Kau mau ke kantin atau?"

"Aku mau mengisi perutku. Jadi bisakah kita ke lapangan?"

"Kau mau memakan bola basket? Atau mau memakan pom-pom yang biasa kau gunakan untuk latihan cheers?" Tanyanya lalu ia tertawa sedangkan aku menatapnya datar dengan tangan yang kusilangkan di depan dadaku.

"Oke oke, sassy queen. Aku menyerah. Ampuni aku, kumohon ..." Suaranya dibuat-buat seperti orang bersalah yang berharap diberi pengampunan, tapi sedetik kemudian ia lanjut tertawa. Dasar idiot.

"Walaupun aku idiot, tapi tetap saja kau mencintaiku bukan?" Godanya lagi sambil menaikan turunkan kedua alisnya lalu merangkul dan mencium pipiku yang membuatku menggerang kesal karena menjadi pusat perhatian.

"Ew! PDA!" Kami bersamaan menoleh ke sumber suara, Niall dan Nadine. Oh ya, Niall berusaha move on dari Selena, mungkin ia sadar bahwa dia dan Elle tak ditakdirkan bersama. Tragis sekali kau, poor Niall. Niall dan Nadine baru saja menjalin hubungan 5 hari yang lalu, you can tell they're hot couple.

"Kau iri pada kami kan? Mengakulah, perut karet!" Balas Harry yang tak kunjung melepaskan rangkulannya sembari menjulurkan lidahnya, sedangkan Niall mendengus disertai Nadine yang terkekeh.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang