Chapter 8

367 56 13
                                    

Kurebahkan tubuhku di kasur kesayanganku sedangkan Selena sedang menonton serial terakhir The Vampire Diaries di sofa sambil memakan chipsnya dan sekotak tissue dipangkuannya. Setelah beberapa saat, akhirnya kuputuskan untuk berendam air hangat mengingat besok pembelajaran ditiadakan karena ada rapat guru.

"Mau kemana kau?" tanya Selena mengalihkan pandangannya dari layar. Bisa kupastikan ia akan menangis lebih lagi habis ini.

"Mengambil jus apel di dapur, lalu berendam di kamar mandi," jawabku di ambang pintu setelah menyiapkan bathrobe dan iPhoneku di kamar mandi. Ia menanggapi jawabanku dengan anggukan dan kembali fokus ke layar televisinya atau lebih tepatnya televisiku.

Aku memasukkan bathbomb stroberi kesukaanku ke dalam bathtub, lalu melepas semua pakaianku dan mengikat rambutku menjadi messy bun. Belum sempat aku masuk ke dalam bathtub, terdengar ponselku berdering. Tanpa melihat caller id, aku langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Halo girl. How are you?" oh ternyata Dad.

"Hey Dad, yeah I'm totally fine. How about you?"

"Kami baik-baik saja. Um listen hun, apa kau tidak keberatan jika dad dan mom pulang dua bulan lagi?" tunggu, apa? Dua bulan lagi?

"Dua bulan lagi, dad?" tentu saja aku terkejut! Bukan apa, tapi tak biasanya dad mengulur pekerjaannya selama ini karena dad itu orang yang tanggung jawab sekali.

"Ya. Maafkan kami, tapi kami ada beberapa urusan mendadak yang penting," aku dapat mendengar suara helaan nafas dad di seberang sana. Aku tak boleh egois, mereka bekerja juga untuk membiayaiku.

"Yeah, baiklah aku mengerti,"

"Really? Jika memang kau keberatan, dad akan membatal-"

"No, no it's okay. Aku hanya kaget saja tadi. Apa mom di sana?"

"Yeah, tapi dad rasa mom tertidur,"

"Uh–okay no need to wake her up. Aku merindukan kalian,"

"Kami juga. Okay i gotta go, girl. Promise me you'll take care yourself, ok?"

"Of course i will. You too dad. Okay, dah!"

"Dah sweetheart, we love you,"

"Love you too," dengan itu aku mengakhiri percakapanku dan dad. Ditinggal untuk dua bulan ke depan, apakah itu termasuk berat?

Menutup mataku dan merenggangkan otot-ototku di dalam bathtub berisi air hangat, hanya ini yang bisa kulakukan saat ini. Tanpa sadar tanganku mengetikkan sebuah pesan ke salah satu recent contact, dan tersenyum saat mendengar suara notification yang menandakan pesan masuk, yang tak lain darinya.
--

Author's POV

Laki-laki itu sedang bercengkrama dengan kakaknya sebelum sebuah suara notification menginterupsi mereka berdua. Ia segera melihat alasan yang membuat ponselnya berbunyi. Senyumnya merekah saat melihat nama si pengirim pesan itu.

Kakaknya yang berada di depannya tentu saja menjadi bingung karena melihat adiknya tiba-tiba tersenyum. Lagi pula ia yakin jika itu dari teman adiknya, sekarang adiknya pasti sudah menunjukkan langsung padanya dan berkata betapa bodohnya temannya, setelah itu ia tertawa bersama adik kesayangannya, seperti yang biasanya mereka lakukan.

Ia yakin bahwa adiknya mendapat pesan bukan dari temannya, tetapi dari orang yang spesial bagi adiknya. Sebuah nama terlintas dipikiran kakaknya dan pada kenyataannya, memang nama itulah yang membuat adiknya tergila-gila.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang