Chapter 23

173 19 7
                                    

"Ah fuck," umpatku sekali lagi, bersamaan dengan datangnya Zayn. Yeah, hanya Zayn, kurasa mereka tidak berangkat bersama.

"Ada apa?" tanyanya berbisik pada Selena, namun bahkan sebelum Selena menjawab, kurasa ia mengikuti arah pandangku, sehingga ia membuka mulut lagi, "Oh, i see,"

Tiba-tiba aku merasa Zayn merangkulkan lengan kirinya ke pundakku, lalu berjalan melewati Harry dan Bee.

"Jadi aku punya pertanyaan. Nama panggilan apa yang cocok digunakan untuk gadis menyebalkan yang kelihatannya sedang berusaha merebut kekasih orang lain? Oh, aku tau! Beatrice!" bisiknya perlahan padaku dan Selena, yang membuat kami tertawa dan dari ekor mataku, ak dapat menarik kesimpulan bahwa tawa kami menarik perhatian orang yang berlalu lalang di dekat kami, oh tidak lupa mereka—Harry dan Bee— juga. Well, i don't care.

Tidak lama kemudian, mereka bertiga datang dan kami memilih satu café yang memiliki dekorasi unik, dan berbagi cerita tidak penting setelah memesan. Sampai pada akhirnya topik pun bergeser menjadi apa yang terjadi sebelum Amber, Cam, dan Nash datang. Tebak siapa yang bercerita? Zayn Malik! Yeay!

"Dan sekarang bisakah kau yang menceritakan kenapa kau begitu kesal?" tanya Nash. Oh, bukankah aku sudah mengatakan bahwa temanku yang satu ini sangat suka bertanya?

"Sebenarnya aku mau mengajaknya pergi entah kemana, tapi sejak tadi pagi Harry tidak bisa dihubungi. Lalu saat tadi aku melihat ia bersama Beatrice, bahkan mereka berdua terlihat layaknya sepasang kekasih, tentu saja aku kesal dengannya. Faktanya, jika baterai ponselnya habis, seharusnya ia bisa menggunakan powerbank yang selalu dibawa Beatrice kan? You guys know battery life always be her priority," jelasku panjang lebar-atau mungkin tidak. Dan mereka hanya ber-oh-ria. Sialan.

--

Dan sekarang adalah hari Senin lagi, aku sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, Hore. Apakah aku baru saja menggunakan sarkas? Kurasa tidak. Who doesn't love school?

Oh ya, kemarin Sabtu saat aku hendak masuk ke dalam mobil, rupanya mataku bertemu dengan mata hijau nan indah milik kekasihku, Harry Styles yang sedang bersama sahabatnya itu. Dan kurasa ia hanya memicingkan mata, jadi aku tinggal saja masuk ke dalam mobil.

Aku sedang mengeringkan rambutku saat aku mendengar suara ketukan pintu terus menerus. Tanpa pikir panjang, aku siap menghajar Justin–yang kuasumsikan orang yang mengetuk–dengan kata-kata manisku yang sudah siap keluar.

"Justin bisakah kau sabar sebentar you li-" berhenti. Itu yang diperintahkan otakku, karena kenyataanya yang berdiri di hadapanku adalah lelaki berambut ikal yang dua hari lalu 'berkencan' dengan sahabat kecilnya.

"Apa aku mengganggu?" tanyanya dengan wajahnya yang polos dan kurasa ia masih mengantuk.

"Tentu saja kau sangat mengganggu. Aku sedang mengadakan konser tadi," jawabku seraya mempersilahkan dia masuk dengan membuka pintu kamarku dengan lebar.

"Wah, aku tidak tahu ternyata kekasihku adalah seorang artis. Bisakah aku meminta tanda tanganmu?" ia berjalan menuju couch dan mengambil coklat dan kacang dari toplesku.

"Sorry, i don't accept loser,"

"I'm a loser for you," dan di pagi hari yang indah ini, ia membuat pipiku kepanasan.

"Shut up. Biarkan aku menyelesaikan kegiatanku lalu berangkat," balasku lalu menyelesaikan rutinitas pagiku. Kami menuruni tangga dan tidak menemukan dad dan mom. Kurasa mereka berangkat lebih awal. Mobil Justin sudah diperbaiki, dan hal itu membuatku sangat bersyukur aku tidak perlu mendengar lagu-lagu pilihannya.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang