Chapter 4

433 71 8
                                    

Harry's POV

Aku mengernyit saat mobil Range Rover hitamku melaju di salah satu komplek mewah yang sudah 2 tahun terakhir ini tak kukunjungi. Sebuah pertanyaan muncul di otakku, yang kemudian kujawab sendiri. Apakah rumah yang Chloe maksud adalah rumahnya? Tidak mungkin, bukan hanya dia yang bertempat tinggal di komplek ini.

Pertanyaan itu muncul lagi saat Chloe menyuruhku untuk berhenti di dekat rumah yang tak mau kukunjungi. Tapi bisa saja bukan rumah itu, mungkin rumah di sebelahnya kan? Lagi pula-

"Harry, ayo turun," ajak Chloe yang membubarkan pemikiranku. Segera aku turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuknya. Yah, dia sudah kusuruh untuk tidak turun sebelumnya. Langkah kakiku dan Chloe berhenti di depan rumah megah kediaman keluarga Neilson.

"Ini rumahnya?" tanyaku memastikan, yang kuharap jawabannya adalah tidak. Namun akal sehatku segera menyadarkan ku kembali. Let's be real, tidak mungkin ini hanyalah sebuah kesalahan.

"Iyep! Seperti yang kukatakan, Jeane baru saja pulang dari New Zealand. Jadi ia mengadakan semacam welcome party, tapi ia hanya mengundang teman dekatnya dan teman sekolahnya dulu," jawabnya panjang lebar bagai seorang pegawai toko yang menjelaskan atau menawarkan produk-produknya. Padahal aku hanya menanyakan 'apa benar ini rumahnya'.

Jadi kesimpulan yang kudapat sejauh ini adalah; Chloe kenal dengannya. Kemungkinan ia teman dekatnya, atau teman sekolah dulu, seperti yang dikatakan oleh Chloe. Beruntung saja aku tak berada di satu sekolah yang sama dengannya, jadi kemungkinan tak ada yang tahu hubungan kami dulu. Jika ada pun mungkin hanya beberapa anak kan? Tersadar, aku segera menekuk lenganku, memberi isyarat padanya untuk mengaitkan lengannya pada lenganku dan membuka pintu rumah yang sudah lama tak kukunjungi ini setelah Chloe mengaitkan lengannya dengan lenganku.

Tak banyak yang berubah. Kata-kata itu melintas di otakku saat masuk kedalam kediaman Neilson.

"Okay, saatnya aku memperkenalkanmu dengan temanku itu. Kau tahu, dia sangat cantik dan- ugh aku iri dengannya karena ia memiliki tubuh seorang model, dan aku sangat ingin memiliki tubuh seperti itu. Dan lagi, ia sangat baik dan ku yakin kau menyukainya, Styles," Chloe begitu bersemangat mengenalkanku padanya, kenyataan aku sudah mengenalnya bahkan aku pernah menyukainya. Pernah.

"Sam, kau-" belum aku menyelesaikan kalimatku ia sudah menanyakan pertanyaan yang membuatku gemas.

"Siapa Sam? Apa ada hantu di belakangku yang bernama Sam? Atau orang lain?" tanyanya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, juga ke belakang. Well, ia memang melepaskan kaitan lengan –itu terdengar aneh, dan berada di depanku sekarang.

"Sam itu singkatan Samantha, ku lan-"

"Sudah ku katakan jangan panggil aku Samantha!" lagi, ia memotong kalimatku namun kali ini ia tidak menoleh ke mana-mana, melainkan melipatkan tangannya di depan dadanya lalu memutar matanya kesal.

"Terserah kau nyonya. Kau bahkan sudah cantik, untuk apa kau iri padanya?"

"Bagaimana kau tahu dia cantik?" tanyanya setelah aku berhasil menyelesaikan kalimatku yang sedari tadi terpotong karenanya.

"Kau sendiri yang mengatakannya tadi, Samantha," jawabku dengan menaikan salah satu alisku. Kurasa dia kurang connect malam ini.

"Lupa, hehe.." ucapnya dengan memamerkan deretan gigi putihnya. Aku terkekeh melihat tingkah gadis di depanku. Betapa bodohnya dia lupa akan hal yang baru saja ia bicarakan beberapa menit -bahkan detik yang lalu. Aku berhenti terkekeh saat Chloe tiba-tiba mencubit pipiku. Rasanya seperti ada aliran listrik saat Chloe menyentuhku. Aku menatapnya dengan tatapan kenapa-kau-mencubitku?

"Dimplesmu lucu," ucapnya dengan wajah polos dan nada polosnya seakan membalas tatapanku.

"Bahkan kau juga punya dimples, Samantha," komentarku singkat lalu hening diantara kami.

"Aku bahkan lupa kalau aku punya dimples," ucapnya memecahkan keheningan dengan pernyataan yang sangat tidak masuk akal, dan seketika itu tawaku pecah. Sekarang aku mulai bertanya dalam hati, bagaimana bisa aku jatuh pada gadis seperti ini?

Tidak, aku dan dirinya tak menjadi pusat perhatian karena tawaku. Aku hanya tertawa dengan volume kecil atau bahkan tanpa suara. Dapat kulihat ekspresinya seperti menyesali sesuatu yang membuatku melanjutkan tawaku. Namum seketika tawaku berhenti saat sosok yang sebenarnya tak mau kutemui, berada di belakang Chloe.

**
Chloe's POV

Bodohnya jawabanmu Chloe. Gara-gara aku menjawab aku lupa aku punya dimples, ia malah tertawa mendengar jawabanku. Bagaimana bisa seorang Chloe menjawab dengan begitu bodohnya. Jangan bilang aku salah tingkah, ya ampun! Tapi tiba-tiba tawanya berhenti saat pandangannya beralih ke belakangku. Padahal aku menyukai tawanya. Ups.

Rasa penasaran membuatku menoleh ke belakangku dan langsung menemukan gadis yang sudah lama tak kujumpai memakai mini dress berwarna biru tua yang dipadukan dengan high heels berawarna cream, serta polesan make-up natural. Yang jelas penampilannya saat ini dapat dengan mudah memikat hati para lelaki yang melihatnya.

Dengan cepat aku memeluk gadis tinggi ini yang sudah lama tak kujumpai.

**
Author's POV

"Jeane! Kau membuatku semakin iri padamu! Kau bertambah cantik dan you look like a princess tonight!" puji Chloe sambil tetap memeluk Jeane yang tersenyum melihat teman lamanya itu. Tapi tanpa Chloe sadari, ada dua orang yang kembali mengingat sesuatu akibat kalimatnya.

'And she is still a princess for me,' batin Harry.

'Har, do you know that i miss when you called me princess?' batin Jeane.

"Thank you Chloe, You look so pretty and also cute tonight! Oh, dan siapa lelaki berambut keriting ini?" tanya Jeane setelah melepaskan pelukannya.

"Oh, ini kenalkan, Harry."

--
[edited 1st May 2017]

//
KRIK KRIK KRIK

MAAP PENDEK dan Chapter ini di dedikasi untukmu kakak feb (takeoverthesky) soalnya udh bantu desc nya:') thank you kakkkk ,check out accountnya;)

BTW,

ini fanfic apa kuburan kawan?Vomments please,thanksss :)

--
Fix gue alay bgt [2017 a/n]

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang