Chapter 19

253 24 9
                                    

(BACA A/N SMPE SELSEEE!! WAJIB WKWK)

Aku terbangun di atas kasur dan bau khas obat-obatan langsung menyeruak ke indra penciumanku. Aku yakin aku berada di ruang kesehatan, seperti yang pemilik bahu tadi katakan. Berusaha bangkit dari posisiku sekarang, namun aku masih merasa pening. Aku ini sebenarnya kenapa?

"Kau sudah sadar rupanya,"

"Kau berkata seakan aku tak siuman beberapa hari," ucapku seraya meneguk teh hangat yang ia berikan.

"Seriously dumbass? Teh tawar?" protesku padanya dan ia terkekeh lalu mengambil gelas yang berisi teh hangat tadi dan menambahkan beberapa sachet gula.

"Kau masih saja suka gula?"

"Jika tidak mungkin aku sudah menjadi model Victoria Secret,"

"Walaupun begitu, kau terlalu pendek untuk menjadi salah satu dari mereka," ejeknya dan aku hanya meliriknya kesal.

"Kau tidak merindukanku?"

"Apa? Merindukanmu? Untuk apa merindukan orang yang menyebalkan?" Ia yang tadinya sedang membuka tasnya, langsung berbalik ke arahku dan mencubit kedua pipiku dengan keras yang tentu membuatku mengaduh.

"Enak saja kau menyebutku menyebalkan! Kau harus berkaca nona!" aku hanya menggerutu karena cubitannya sangat sakit, aku tidak bercanda.

"Sudah sana! Aku tidak sudi melihat wajahmu lagi! Pergi sana!" ucapku pura-pura kesal padanya, tapi justru ia tertawa, tidak tahu diri.

"Lagi pula siapa yang mau berdekatan denganmu terus, jika aku akan dipandu keliling sekolah ini dengan wanita cantik?"

"Taruh saja tasmu di lokerku, nomor 345," kataku saat ia merapikan tasnya. Ia menoleh sebentar dan mengangguk.

"Oke baiklah aku pergi, jaga dirimu. Bye honey!" Ia mengecup pipiku dengan sangat cepat sebelum ia menghilang dari ruangan ini.

Aku hanya berdecak dan mencoba untuk berdiri, tapi aku merasakan pening lagi. Akhirnya aku lebih memilih untuk memaksakan berdiri dan pergi ke rooftop, dari pada aku bosan di ruangan serba putih ini. Aku berjalan menyusuri lorong sekolah yang sedang sepi, perlahan namun pasti aku menaiki tangga menuju rooftop. Memang jarang ada yang ke rooftop, tapi sekolah tetap merawatnya dengan baik, sehingga rooftop di sekolah ini jauh lebih bagus dari yang kau bayangkan—setidaknya jika kau membayangkan sebuah rooftop yang sempit kecil dan hanya bisa diisi tidak sampai satu kelas.

 Memang jarang ada yang ke rooftop, tapi sekolah tetap merawatnya dengan baik, sehingga rooftop di sekolah ini jauh lebih bagus dari yang kau bayangkan—setidaknya jika kau membayangkan sebuah rooftop yang sempit kecil dan hanya bisa diisi tidak sa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku menginjak anak tangga terakhir, aku melihat seseorang perempuan yang sepertinya aku kenal. Posturnya tinggi, rambutnya panjang dan berwarna hitam, beserta kaki jenjang. Jeane?

"Jeane?" Ia menoleh dan senyumnya merekah, lalu aku segera mengjampirinya.

"Kau ternyata sudah masuk ya," Ia hanya mengangguk lalu kembali melihat pemandangan.

"Eh, Jeane, kau tidak masuk kelas?" Jeane kembali menoleh ke arahku lalu ia menunjukan deretan giginya.

"Tidak. Aku membolos," Jawabnya sembari terkekeh.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang