Chapter 22

182 18 3
                                    

"Harry apakah kau bisa menemaniku-" kalimat Beatrice terpotong oleh Chloe yang tiba-tiba menghampiri Harry.

"Hars, kau bisa atau tidak nanti? kalau tidak aku bisa mengajak Justin saja," tanya Chloe yang baru saja berjalan dari arah kantin.

"Aku bisa, babe. Denganku saja, kebetulan Gemma mau bertemu denganmu juga, so i guess aku akan menculikmu nanti," jawab Harry sembari mengedipkan sebelah matanya yang membuat Chloe menunjukkan ekspresi jijik, namun langsung membuat Harry mengecup bibir kekasihnya itu.

"Baiklah, tampaknya aku harus mencampakkan Justin dulu," gumam Chloe.

"Baiklah selamat berjuang, ku harap Justin menghabiskan serealmu lagi," balas Harry lagi-lagi mengedipkan sebelah matanya.

"Wah, terima kasih. Kau kekasih terbaik yang pernah ku miliki," ujar Chloe dengan menatap Harry sinis lalu membalikkan badannya bergerak kembali ke arah kantin dan mengetikkan pesan ke Justin, membatalkan rencananya.

"Bagaimana?" tanya Nash dengan penasaran, seperti biasa.

"Chill Nash, kau tetap tidak berubah," Chloe berdecak. "Yeah, kurasa Beatrice akan mengajak Harry, tapi tentu saja aku sudah memiliki janji dengan Harry, duh," lanjutnya santai sembari meminum jus apelnya.

"Beatrice si perempuan genit? Well, aku sudah tidak menyukainya dari awal berteu dengannya," celetuk Selena yang sedari tadi mengunyah makanan ringannya—yang sebenarnya ia rampas dari   Niall, karena mereka duduk bersebelahan—. Oh ya, Chloe sudah mengenalkan tiga siswa pindahan itu pada Harry, Niall, Liam, dan tentu saja Selena. Harry tentu juga terkejut saat mengetahui Amber yang merupakan siswa pertukaran, merupakan teman semasa kecilnya. Sedangkan Selena tampaknya sudah akrab dengan Amber, Cameron, dan Nash. Sama hanya dengan Niall dan Liam, mungkin dari faktor persamaan mereka—sama-sama tidak menyukai Bearice, ups—.

"Kenyataanya, ia ternyata juga mendekatiku dan Liam. Mungkin perlu seseorang untuk memberi tahunya bahwa kedekatannya dengan Harry, bukan berarti secara otomatis kami akan menyukainya juga," giliran Niall yang bersuara.

"Ding ding ding. Jawaban sempurna dari kelompok Niam, Hore," seru Amber lalu bertepuk tangan.

"Jadi apakah-"

"Oi guys!" sapa Harry dengan Beatrice di belakangnya sembari tersenyum dipaksakan. Seketika meja itu hening, lalu dengan sedikit canggung mereka menyapanya. Lalu mereka membicarakan hal-hal berkaitan dengan sekolah, dan hal yang sebenarnya sama sekali tidak menarik untuk di bahas, dan kalau bisa dibilang, sama sekali bukan Harry. Jangan lupakan Beatrice yang dekat-dekat dengan Niall dan Liam.

"Aku permisi ke toilet," ucap Chloe tiba-tiba yang merasa muak dan bosan. Sedangkan Harry hanya mememperhatikan Chloe keluar dari kantin dengan bingung.

Chloe's POV

Yang benar saja Beatrice dengan seenaknya duduk bersama denganku yang lainnya. Bilang saja jika mau terus bersama Harry, dasar penjilat. Aku melangkahkan kakiku dengan segera ke perpustakaan. Tentu saja aku tidak ke toilet. Itu hanya alasan klasik yang kugunakan untuk pergi dari situasi tadi. Aku merasa ponselku yang berada digenggamanku bergetar sekali, menandakan ada pesan masuk.

From : Zayn's Ass

Aku tahu kau tidak ke toilet, Marchie.

To : Zayn's Ass

Shut up.

Bagus, bahkan Harry tidak menanyakanku. Seharusnya ia sadar bahwa aku tidak ke toilet.

Aku mengikuti pelajaran dengan ogah-ogahan, Harry sampai sekarang tidak menanyakanku, dan sialnya lagi, ia mungkin sedang tertawa dengan teman semasa kecilnya yang genit itu. Dan terima kasih karenanya, moodku bertambah jelek. Baru saja aku ingin mengetikkan pesan padanya, menyampaikan aku ingin membatalkan janji untuk pergi membeli bahan mading, rupanya ia sudah mengirimkan sebuah pesan terlebih dahulu.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang