Chapter 10

358 54 10
                                    

Author's POV

Kira-kira sudah sebulan lebih semenjak Harry pergi berdua dengan Chloe, mereka berdua tampak makin lengket, tak jarang juga mereka menjadi bahan pembicaraan di sekolah, baik dari freshman sampai tahun seangkatan mereka. Bahkan ada juga berita bahwa mereka berpacaran. Bagaimana tidak, Harry-siapa yang tidak tahu seorang Harry Styles? Jika dengar namanya, pasti terbayang seorang pemuda berwajah tampan dengan mata hijau ditambah dimples yang membuat semua lawan jenis terkagum-kagum dengan ciptaan Tuhan satu ini. Sama halnya dengan Chloe, gadis manis ber-otak cerdas satu ini juga sangat dikenal di kalangan sekolah termasuk di rekan kalangan bisnis orang tuanya.

Sekarang keduanya tampak duduk di kantin bersama dengan empat orang lainnya. Salah satu diantara mereka, gadis yang tadinya duduk di samping Liam, bangkit berdiri lalu berjakan meninggalkan area kantin setelah Liam mengecup singkat pipi gadis tersebut.

"So, Chloe. Bisakah kau menemaniku?"

"Hmm, kurasa bisa. Kapan?"

"Besok?"

"Tunggu kalian-?"

"Tidak." Jawab mereka berdua bersamaan sebelum Selena melanjutkan perkataanya.

"Tidak apa? Aku mau bertanya apakah kalian pergi membeli hadiah Sophia. Don't use your feeling too much, dude." Selena terkekeh disertai Niall. Sedangkan Harry menatap intens keduanya, Chloe dan Liam. Chloe memutar matanya kesal dan tidak sengaja bertemu dengan mata Harry. Matanya memancarkan aura tak suka melihat keduanya akan pergi bersama dan ia mengasumsikan bahwa ini hanyalah akal-akalan Liam agar dapat pergi bersama gadisnya -mungkin calon gadisnya.

Entah apa yang ia rasakan, Chloe cepat-cepat mengalihkan pandangannya, padahal biasanya ia malah balas menatap Harry dan tak jarang juga terjadi lomba menatap lalu mereka berdua tertawa bersama setelah itu. Tapi tidak kali ini.

Liam, yang juga menyadari tatapan Harry justru melanjutkan pembicaraannya tadi yang terpotong, bertujuan membuat sahabatnya sendiri semakin terbakar.

"Jadi Chloe, besok kujemput di rumahmu ya?"

"Terserah kau,"

"Dress nicely Chloe," Liam mengedipkan sebelah matanya pada Chloe.

"Well i always dress nice- oh i mean better than basic bitches." Dengan itu semua orang di meja bernomer 11 tersebut terkekeh kecuali Harry, sekali lagi. Ia malah berdiri lalu berjalan meninggalkan meja tersebut yang membuat keempat temannya bingung. Dan Liam, for information, ia menyeringai karena tahu ia berhasil membuat Harry panas. Cukup mudah juga membuat Harry panas, batin Liam.

Tanpa keempat temannya, Harry berjalan ke lokernya dan menemukan seorang gadis yang ia asumsikan kelas 10 berdiri di depan lokernya. Gadis tersebut mengoceh panjang lebar entah apa isinya karena Harry sama sekali tidak mempedulikannya, dari Harry sampai di depan lokernya hingga ia menutup lokernya kembali. Harry yang sedang kesal itu pun menghentikan ocehan gadis itu dengan bibirnya lalu setelahnya ia menatap gadis itu dengan tatapan tajam sambil berkata

"Shut up, love." Dan sehabis itu pergi ke lapangan dengan handuk dan baju gantinya tergantung di pundaknya meninggalkan gadis tersebut yang mematung di tempatnya. Lelaki bermata hijau tersebut meneguk habis isi botol air mineral yang di genggamnya lalu melemparnya ke segala arah yang ternyata mengenai seseorang.

"Aww! Duh Edward!" Harry mengenali suara satu-satunya orang yang memanggilnya 'Edward', segera membalikkan badan dan menemukan gadis yang tadinya sedang mengikat rambutnya menjadi ponytail memegangi botol yang tadi dilemparnya. Ia berjalan keluar lapangan meninggalkan teman-temannya yang sedang latihan. Ada perasaan senang, tapi juga ada perasaan kesal karena ia bertemu gadis yang dicintainya saat ini.

Pink Pajamas | h.s  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang