Kata Hati

2K 172 26
                                    

"Bisakah kau pulang sekarang nak?" pinta Mikoto dari balik telepon dengan suara serak.

"Kaa-san kau sakit?" tanya Itachi.

"Pulang sekarang ya nak, kaa-san sedang tidak enak badan," jawab Mikoto. 

"Baiklah."

Itachi menutup sambungan telepon itu, langsung ia membereskan pekerjaannya untuk dikerjakan nanti, bersiap untuk pulang.

"Itachi-kun mau kemana? ini kan masih siang?" tanya Yugao. 

"Kaa-san ku sakit, aku harus pulang. Ku antar kau pulang sekarang ya," jawab Itachi.

"Oh..begitu.. ya sudah deh," ucap Yugao.

Itachi pun bergegas menuju mobilnya dan langsung melesat mengantar Yugao pulang sebelum ia pulang. Mikoto tidak pernah menelepon jika hanya tidak enak badan biasa, Itachi berfirasat bahwa ada yang tidak beres.

.

.

"Mama, kenapa sih mama tidak mau menikah dengan paman baik?" tanya Himawari sambil menyantap makan siangnya.

"H-hima?" 

"Kenapa ma? kan paman baik cinta kepada mama?" tanya Himawari lagi.

"H-hima?! se-sejak kapan kau berbicara soal cinta?" jawab Hinata terkejut karena putrinya kini tahu tentang 'cinta.'

" Sarada nee-chan? katanya paman Gaara terlihat jatuh cinta pada seseorang , dan pasti mama!" seru Himawari semangat membuat pipi sang ibu merona.

Sarada adalah anak  tetangga sebelah rumahnya, selama hampir tujuh bulan mereka disini dan satu-satunya teman Himawari adalah Sarada, karena Himawari putus sekolah. Biarpun begitu, Himawari tak kalah pintar dengan anak-anak seusianya yang sekolah, bahkan bisa terbilang lebih pintar dari mereka meskipun Himawari hanya belajar dari buku-buku yang Hinata beli jika ada sisa gaji. Himawari menganggap Sarada seperti kakaknya sendiri, perbedaan usia mereka adalah empat tahun. Sarada pun begitu, sangat menyayangi Himawari seperti adiknya sendiri, Sarada adalah anak tunggal, jadi dia akan memberi tahu semua yang ia tahu kepada Himawari 'adik' nya. Termasuk soal cinta.

Hinata menghela nafas, meski sesak didadanya, namun ia tetap tersenyum. "Hima sayang, mama tidak bisa menikah dengan Paman Gaara, mama kan istri papamu," Hinata berusaha menjawab dengan senyuman.

"P..papa... Tidak! Hima kan tidak punya papa.. Papa sudah diambil orang bernama Yugao itu ma, mama menikah saja dengan paman baik!" Timpal Himawari yang mulai berkaca-kaca, terlihat jelas sekali bahwa Himawari kembali mengingat kekecewaannya yang mendalam itu.

"Hima sayang." Hinata langsung memeluk sang anak yang terisak. "Papa tidak diambil nak, papa Itachi tetap papamu," lanjut Hinata yang juga ikut menangis.

"Papa jahat..." ucap Himawari disela tangisnya.

"Tidak sayang, papa tidak jahat.." Hinata terus menenangan Himawari. Gadis kecil itu pun mengeratkan pelukannya pada sang ibu.

"Itachi-kun..."


Malam itu Hinata terbangun, menengok kekanan dan kiri tapi tak ada apapun, hanya kesunyian, Himawari masih tertidur dengan pulasnya, memeluk sebuah boneka besar yang lembut.

Hinata tak bisa tidur lagi,  ia pun memutuskan untuk mengambil segelas air. 

Dihadapan Hinata tergeletak secarik kertas dan sebuah pulpen, hatinya tergelitik untuk menulis, dan jadilah ia menulis.

 Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Between [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang