"Sudah..sudah jangan menangis lagi ya? lebih baik kita pulang," ucap Sarada yang masih memeluk sahabatnya itu. Memberinya ketenangan.
Himawari hanya menurut saja karena ia tidak mungkin meneruskan pekerjaannya dengan keadaan berantakan seperti ini.
.
Mereka berdua pun berjalan keluar dari kedai. Ya, Sarada dan Himawari kemari dengan berjalan kaki.
Sepanjang jalan Sarada terus membuat lelucon agar sahabatnya itu dapat tersenyum kembali. Dia khawatir melihat Himawari yang hanya berjalan sambil melamun. Sudah pasti, kejadian di kedailah yang sedang dipikirkannya.
Dibelakangnya sebuah Porsche Carrera GT berwarna hitam mengikuti dari jauh. Itachi ingin sekali memanggil Himawari, lalu berlari dan memeluknya. Memohon maaf dengan segenap jiwanya. Rindu sekali rasanya bermain dengannya, juga mendengar tawanya yang menenangkan hati.
Ya,Itachi harus tahu dimana mereka tinggal.
Itachi mengikuti mereka hingga sampai di sebuah jalanan yang sempit.
"Mobil Papa." Himawari menengok kebelakang, dengan cepat ia menarik tangan Sarada dan membawanya berlari.
"Eeehh?? Hima-chan, ada apa ini???" jawab Sarada sambil menyesuaikan langkahnya.
Himawari tersadar bahwa sang ayah mengikutinya, tak tinggal diam, Itachi turun dari mobilnya dan mengejar Himawari.
"Sarada-nee maaf aku harus cepat," ucap Himawari melepas pegangannya pada Sarada dan kembali berlari. Tak lama Itachi menyusulnya. Sarada hanya bisa melihat kejadian itu dengan tatapan tak mengerti.
.
"Hima tunggu, Hima?!" ucap Itachi meraih lengan Himawari ketika sampai didepan rumahnya. Rumah yang sangat menyedihkan.
"Lepaskan Hima!! lepaskan!!" teriak Himawari sambil menarik-narik tangannya, Itachi mau tak mau melepaskannya. Himawari membuka pintu yang kebetulan tak terkunci itu, lalu masuk dan menguncinya, tak memberikan sedikitpun kesempatan pada Itachi untuk masuk.
"Hima, papa mohon papa ingin bicara!" ucap Itachi memohon, sambil mengetuk pintu itu berulang-ulang kali.
Dari dalam Himawari hanya bisa menangis, menahan perih dihatinya. Tubuhnya bergetar hebat hingga kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri.
"Hima sayang, siapa diluar? " tanya Hinata yang mendengar kegaduhan dari depan rumah.
"Hima, papa mohon!"
Kedua mata Hinata terbelalak mendengar suara itu. Suara yang sangat ia rindukan, yang telah menghilang selama tiga tahun.
"I-Itachi...kun.." gumamnya.
Itachi terus mengetuk pintu itu, serta memohon agar Himawari membukakan pintu dan mendengarkan penjelasannya.
"Itu.. papa?" tanya Hinata pada sang anak.
Himawari mengangguk, namun secepat kilat ia berkata bahwa apapun yang terjadi, Ia tak akan pernah membukakan pintu ini untuk Itachi.
"Sayang, Hima tidak boleh seperti itu, itu papa Hima kan?" bujuk Hinata yang cemas.
"Biarkan papa masuk," lanjutnya.
Hinata memang kecewa, Hinata memang dikhianati, tapi apapun yang terjadi, Itachi tetaplah suaminya dan ayah dari Himawari, Hinata tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah Itachi masuk, namun Ia tak ingin Itachi merendahkan dirinya karena hal ini.
"Tidak ma, Tidak! Hima tidak mau!" seru Himawari dengan suara bergetar.
Hinata dapat melihat dengan jelas bahwa Himawari benar-benar kecewa pada ayahnya. Mata tak pernah bisa berbohong. Meski Himawari terlihat marah, namun matanya memancarkan kecewa yang begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between [Completed]
FanfictionItaHina, AU, ItachixYugao, slight GaaHina. Pria itu harus memilih antara mempertahankan hidup barunya atau kembali bersama masa lalunya.