Waktu berlalu dengan sangat cepat, tak terasa sudah tiga tahun mereka tinggal di Iwa, Hinata didiagnosa menderita penyakit Hidrosefalus. Pada awalnya Hinata selalu memungkiri gejala-gejala yang timbul, namun semakin hari, kondisi Hinata semakin menurun, dan pada akhirnya Gaara memaksa Hinata untuk periksa. dan dari hasil CT scan itulah mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Hinata.
Semenjak hari itu, Hinata sering mengurung diri dirumah, menolak semua orang yang datang bahkan Gaara yang bersedia menemani dan membiayai Hinata berobatpun harus mengurungkan niatnya karena Hinata benar-benar tak ingin bertemu dengan siapapun hingga pada akhirnya kondisi kesehatannya benar-benar buruk.
Dengan kondisi seperti ini membuat Himawari harus mengurusi dirinya sendiri.
"Sarada-nee, jadi bagaimana ya? aku bingung.." keluh Himawari pada sahabatnya itu.
"Kau kerja saja Hima?" ucap Sarada.
"Kerja?" Himawari tampak berfikir, usianya baru menginjak delapan tahun dan ia harus bekerja? yang benar saja, siapa yang mau menerima anak berusia delapan tahun untuk bekerja ?
"Pamanku punya kedai Dango di dekat taman, mungkin kau bisa membantu disana," tawar Sarada.
Himawari berfikir sejenak, jika hanya membantu-bantu di kedai mungkin bisa ia lakukan, dan lagi itu kedai milik pamannya Sarada, sahabatnya.
"Baiklah Sarada-nee, aku akan bekerja ditempat pamanmu, semoga bisa membantu mama," ucap Himawari sambil mengangguk.
Himawari berfikir, karena sekarang Hinata berhenti bekerja dan mengurung diri dikamar, siapa yang akan mencari uang? tidak akan ada uang yang datang sendiri untuk makan dan biaya sekolahnya, mungkin dengan bekerja sambilan di kedai milik pamannya Sarada akan sedikit membantu.
Himawari benar-benar dipaksa oleh keadaan untuk menjadi dewasa, diusianya yang menginjak delapan tahun, ia sudah dapat berfikir layaknya orang dewasa dan itu membuat rasa bencinya pada wanita penghancur keluarganya yang bernama Yugao itu semakin mendalam...
dan tentu, kebenciannya pada Itachi juga.
Himawari mengepalkan tangan, menahan emosi dalam jiwanya. Terlalu banyak penderitaan yang dialaminya bersama sang ibu selama tiga tahun ini. dan kemana Itachi? sampai detik ini, tak ada sedikitpun terdengar.
.
"Tadaima!" seru Himawari saat tiba dirumah.
Tak ada jawaban.
"Mama?" panggilnya seraya berjalan menuju kamar dimana sang ibu selalu menghabiskan waktunya dengan mengurung diri.
"Mama, ayo makan bersama? Sarada-nee memberiku Onigiri," ucap Himawari membuka pintu kayu itu, lalu menyalakan lampunya.
"Mama, ayo makan." Himawari mencoba untuk tersenyum namun yang terpampang justru senyuman getir. Tubuh Hinata begitu kurus dan kulitnya kusam akibat kekurangan nutrisi, ditambah dengan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya sungguh membuatnya terlihat sangat mengkhawatirkan.
"Hima makan saja, mama tidak lapar," jawab Hinata lemah.
"Hima, Hima sudah makan, ini bagian mama." Himawari berusaha mengelak, tidak makan tidak apa-apa, yang ia inginkan hanyalah melihat sang ibu kembali sehat seperti semula.
Itu sudah lebih dari cukup.
Himawari menyuapi sang ibu dengan bulir-bulir air mata tak tertahankan lagi, memang menyedihkan sekali nasibnya.
"Mama cepat sembuh ya," ucap Himawari memeluk Hinata yang terduduk lemah diatas tempat tidur.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between [Completed]
FanfictionItaHina, AU, ItachixYugao, slight GaaHina. Pria itu harus memilih antara mempertahankan hidup barunya atau kembali bersama masa lalunya.