Part 1 : Letter

2.5K 59 9
                                    

-
-
-

Rey McKimblee berjalan melewati koridor menuju lokernya, ia berhenti di sebuah loker bernomor 35. Sebuah buku pelajaran Matematika dikeluarkannya dan ia memasukkan buku bahasa Prancisnya ke dalam loker. Suasana saat itu sangatlah ramai, banyak murid yang berjalan kesana kemari, mengobrol di sudut tembok, mengutat loker masing - masing dan masih banyak lagi. Inilah Sekolah Internasional. Ia meninggalkan lokernya dan kembali ke dalam kelas.

Kelas sangatlah hening saat Mrs. Pine masuk ke dalam kelas, "good morning, class." Sapanya datar. Ia menaruh Laptop yang di bawanya di atas meja guru, lalu ia mengambil spidol dan menuliskan sesuatu di papan tulis.

Study 10 minutes, there's an exam.

Semua murid menganga lebar, mereka semua terkejut karena ada ujian mendadak, termasuk Rey. "what kind of exam, miss?" Tanya seorang lelaki yang duduk di paling belakang, membuat semua mata memandang ke arahnya.

"of course write exam, Minor."

"right," balas Minor datar.

Laki - laki itu langsung membuka buku pelajarannya dan memelajari rumus - rumus yang sangatlah banyak. Sedang Rey sangatlah mengerti betul pelajaran ini, ia sangatlah menyukai pelajaran ini. Dengan percaya diri Rey menutup bukunya dan menunggu ujian dimulai. Ia menyapu pandangannya ke seluruh kelas, ia berhenti memandang ke seantero kelas saat Mrs. Pine meliriknya tajam, Rey hanya tersenyum miring. Ia segera menyapu pandangannya lagi ke depannya. Ia mendapati Fiona sedang serius memandangi buku pelajarannya saat ini. Sesaat, ia mendengar gumaman Fiona yang sedang berusaha memasukkan semua rumus - rumus itu ke dalam kepalanya.

10 menit berlalu, semua murid menutup buku mereka dan menyimpannya di bawah meja mereka masing-masing yang terdapat rongga besar. Mrs. Pine segera membagikan lembaran soal dan kertas jawaban kepada semua.

"Mudah." Deham Rey, sambil menyunggingkan senyuman lebar. Ia langsung menuliskan jawaban-jawaban. Satu demi satu soal ia jawab sampai ia berhenti untuk berpikir di soal nomor 34. Kepalanya serasa mau pecah saat melihat soal yang sangat tidak ia mengerti. Semakin ia berpikir semakin pusing kepalanya.

"Rey, Rey." Bisik seseorang dari arah belakangnya.

"Apa, Paul?" Balas Rey pelan.

Anak yang di panggil Paul oleh Rey membuat isyarat tangan, sepertinya ia ingin meminta jawaban nomor 34. "Apa kau tahu jawabannya?"

"Tidak." Rey menggelengkan kepalanya pelan.

Banyak soal-soal yang tak dimengerti oleh Rey, tetapi apa boleh buat, waktu juga sudah hampir habis. Ia terpaksa mengisi beberapa soal dengan jawaban asal. Belpun berbunyi tanda istirahat. Semua anak mengumpulkan soalnya dan lembar jawaban mereka di meja dosen dan segera meninggalkan kelas untuk mengisi perut mereka yang dari tadi sudah keroncongan ke kantin.

Di kantin, Rey duduk mengaduk - aduk Coffe Lattenya sambil melihat ke seantero kantin. Pandangannya berhenti di salah satu mahasiswi berparas cantik, tinggi, berkulit putih. Cantik sekali wajahnya, puji Rey dalam hati.

Lamunannya hancur saat temannya memanggilnya keras, spontan Rey memutar kepalanya ke arah datangnya suara. Ia melihat Paul Bordarie melambaikan tangan kearahnya, Paul berjalan menghampirinya dan duduk di seberangnya. "Huh! Ingin mengambil sereal saja ngantrinya panjang banget." Ucapnya kesal.

Rey masih dengan kesibukannya yakni mengaduk-ngaduk Coffe Lattenya yang masih panas. Ia memperhatikan Paul yang memulai percakapan. "besok kita ada kelas tidak?" Tanyanya.

"Ada ... Informatika."

Paul memakan serealnya dan meneguk segelas Cappucino yang berada di depannya. "Aku paling kesal dengan guru Informatika, Mr. Wattious. Dengan penjelasannya yang tidak jelas, paling juga bukan pelajaran yang ia ajarkan, malah masalah keluarganya yang tidak jelas arahnya." Ucapnya dengan nada yang dinaikkan satu oktaf.

7 Warrior : Darkness KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang