Part 3 : Decission

1.1K 36 1
                                    

Gimana Ceritanya, Lumayan seru kan ? :)

***

Di luar rumah, Fiona masih diawasi oleh kedua anak buah dari ratu Lunamore. Fiona masih dalam keadaan tidak bergerak, Charlie membawa Fiona kerumahnya dengan menggunakan kekuatannya. Charlie menggunakan kekuatan transport  (memindahkan suatu objek dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat)

Fiona terbangun di rumahnya, ia tak dapat mengingat satu kejadianpun. Ia menatap kearah jendela yang terbuka, ia pun bangkit dan segera menutup jendela. Suara rintik hujan mulai terdengar pelan, dan di lanjutkan dengan bunyi petir yang menggelegar. Sepertinya sebentar lagi akan terjadi badai yang besar.

Televisi menyala dengan sendirinya, lampu – lampu kamar tiba – tiba saja mati dan menyala sendiri. Vas bunga bergoyang kencang begitupula benda – benda yang lain. Fiona yang sedang duduk di kasur terkejut ketakutan. Ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini.

Ternyata dugaan Fiona benar, terjadi badai yang sangat besar beberapa menit kemudian setelah kejadian tadi. Petir menggelegar, cahaya kilat yang terus muncul menghiasi langit yang gelap. Bulan tak terlihat, ditutupi oleh awan hitam. Hujan deras menerpa kota Jakarta malam itu.

Suara tamparan air hujan yang keras di jendela, suara petir yang menggelegar, cahaya kilat dimana – mana membuat Fiona takut setengah mati. Sudah dari dulu Fiona takut dengan yang namanya badai, karena ia dapat merasakan hawa – hawa menegangkan saat terjadinya badai. Di dalam rumah yang mungil kecil, Fiona meringkuk ketakutan di dalam selimutnya. Ia teringat masa – masa dulu saat ia masih berumur 10 tahun.

***

17 Januari 1991. Kediaman Archimedes.

Fiona yang baru berumur 10 tahun ditinggalkan sendiri di rumah oleh kedua orangtuanya yang sedang pergi berlayar, pekerjaan kedua orangtuanya adalah sebagai pekerja kasar di sebuah kapal barang. 

Saat itu sedang terjadi hujan lebat

Suara petir dan cahaya kilat berada di mana – mana, dari dalam rumah Fiona melihat keluar dari kaca jendela yang berada di ruang keluarga. Suara televisi di kalahkan oleh suara kilat. Lampu – lampu tiba – tiba saja meredup dan akhirnya mati total, sepertinya sebuah tiang listrik di jalan terkena petir dan akhirnya korslet.

Fiona berlari kekamar dengan takutnya, ia segera menutup pintu kamar dan menyelimuti dirinya dengan selimut merah pemberian ibunya. Ia masih mendengar suara petir yang seakan – akan akan menghujamnya. Tiba – tiba saja, dari arah atap rumahnya terdengar sebuah suara ledakan yang sangat dahsyat.

Fiona bangkit dari kasur dan ia segera naik ke lantai 2, ternyata suara yang tadi dia dengar adalah suara petir yang menghujam rumahnya. Di lantai 2, api sudah mulai berkobar, dan sepertinya akan segera merambat ke lantai bawah. Melihat hal itu Fiona berlari kearah pintu, tetapi api berhasil mengejarnya dan tiba – tiba saja ada seseorang yang datang dari luar menyelamatkannya tepat sebelum rumah itu terbakar hangus.

Fiona jatuh pingsan, dalam hati ia berteriak memanggil ayah dan ibunya meminta pertolongan.

***

Lamunan Fiona hancur karena suara petir, ia melihat keluar dari dalam jendela dan mendapati angin puyuh kecil mulai terbentuk. Ketakukan Fiona makin terbentuk. Ia menjatuhkan tubuhnya yang lemas tak berdaya itu di kasur. Beberapa detik kemudian sebuah angin topan besar datang dari arah barat. Angin topan tersebut menghisap semua benda dan rumah yang ia lewati. Dan akhirnya tiba saatnya rumah Fiona yang dihisapnya. Fiona berbisik pelan, “selamat tinggal Rey aku akan merindukanmu”.

Rey berlari dengan cepat menuju rumah Fiona, ia sangat khawatir. Langkahnya berhenti saat melihat sebuah angin topan besar sudah menghisap rumah Fiona hingga tak tersisa. Rey menunduk sedih, lalu ia bangkit dan menghibur dirinya dengan kata – kata “ini belum terlambat, masih ada waktu sebelum raja kegelapan bangkit, sekarang aku sudah mengambil keputusan”

Di belakangnya Paul, Minor, dan Cindy berteriak memanggil – manggil namanya, Rey menoleh kebelakang. “Paul, Minor, Cindy”

“Rey mengapa kau  berlari – lari ? ada apa dengan tatapan cemasmu itu ?” tanya Cindy.

“Fiona..” jawab Rey singkat.

“Fiona…” ulang mereka semua bersamaan.

“angin topan telah membawanya pergi”

“REY…” teriak sang ratu dari dalam kereta kudanya. “ayo kita pergi dari sini”.

***

Emely dan Jimmy sedang melakukan perbincangan di teras rumah Lunamore. Jimmy menghela nafas, “akhirnya Rey mengetahuinya juga”ujar Jimmy pelan.

Emely mengangguk mengiyakan, tetapi sepertinya iya mengangguk tak senang, “tetapi, sayang. Rey masih berumur 17 belum seharusnya ia belum mengetahuinya sampai usianya 20 tahun.” ucap Emely tak suka.

“apa boleh buat, lagipula ini keputusan Raja Alexander, sayang” balas Jimmy. “kita harus memberinya waktu sampai ia mengambil keputusan yang terbaik untuknya” 

“kau harus meyakinkan dia untuk kepentingan kerajaan Ravensky, sayang” Emely bengkit dan pergi saat Rey datang dengan wajah lesu dari belakang pintu.

Rey duduk dan bertanya “sebaiknya apa yang harus kulakukan ayah ?” Rey menunduk lesu karena khawatir dengan Fiona.

“kau sedang memikirkan dia, ya ?”

“maksud ayah ?” tanya Rey gelagapan seolah – olahpikiran Rey dapat dibaca oleh ayahnya.

“sudahlah, jangan menyangkal. Kau suka dengan anak perempuan itu kan” ucap Jimmy sedangkan Rey hanya terdiam. “ternyata anak ayah sudah bisa jatuh cinta ya” Jimmy tertawa renyah.

“ayah !!”

“iya – iya, ayah tidak bercanda lagi. Sekarang waktunya serius, apakah kau ingin menyelamatkan Fiona, Rey ?” tanya Jimmy yang sekali lagi di balas dengan anggukan pelan dari Rey. “kalau begitu, pergilah ke sana dan selamatkan dia.”

“kau benar ayah, aku akan ke sana dan menyelamatkan Fiona.” Rey menyatakannya dengan tegas dan lantang.

“benar kan kata ayah, kau memang menyukainya.” sekali lagi Jimmy hanya dapat menggoda Rey.

“Ayah !! Rey serius”

“ayah juga tau, ayah hanya bercanda” lanjut Jimmy, “jadi apa keputusanmu ?”

“aku akan pergi ke dunia lain dan menyelamatkan Fiona” ucap Rey tegas.[]

7 Warrior : Darkness KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang