Part 6 : The Forest

926 31 4
                                    

Maaf semua kalau sudah berbulan-bulan tidak Update. Lagi banyak pekerjaan nih.

Dan saya menghargai kalian bagi yang mau menunggu selama ini hanya untuk mendengar kelanjutan cerita ini.

Enjoy the story. :)

***

Hari-hari yang cerah telah berlalu digantikan awan hitam bergemuruh. "aku tak menyangka kebangkitan pangeran kegelapan akan merubah jajaran iklim." kata seorang bapak tua di halaman rumahnya. Ia terus menatap langit dengan cemas. "dunia akan tamat." katanya bersamaan dengan bunyi petir yang sangat besar.

Bapak tua itu segera memasuki rumah, hanya pasrah dengan takdir yang telah terukir di Batu Ramalan. Sekali lagi, sebuah petir melintas dan menimbulkan suara gemuruh yang sangat kencang hingga membuat bumi bergetar ketakutan.

Di lain tempat, seorang anak tengah bermain di halaman rumahnya kala itu. Matanya membulat seketika menatap bayangan-bayangan benda-benda disekitarnya pudar dan menghilang. Kaki kecilnya melangkah dengan cepat dan gemetar. Sedangkan bayangan dibelakangnya mengikuti dari kegelapan, dengan mata merah menatap tajam dan hasrat mencabik bayangan anak itu. Dengan cepatnya ia melesat tanpa menabrak benda sekitarnya mendekati anak itu.

Nada ketakutan semakin terdengar sedangkan di lain sisi hasrat membunuh semakin mencekam. Ketika anak itu tak sanggup lagi berlari, dengan senyuman mengerikan sosok bayangan itu tanpa ampun menghujamkan sabit hitamnya.

Membuat genangan tanah ditanah, senyuman mengerikan itu semakin melebar. Lidahnya tidak sabar mencicipi kelezatan darah manusia. Jemarinya tidak sabar merobek-robek tubuh manusia itu untuk melihat isinya dan memakannya hingga tersisa tulang-belulang.

Ia menyeret mayat anak tersebut kearah sebuah rumah didalam hutan, menumpuknya dengan mayat anak-anak lainnya. "waktunya makan, anak-anak" ucapnya, membuat kepala-kepala hewan menyeramkan muncul dari luar jendela dengan lidah yang menjulur keluar dan air liur berceceran dimana-mana, menatap liar mayat anak-anak yang banyak itu.

Mereka akan pesta besar malam ini.

***

"apa kita tidak dapat mempercepat jalannya kereta ini ?" tanya ratu kepada kedua anak buahnya.

Keduanya menggeleng cemas. "tidak. Dan saya khawatir ada masalah dengan keretanya. Energinya mulai berkurang dan dalam beberapa jam dari sekarang kereta ini tidak dapat terbang kembali."

"kekuatan sihirku juga tidak dapat mengisi energi yang hilang." ujar Charlie kemudian.

Ratu Lunamore hanya menghela nafas. Menatap ke langit biru yang samar-samar berganti warna keabuan. Tanda badai akan datang beberapa jam lagi.

"Apakah sudah separah ini keadaannya ?" tanya Rey, tidak ditujukan kepada siapapun.

Cindy menatap Rey. Lalu merubah tatapannya ke arah yang lain. "lebih baik hal itu jangan dipikirkan dulu."

Mereka semua mengangguk setuju.

"tapi, jika kereta ini mendadak jatuh bagaimana ? apa yang harus kita lakukan ?" kata Andre tiba-tiba, merubah suasana tenang kembali panik.

"Charlie, kira-kira berapa jam lagi energi sihir kereta akan habis ?" tanya Ratu Lunamore dengan tenang.

Charlie terlihat berpikir, menimbang-nimbang sebelum akhirnya berbicara. "mungkin sekitar dua jam lagi."

"dua jam lagi!" serentak semua berkata.

Ratu Lunamore menatap kebawah, hanyalah rerumputan tebal yang terlihat. Lalu menyapu pandangannya kedepan, matanya membelelak tetapi menyunggingkan senyuman. Mungkin ini bisa menjadi tempat latihan, batin Ratu.

7 Warrior : Darkness KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang