Part 18 : One Day Before The Terror (2)

617 30 10
                                    

New Cover everyone! Hope you guys like it.

Tanggal 10 Loouis itu satu hari sebelum kejadian, dan tepat sebelum Pangeran Kegelapan bangkit. #Spoileralert.

Enjoy The Story Guys.

***

KEHANCURAN

Suatu kejiwaan yang meresap didada, menimbulkan kegelapan semata. Senyuman terulas, terukir sempurna pikiran mengerikan itu.

Celah-celah hati menimbulkan cahaya tersendiri, setiap retakannya mempunyai makna tersendiri yang tak dapat dilupakan. Dan cahaya itu menetralisir kegelapan yang bersembunyi dibalik celah, menunggu semuanya pergi hingga malam menjelang.

Burung bernyanyi, memandakan kematian seseorang. Angin panas berhembus, membakar rumput-rumput kekuningan yang belum dewasa.

Rumah-rumah mereyot, menandakan kota akan hancur sebentar lagi. Hingga matahari telah berkata, "selamat tinggal." Dan semuanya akan hancur dalam sekejap. Meninggalkan jejak-jejak kenangan yang terbuang, terlupakan.

***

10 Loouis, Desa Kourge, 950. Malam hari.

Feryl berjalan tenang, menuju sebuah ruangan luas yang hanya diterangi oleh lilin-lilin kecil yang menggantung di dinding batu bulat yang menghitam. Ia membuka lemari kayu di pojok ruangan lalu senyumnya merekah ketika melihat jubah hitam mengerikan dengan bel-bel kecil di lehernya, dan dibahunya terdapat sepasang tanduk yang bertengger tajam. "Sempurna." Gumamnya.

Dipakainya jubah itu dengan perasaan bahagia tapi segera dilepaskan kembali dengan cepat dan disembunyikannya di dalam lemari ketika Ultear memasuki ruangan tiba-tiba.

"Ultear! Sudah kubilang untuk mengetuk pintu sebelum masuk!" Ia berkata kesal, karena belum sempat memakai jubah hitam mengerikan yang ia bangga-banggakan.

Ultear hanya bergumam tidak jelas dan tidak menghiraukan perkataan Feryl. Ia lebih memilih duduk di sofa lembut itu daripada mendengarkan si 'pengatur' berbicara. Kemudian terlihat Fiona berjalan memasuki ruangan dengan gontai, ditangannya terdapat dua buah bola kristal berwarna hitam dengan asap putih didalamnya. Ia juga duduk di sofa lembut itu.

Feryl hanya menatap keduanya dan memutar bola matanya dengan malas. "Ada apa dengan kalian ini ?! Kita seharusnya sudah mempersiapkan ritual pembangkitan Raja Kegelapan! Dan Ultear, keluar dari ruangan ini! Bawa semua peralatan termasuk peti kayu itu." Perintahnya ketus.

"Bisakah kita melupakan masalah pembangkitan Raja Kegelapan yang kau bangga-banggakan itu ! Aku sudah muak ! Dia hanyalah boneka yang kau pergunakan untuk menghancurkan dunia. Dan apakah kau tahu resiko membangkitkannya ? Tidak kan ?" Ultear membantah dengan nada yang tinggi dan melengking.

"BERANINYA KAU!" Feryl merapal mantera keunguan yang berpendar dan menyerap ke dalam tubuh Ultear cepat, membuat Ultear terhuyung kebelakang dan terjatuh di sofa dalam keadaan tertidur. "Penyihir tidak berguna!" Katanya dingin, segera meninggalkan mereka berdua di ruangan gelap itu dengan rasa takut.

Setelah Feryl tidak terlihat lagi, tubuh Fiona dapat digerakkan kembali, ia dapat menggerakkannya sesuka hati, sepertinya pengaruh mantera hipnotis itu tidak memakan waktu lama.

"Ultear!" Ia memanggil Ultear pelan, bisikannya menggema lembut, merangkak di dinding batu dan menghilang dibaliknya. "Bangunlah." Ia mengguncang tubuh Ultear berkali-kali, tapi Ultear tak kunjung bangun. Fiona memdengus sebal, lalu mengacuhkannya. Meninggalkannya dalam keheningan yang menegangkan, ia bangkit dan memcari pintu keluar, pintu keluar itu ada di salah satu tonjolan batu-batu ini. Hanya dengan menekannya, sebuah pintu telah hadir, seperti yang dilakukan Feryl barusan.

7 Warrior : Darkness KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang