Bagian 1

337 20 7
                                    


Malam hari yang tenang seperti biasa di kompleks perumahan Jingga, kota Bunky. Tapi tidak bagi Adi Nugraha, malam ini baginya begitu menjengkelkan. Karena Adi baru pulang dari pekerjaannya setelah Pak Yaji Purnomo, sang atasan tiba-tiba menyuruh untuk lembur kerja.
Adi yang masih mengenakan seragam pabrik dengan lesu melihat jam dinding tertancap di depan tembok, jam delapan malam.

Saatnya Adi mengambil pakaian di kamar dan bergegas mandi. Sepuluh menit berlalu, Adi kini keluar mengenakan kaus putih bercelana buntung hitam, tidak lupa tata rambut hitam pendek bergaya belah pinggir. Dengan santai Adi berjalan ke ruang tamu yang tidak jauh di depan, Ia kemudian duduk di atas sofa putih sambil memegang remot televisi.

"Oh, iya, televisinya rusak. Ah, gara-gara Pak Yaji nih suruh lembur, padahal ingin service center juga." Adi menggumam kesal walau televisi belum dinyalakan.

Suntuk, Adi melihat tanggal di smartphone hitam yang masih dipegang, tanggal 9 Ferbuari 2016.
Seperti mengingat sesuatu, akhirnya Adi berjalan melihat kalender yang menempel di tembok kirinya dekat jendela. Sebuah bulatan spidol merah membekas pada tanggal 10 Februari, hari Sabtu. Adi melihat sebuah catatan di kolom bawah kalender: Tanggal 10. Pulkam, oke!

Satu detik kemudian smartphone bergetar sesaat. Adi mulai menyalakan dan satu sms pun masuk. Sms dari Pak Yaji yang berisi jika besok, hari Sabtu, Adi harus kerja setengah hari atau 6 jam kerja. Adi mencari kontak Pak Yaji lalu meneleponnya, beberapa detik kemudian Pak Yaji mengangkat telepon.

"Halo.. Adi." Suara Pak Yaji menyapa dari telepon.

"Iya, Pak Yaji, Adi ingin tanya. Besok Adi masuk lembur lagi?" tanya Adi.

"Oh iya, Di. Biasa, maintenance mesin sama persiapan buat hari Senin."

Adi melihat kembali kalender. "Pak, Adi izin dulu ya. Oh iya, Pak, coba liat tanggal di hp, Bapak."
Sesaat tidak ada suara Pak Yaji, hingga Pak Yaji melepon balik. "Oh iya, besok tanggal 10 ya?" suara Pak Yaji terdengar sedikit kecewa.

"Hehe, saya ambil cuti seminggu yah." Pinta Adi.

Pak Yaji berdecak lidah, "Yah, kamu. Hanya seminggu kan?"

"Iya," sahut Adi.

"Tapi minggu depan Traktir Bapak dua mangkuk soto ayam, ya." Pak Yaji bersenda gurau.

"Tenang pak. Apa mau sekalian sama keluarga Bapak?" Adi menawarkan lebih. Namun Pak Yaji menolak dengan halus. "Tidak usah, Bapak beli sendiri buat keluarga tercinta."
"Bisa saja Bapak, terima kasih ya, Pak."

Saat Adi ingin memutus panggilan Pak Yaji mendadak memanggil Adi. "Di, Adi."

Adi sontak menelepon kembali Pak Yaji, "Iya, ada apa, Pak?"

"Kampungmu itu Desa Naekin, kan?"

Adi mengangguk. "Iya Pak, memangnya ada apa, Pak?"

"Coba kamu lihat ke televisi." dengan kecil hati Adi membalas, "Eh, itu.. televisi saya rusak, Pak. Dan belum dibawa ke service center."

"Kamu bagaimana.. rata-rata tv sedang memberitakan penyakit aneh yang muncul dari Kota Froyer, dan sekarang menyebar ke kampungmu, Desa Naekin." Beber Pak Yaji.

"Maksud, Bapak?"

Pak Yaji mulai menjelaskan, "Penyakit aneh ini seperti rabies, namun penularannya lewat manusia ke manusia. Jika terkena gigitan itu dalam hitungan detik hingga menit kemudian langsung gila dan menjadi kanibal."

Adi memotong penjelasan Pak Yaji karena masih bingung. "Jadi kanibal?"

Pak Yaji melanjutkan penjelasannya, "Iya, kanibal. Dan yang tergigit juga berubah kulitnya menjadi putih pucat, kemudian iris serta pupil mata mengecil diikuti pendarahan dalam pada bagian putih mata. Saat ini kepolisian setempat menyarankan untuk tidak keluar rumah dan segera menghubungi polisi jika ada kejadian yang sama di tempat lain."

Biter: Dead JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang