Bagian 8

121 5 0
                                    

Paman Ehsan bersama Adi menyingkirkan bangku serta meja yang menghalangi pintu. Semua telah merapikan barang-barang, Joe membersihkan sampah makanan kemudian membuangnya pada tempat sampah di belakang dapur.
"Bensin mobil tinggal sedikit, kita akan cari Pom Bensin untuk mengisinya." Seru Paman Ehsan.

Mereka keluar dari rumah menghampiri mobil yang terparkir di depan.
"Paman, biarkan aku yang menyetir."
"Oke."
Semua telah masuk ke dalam mobil, Joe kemudian menyetir mencari Pom Bensin di sekitar.

Setalah lama mencari Joe akhirnya menemukan tempat itu dekat hotel. Joe memarkirkan mobil tepat di depan selang pengisian.
"Biar Paman yang isi, kau tunggu disini."
Paman Ehsan keluar dari mobil dan membuka tutup tangki bensin mobil. Selang telah dimasukan, Paman Ehsan mulai mengisi bensin.

"Tolong aku! Tolong!" teriakan seorang bapak-bapak membuat semua terkejut.
Paman Ehsan bergerak menjauhi mobil, tapi Ia malah tertegun.

Kumpulan Biter mengejar bapak itu dari belakang, sampai akhirnya bapak itu tergigit oleh anak kecil yang menjadi Biter.
"Paman! Cepat kemari!" Sentak Joe.
Paman Ehsan mencabut selang pengisi bensin, setelah menutup katup Paman Ehsan bergegas menuju pintu depan mobil.

Joe menginjak pedal gas dan kabur dari kejaran Biter. Walau begitu, Biter lainnya muncul dan mengejar dari samping. Reza serta Fahri menembak Biter yang mencoba mendekati mobil. Tiga Biter yang berdiri di tengah jalan langsung mengejar mobil dari depan.

"Semuanya pegangan.." Joe memekik.
Reza serta Fahri menghentikan aksi tembak-menembak. Sampai kemudian Joe menabrak dua Biter, sempat mereka terpental walau setelahnya terlindas. Gunjangan hebat terjadi sesaat di dalam mobil, bahkan kepala Yuni sempat berbenturan dengan kaca mobil, alhasil Yuni merintih sambil memegang belakang kepala.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Adi khawatir di sebelahnya.
"Iya.." sahut Yuni masih merintih.

Paman Ehsan beserta Joe terperanjat, depan Jembatan telah terhadang oleh bus dan truk setengah terbalik. Paman Ehsan keluar dari mobil. "Paman angkat kalian dengan kedua tangan Paman melewati itu."
Mereka keluar dari mobil kemudian berlari ke depan bus.

Paman Ehsan melakukan kuda-kuda sambil kedua telapak tangannya menumpuk searah bawah perut. "Cepat, naikan satu kaki kau, Joe. Paman akan lempar ke atas."
Joe menginjak satu kakinya pada tangan Paman Ehsan, kemudian Paman Ehsan melempar ke atas.
Joe mencengkram tepi atas mobil, Ia memanjat hingga Ia berdiri di atas kaca mobil.
"Ayo lainnya cepat." tegas Paman Ehsan.

Selanjutnya Yuni, seperti yang dilakukan Joe, tapi saat di atas Joe sudah membungkuk menggapai tangan Yuni untuk naik ke atas. "Kau langsung turun saja, kaca ini tidak kuat menahan beban dua orang." Ujar Joe menangkap tangan Reza.

Yuni secepatnya turun diikuti Reza setelahnya, hingga terakhir Paman Ehsan.
Biter terus berlari menuju Paman Ehsan. "Ayo Paman," Ujar Joe dengan tangan meraih ke bawah.
Paman Ehsan mengambil ancang-ancang, Ia langsung loncat meraih tangan Joe.

"Dapat." Gumam Joe memegang satu tangan Paman Ehsan.
Kaca tiba-tiba retak, secepatnya Paman Ehsan naik ke atas bus.
Paman Ehsan yang sampai di atas langsung locat kebawah kemudian Joe mengikuti dari belakang.

Suara tubrukan bus dan erangan Biter terdengar.
"Cepat.. kita tidak bisa berlama-lama disini." Seru Paman Ehsan.
Mereka berlari dari jembatan menuju daerah sebrang.

Pepohonan pinggir trotoar telah menyambut mereka, sebuah rumah yang rata-rata bergaya klasik tepat di belakang pepohonan. Beberapa di antaranya juga disatukan dengan toko di samping bangunan maupun bertingkat.

Joe melihat satu rumah kecil bertingkat satu dengan pintu terbuka di atas berpagar kayu. "Paman, kita lakukan lompatan tadi ke rumah sana."
Paman Ehsan bertanya pada lainnya, "Bagaimana dengan kalian?"
"Ya sudah, kita harus cari tempat perlindungan secepatnya." Jelas Fahri.
Mereka kembali berlari ke rumah kecil itu yabg berjarak lima rumah dari depan.

Biter: Dead JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang