Bagian 6

136 10 1
                                    

Sebuah lobi dalam Losmen terisi oleh delapan orang: lima orang tentara, dan tiga orang sipil. Semua duduk di sofa maupun meja, Adi dan Paman tetap memakai pakaian sama, sementara satu wanita berada di dekat Adi.

"Siapa kalian berdua?" tanya salah satu tentara berambut sasak.
Adi menunjuk dirinya. "Saya Adi.. di samping saya Paman Ehsan."
"Untuk apa kalian kemari?"
Paman Ehsan membuka suara, "Kami disini untuk mencari orang untuk pergi ke Kota Froyer."
Tentara berambut pendek mendekati Paman Ehsan, "Untuk apa kesana?"
"Mencari penyebab dari bencana ini," jawab santai Paman Ehsan.

Tentara beramput pendek mendekati Paman Ehsan, tapi Ia membentak Paman Ehsan. "Apa kalian gila, yang lain mencari perlindungan tapi kalian berdua malah kesana!"
Paman Ehsan berdiri tegap menatap dingin tentara itu. "Jaga bicaramu."
Tiba-tiba pasukan di belakang bersiap dengan senjatanya sedangkan Adi memegang gagang Katana.
Wanita di samping Adi mendekati tentara berambut pendek. "Joe, sudahlah.. tenangkan dirimu. Amarah tidak bisa menyelesaikan sebuah masalah."
Tentara bernama Joe mulai mundur. "Maafkan aku Yuni, tapi bapak itu mengatakan hal yang gila." Kesal Joe pada wanita itu.

"Oke. Paman Ehsan, Adi.. maaf atas kelakuan pria barusan." Wanita itu meminta maaf.
Wanita itu mulai memperkenalkan diri beserta tentara yang duduk di belakangnya.
"Perkenalkan, aku Yuni.. pria barusan bernama Joe, yang berambut mohawk di sana bernama Reza. samping kirinya yang memiliki codet di pipi itu Fahri, di kanan Reza yang cepak itu Danu. Dan terakhir yang duduk di meja samping Joe itu Andi."

Paman Ehsan sedikit menunduk, "Maafkan saya juga karena kelakuan saya yang tidak mengenakan untuk semua termasuk Joe."
Joe hanya menunduk ke bawah lantai walau Paman Ehsan menatap Joe.
Yuni bersedekap. "Kenapa Paman Ehsan ingin ke Kota Froyer?"
"Sudah Paman bilang barusan.. mencari penyebab bencana ini," kata Paman Ehsan bernada santun.
"Kenapa harus membawa orang? Bukankah kalian berdua bisa kesana langsung tanpa harus membawa orang lagi?"
Paman Ehsan tersenyum tipis. "Tidak, berdua saja tidak cukup. Paman harus membawa orang lagi supaya kesana mudah."
"Oh."
Yuni terus berjalan mondar-mandir di depan Paman Ehsan dan Adi.
"Oke," Yuni menatap Paman Ehsan. "Aku ikut."

Semua tersentak mendengar perkataan Yuni, begitu juga dengan Joe. Joe cepat mendekati Yuni. "Kau gila..
kau mau ikut kesana?"
Yuni mengangguk. "Iya, aku tidak bisa disini terus seperti katak dalam tempurung.. mungkin aku bisa jadi pahlawan jika menemani Paman Ehsan."
Joe kembali memanas, "tidak. Disana berbahaya.. lebih baik kita disini ataupun mencari kamp pengungsian."
Adi mulai berdiri, "Joe.. tenanglah--"
Joe membentak, "Diam kau!"

Reza berdiri dan dengan kesal mendekati Joe. "Joe, kau ini kenapa! Dinginkan kepalamu.."
Joe membalikan badan ke arah Reza. "Aku tidak ingin ada korban lagi. Kau tidak ingat jumlah prajurit kita yang tadi bebelas orang tinggal kita berlima!"
"Mereka telah ditakdirkan Tuhan seperti itu Joe.. kita tidak bisa berbuat apa-apa," timpal Danu.
"Kau sebagai kapten harus menenangkan suasana, bukannya yang memanas susana." tambah Andi.
Joe yang tidak berkutik akhirnya berjalan menjauh ke belakang.
"Reza, kejar Joe.." perintah Fahri.
Reza lalu mengikuti perintah Fahri mengejar Joe.

Fahri berjalan ke Paman Ehsan, "Sudah.. bubar-bubar, kembali lagi berkumpul saat senja tiba." Kemudian semua pergi meninggalkan Fahri bersama Paman Ehsan dan Adi.

Fahri mulai bersuara. "Paman Ehsan, Adi.."
"Ada apa?" sahut Adi.
"Sekali lagi maafkan perilaku Joe saat ini.. dia begitu depresi karena bebannya menjadi kapten di tim penyalamat bersama kami namun, gagal menyelamatkan orang hingga memakan korban dari pasukan kami."
Paman Ehsan terdiam sesaat dan akhirnya berjalan menuju Joe di belakang, sementara Adi dan Fahri masih di lobi.
"Dia mau kemana?" tanya Fahri bingung.
"Sepertinya ke belakang menemui Joe."

Terlihat taman kecil dan banyak ruangan pintu mengelilinginya yang bertingkat satu, Joe dan Reza tengah duduk di pinggir taman.
"Aku tau Joe kau saat ini masih memikirkan itu, tapi kali ini sudah kelewatan." Kata Reza.
Joe tertunduk lemas. "Maafkan aku Reza, tapi aku tidak ingin mengulang kedua kalinya, mati tergigit manusia sialan itu."

Biter: Dead JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang