Bagian 13

107 6 0
                                    

Joe, Adi, Paman Ehsan menjauhi rest area. Kembali berjalan di jalan tol yang mengarah ke Kota Froyer.
"Kau bawa air, Di?"
"Ada padaku. Paman, ingin minum?" sahut Joe.
"Tidak, untuk saat ini."
Mereka terus berjalan lurus, tanpa ada ocehan dari Yuni, Fahri, dan juga Reza.
"Kapan kau melamar Yuni?" Paman Ehsan berbicara memecah keheningan.
Joe sontak gugup, "Eh.. itu.. aku.. aku akan bilang nanti, saat berkumpul di rumah Pak Angga."
Adi merangkul pundak Joe. "Itu baru lelaki hebat."

Paman Ehsan berhenti melihat di depan, sebuah Sedan merah terparkir di pinggir jalan dengan pintu depan telah terbuka. Paman Ehsan mengajak Joe serta Adi kesana, "Ayo ke mobil itu.."
"Tunggangan lainnya." sahut Adi melihat mobil itu.

Mereka mulai melaju dengan Adi sebagai supir, mobil melewati beberapa mobil lainnya yang terparkir begitu saja.
"Kau tahu Joe." Adi mulai berbicara saat menyetir.
"Kenapa?"
"Yuni menurutku cantik juga.."
Joe tersenyum. "Ya, begitulah, aku tak tahu. Kenapa aku begitu menyukainya."

Mobil terus melaju sampai tiba-tiba Adi berhenti saat kerumukan Biter menutupi jalan tol, Adi melihat sekitar. Sebuah papan hijau menunjukkan Kota Gingka 500 meter dari kanan jalan. Adi berbelok dan pergi meninggalkan kerumunan Biter.

Jalan mulai sedikit menanjak, bundaran jalan besar terlihat. "Kita dimana?" Paman Ehsan terbangun dari tidurnya.
"Kota Gingka, jalan tol tiba-tiba dikerumuni Biter, Paman." Sahut Joe di depan.

Joe menoleh ke kanan.
"Adi!"
Sontak satu Biter berlari menyerang mobil dari pinggir trotoar. Benturan keras mengenai kaca mobil hingga retak. Adi menaikkan personeling cepat, "Bertahanlah."

Mobil melaju kencang, tapi saat lewat perempatan jalan, Biter lain terlihat mengerumuni mayat pria.
Adi membanting cepat setir hingga Ia melakukan drift ke kanan jalan. Joe berpegangan pada gagang atas, sedangkan Paman Ehsan mencengkram jok depan Adi.

Mobil melaju kencang, sampai satu Biter--pria lansia berdiri di tengah jalan. Adi terus menginjak gas mobil.
"Jangan bilang.." Joe benar-benar panik.
"Tenanglah."
Adi membanting setir menyalip Biter itu.
Pertigaan terlihat, Adi kembali melalukan drift saat berbelok ke kiri.
Joe membelalak matanya ketika melihat depan. "Tidak.."

Semua orang yang menjadi Biter tumpah ruah ke jalan. Mobil yang masih jauh dari kerumunan mundur, hingga salah satu Biter menoleh ke belakang.
Paman Ehsan mulai panik. "Cepat putar."

Adi memutar kencang setir mobil sampai berputar 180 derajat membelakangi Biter.
Paman Ehsan menoleh belakang, belasan bahkan puluhan Biter berlari menuju mobil. "Di."
"Aku sedang berusaha."
Adi mengikuti arah jalan yang berkelok-kelok. Sampai tiba pada jalan yang mengarah pada, jembatan putus.
Adi tiba-tiba mengerem.

"Paman.. apa kita harus kesana?" Adi gugup melihat jembatan yang putus.
"Kau lihat truk itu.. truk yang menjadi muatan mobil juga." Joe menunjuk satu truk mengarah depan jembatan.
"Iya.."
"Gunakan truk itu sebagai loncatan, kau tau kan."
Adi menyeringai, "Iya, bidang atas itu turun ke bawah."
Biter mulai terlihat dari belakang. Adi menaikkan personeling kembali.
Mobil mulai melaju kencang menuju truk di depan.
"Bersiaplah!"

Mobil menapaki atas truk. Benturan keras sempat menyentuh bidang atas, hingga akhirnya mobil itu melayang di atas jembatan.

"AAA!" semua teriak di dalam.
Mobil seolah terbang sesaat melewati jembatan. Dan akhirnya berhasil mendarat di aspal walau pendataran benar-benar tidak mulus sampai terjafi guncangan hebat sesaat.
"Wo-hoo!" Adi berteriak kegirangan.

Joe mengelus dada menghilangkan rasa paniknya. "Gila, itu gila.. bisa-bisanya kau senang, Di."
"Soalnya baru pertama kali aku melakukan itu.. dan berhasil." Adi benar-benar bangga.
Paman Ehsan bermuka masam. "Kita cari tempat istirahat, apalagi kita sudah tidak tahu kita dimana sekarang."
"Bagaimana dengan rumah itu." Joe menunjuk satu rumah di pinggir jalan, rumah itu seperti mereka bersinggah sebelumnya, kecil diapit rumah lainnya dan bertingkat satu.
"Baiklah."

Biter: Dead JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang