Bagian 11

103 7 0
                                    

Perburuan dimulai, mereka memasuki hutan di kiri sebelum mendekati sungai. Semua melihat sekitar, mencari hewan buruan. Mereka terus berjalan menyusuri hutan sampai tiba Paman Angga mengangkat salah satu kepalan tangannya.
Semua berhenti, satu Kijang besar tengah memakan rumput dekat Pohon Mahoni. "Ehsan.. tembak kepalanya," bisik Paman Angga.
Paman Ehsan mulai mengangkat senjata SS2 miliknya seraya mebidik target, jarak sekitar 100-150 meter.

Suara tembakan keras mendengung hingga burung bertebangan, satu Kijang mati bersimbah darah di kepala. Mereka maju mendekati Kijang itu. Paman Angga mengeluarkan satu tambang kecil dari saku celana, kaki Kijang diikat lalu digendong pada punggungnya.
"Apa itu tidak berat?" Reza bertanya.
Paman Angga sedikit mengedan. "Yah, lumayan.."

Beruntung, saat Adi menoleh ke kanan tiba-tiba satu Tikus Pohon berdiam di ranting Pohon Ceri. Adi melakukan satu tembakan hingga sedetik kemudian jatuh.
"Wow, hebat juga." Puji Paman Angga.
Adi menoleh ke Paman Ehsan sambil tersenyum. "Terima kasih, Paman.. itu juga kemampuannya dari, Paman Ehsan."

Mereka bergantian tempat ke sebelah kanan hutan, senja telah pudar karena malam telah nampak. Mereka terus berjalan sambil mengamati sekitar.
Reza melihat satu kelinci dekat semak belukar. "Psstt.." semua menoleh ke target buruan, satu Kelinci Hutan tengah memakan rumput di belakang semak belukar. Reza kemudian menembak buruannya. Setelah mati, Reza berjalan mengambil Kelinci Hutan, Reza sesaat melirik depan semak belukar. Satu tatapan tajam terlihat samar di antara semak, Reza coba mendekati tatapan itu.
"Reza!" seru Paman Ehsan dengan senjata mengeker pada dirinya.
"Apa--"

Satu Jaguar keluar tiba-tiba dari semak belukar menjulurkan kedua kakinya yang dipenuhi cakar tajam siap menerkam Reza.
Suara tembakan keras dari senjata Paman Ehsan tepat mengenai tubuh Jaguar.
Reza menengok cepat, satu Jaguar tewas dihadapannya.

"Ambil Kelincinya, Reza." seru Fahri.
Reza yang panik mengambil buruan dari berlari menuju kelompok, kumpulan Komodo muncul setelahnya mengerumuni Jaguar yang mati tertembak.
Tanpa perintah mereka berlari pulang ke rumah. Saat keluar dari hutan, belakang Reza telah muncul dua Jaguar dari hutan.
"Buka gerbangnya!" Teriak Paman Angga kencang.
Gerbang mulai terbuka, mereka terus berlari dari kejaran Jaguar. Reza yang paling belakang sesaat menoleh.

Satu Jaguar tiba-tiba lompat menerkam Reza kedua kalinya. Reza cepat berbalik, tapi satu cakaran melukai bahu kiri Reza hingga goyah sesaat. Walau begitu, Reza terus berlari sambil memegang pundaknya yang mengeluarkan darah.

Semua telah masuk sampai gerbang, tiba-tiba gerbang perlahan menutup, Reza berlari cepat hingga saat di depan gerbang Ia loncat menjauhi Jaguar.
Reza akhirnya selamat dari terkaman Jaguar. Suara benturan kencang terdengar setelah Reza menjatuhkan diri ke tanah.
Adi dan Fahri sontak memapah Reza.
"Ayo masuk." Seru Paman Angga.

Reza mulai diturunkan di atas bangku pendek, Paman Ehsan mengeluarkan kotak P3Knya. Pengobatan luka Reza dimulai, Reza meringis perih saat diberi obat tetes luka. Sementara Adi bersama Paman Angga membawa hasil perburuan ke belakang rumah. Pengobatan berlangsung sekitar 15 menit. Perban putih melilit kencang pada bahu Reza, Ibu Siena mengantarkan Reza beristirahat di kamar yang berada di atas dekat dapur.

"Maafkan aku.. aku tidak tahu jika Jaguar bisa berada disini." Paman Angga menyesal.
Adi menoleh ke Paman Angga, "Memang dulu tidak ada Jaguar disini, Paman?"
"Iya, hewan itu seharusnya berada di Hutan Terz. Tapi karena setengah wilayah hutan dijadikan lahan kelapa sawit, hewan itu mencari makanan hingga sampai di hutan ini."

Paman Ehsan menepuk pundak Paman Angga. "Hey, Angga. Sudahlah, hari sudah malam.. kita semua juga lelah."
Paman Angga mengusap dahinya, "Baiklah. Aku antar kalian ke atas."

***

Hari pertama. Yuni berlatih melempar pisau bersama Paman Ehsan di pinggir halaman rumah, sasaran titi merah papan bundar berjarak tiga meter. Yuni tidak begitu kuat melempar pisau dapur begerigi pinjaman Ibu Siena.

Biter: Dead JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang