August 2016 - Little Angels

3.2K 443 28
                                    

       "Raya sayang udah di mana?" tanya Mentari saat ia bertelepon dengan Raya pada Sabtu pagi di bulan Agustus ini.

       "Baru landing, Ma. Ini Raya langsung ke sekolah Riri naik taksi ya. Doain aja semoga enggak macet dan sampai sebelum Riri tampil," jawab Raya yang baru saja sampai di Jakarta. Seminggu yang lalu Raya diterima kerja di salah satu NGO (Non-Governmental Organization) yang fokus pada kesejahteraan anak, namun di cabang Jogjakarta. Jadi, Raya harus pindah ke Jogja dan selama seminggu terakhir ini dia berada di Jogja untuk mengurus segala kebutuhannya di sana.

       Pukul sembilan pagi Raya sudah mendarat di Jakarta setelah lebih dari satu jam di dalam pesawat yang membawanya dari Bandara Adisucipto ke Soekarno-Hatta. Pukul 10:30 merupakan jadwal Riri tampil di pentas seni tahunan yang diadakan sekolahnya. Harusnya satu setengah jam sudah lebih dari cukup untuk sampai ke ruang teater tempat diadakannya pentas seni tahunan yang ada di sekolah kepokanakannya itu. Namun, di hari Sabtu pagi ini jalanan sangat padat, bahkan di tol dalam kota yang dilaluinya pun padat merayap.

       Pukul 10:45 akhirnya Raya sampai di lobi utama sekolah Riri, ia setengah berlari menuju ruang teater yang letaknya ada di Barat Daya gedung sekolah Riri yang cukup luas.

       Raya memakai loose tank top berwarna hitam yang dimasukan ke dalam celana high-waisted skinny jeans yang juga berwarna hitam dipadu dengan long cardigan abu-abu serta oxford shoes berwarna hitam putih dan baguette bag hitam dengan tali yang bertumpu pada pundak kanan Raya. Rambutnya yang lurus, pendek di atas bahu dan berwarna kecoklatan berterbangan tertiup angin setiap kali dia melangkah menuju ruang teater dengan sesekali melirik ke arah smartwatch hitam miliknya. Tidak lupa ia membawa boneka Teddy Bear berwarna coklat ukuran sedang dengan pita berwarna krem yang tersemat pada leher boneka tersebut. Boneka itu sengaja dibeli Raya untuk Riri pada saat dirinya berada di Jogja.

       Kurang dari lima menit Raya sudah sampai di depan pintu masuk ruang teater. Dibukanya pelan pintu tersebut, dilangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang teater yang cukup besar dengan deretan kursi yang berundak. Sekarang Raya dapat melihat punggung para hadirin yang menyaksikan pertunjukkan pentas seni tahunan yang diadakan sekolah Riri dan almarhumah Rere. Diedarkan pandangannya mencari keluarganya yang telah sampai dari sebelum acara dimulai.

       Hingga matanya menangkap seorang gadis kecil memakai sepatu balet yang senada dengan dress berwarna putih yang mengembang di bagian bawahnya serta dipadu dengan sayap malaikat yang disematkan di punggungnya. Ia bergeming di atas panggung teater seraya menatap ke depan memperhatikan orang-orang yang ada di depannya sambil memegang mikrofon dan sesekali menggigit bibir bawahnya.

       Dengan rambut panjang lurus yang ikal pada ujungnya dan dibiarkan tergerai rapih menambah kecantikan gadis kecil tersebut. Gadis kecil itu adalah Riri, dengan wajah yang sedikit sembab menahan tangis, ia masih tetap berada di atas panggung sendiri.

       Di pinggir bawah panggung teater sudah ada guru musik Riri yang siap memainkan piano untuk mengiringi Riri bernyanyi, ia cukup kebingungan karena gadis kecil itu tidak juga memberi aba-aba agar ia dapat mulai memainkan pianonya.

       Diedarkan lagi pandangannya ke sekitar ruang teater, Raya melihat hadirin yang sebagian besar adalah orang tua murid dari kelas satu hingga kelas enam sekolah Riri mereka mulai heran dan bertanya-tanya mengapa gadis kecil yang berdiri di atas panggung itu tidak juga mulai melakukan pertunjukkannya. Tidak sedikit di antaranya yang mengira bahwa gadis kecil tersebut mungkin demam panggung sehingga terdiam seperti itu. Namun, bagi yang mengetahui alasan sebenarnya Riri terdiam —guru dan orang tua murid teman sekelas Riri dan Rere sudah mulai menitikkan air mata, mereka ikut berduka atas kejadian yang menimpa si kembar.

LIONHEARTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang