Usai berpamitan dengan orang tua Reza, kini mereka berdua sudah berada di garasi rumah Reza.
"Naik motor aja yuk, Ray, biar enggak perlu macet-macetan," usul Reza kepada Raya.
"Bebas, Za. Gue ambil jaket dulu ya berarti di mobil," ucap Raya disertai anggukan dari Reza.
Mereka berpisah, Raya keluar rumah untuk menuju mobilnya dan mengambil jaket parka hitam yang selalu ada di mobilnya, sedangkan Reza mengambil motor dan helm untuk dia dan Raya lalu keluar gerbang menghampiri wanita itu dengan motornya.
Raya yang sudah memakai jaketnya, mengunci kembali mobilnya dan mengambil helm yang diserahkan oleh Reza kemudian naik ke atas motor yang cukup tinggi tersebut.
"Za!" seru Raya kepada Reza yang sedang menyalakan mesin motornya.
"Hmm?" jawab Reza singkat sambil menengok ke arah Raya yang duduk di belakangnya.
"Tau enggak? Motor dengan tempat duduk kayak gini tuh musuh perempuan tau!" protes Raya yang cukup takut terjatuh dari motor Reza yang tinggi ini sembari memakai helm yang tadi diberikan pria itu.
Reza yang mendengarnya pun tertawa kecil dan bertanya, "Kenapa gitu?"
"Soalnya susah pegangannya!" jawab Raya yang tidak pernah naik di atas motor seperti ini—biasanya jika dia naik ojek, motor yang digunakan tukang ojek bukan yang seperti ini. Jadi tanpa harus pegangan pun Raya tidak takut terjatuh.
"Itulah fungsinya pinggang si pengendara, Ray," ujar Reza sambil menarik tangan kiri Raya ke pinggangnya. Kemudian lanjut berkata, "Nah, yang satu (tangan kanan) juga sama. Eh atau kalau mau dilingkerin ke perut gue juga enggak apa-apa kok Ray, biar lebih aman," ucap Reza yang tersenyum jahil di balik helm hitam full face-nya. Bilang aja Reza minta dipeluk dari belakang sama Raya!
"Kayak gini?!" kata Raya yang bukannya melingkarkan tangannya ke perut Reza, malah menggoyangkan jemari tangannya sekian detik di perut Reza yang dibalut sweater menutupi perutnya yang rata meski tanpa abs—yang kebetulan, Raya pun bukan wanita yang gemar melihat perut pria yang kotak-kotak seperti perut lobster tersebut.
"Ampun, Ray! Geli tau! Kalau jatoh gimana?" gerutu Reza, yang memang tidak tahan dengan gelitikan.
"Kan kaki lo masih nahan," jawab Raya terkekeh—memang benar kedua kaki Reza masih berada di aspal agar motor dapat berdiri dengan seimbang.
"Shall we go, now?" tanya Reza sambil menengok kembali ke arah Raya yang duduk di belakangnya diikuti Raya yang mengangguk sekali—menyetujui ajakan Reza untuk segera berangkat keliling kota Jogja.
Saat Reza sudah menjalankan motor beberapa meter menjauhi rumahnya, dirasakannya tangan Raya yang melingkar di perutnya, lalu kepala Raya yang menengok ke samping kiri bersandar di punggungnya.
Mendadak banyak kupu-kupu yang entah bagaimana caranya sedang berterbangan di perut Reza yang jika tidak memakai helm pasti siapa saja dapat melihat telinga pria itu yang sudah merah padam karena malu tapi lebih banyak senangnya akibat Raya memeluknya dari belakang.
Sepertinya spontanitasnya mengajak Raya berkeliling Jogja merupakan salah satu keputusan terbaik yang dia lakukan sepanjang hidupnya. Bahkan menurutnya sekarang, bahagia itu sederhana, sesederhana saat Raya memeluknya dari belakang seperti ini. Dibandingkan saat ia menonton pertandingan Lakers, tim basket favoritnya, langsung di Los Angeles tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIONHEARTED
ChickLit"This is the real life -- we don't always get what we want and the destiny can be so heartless, sometimes." ______ "The hardest part when it comes to love; heart thinks faster than brain." ______ From urbandictionary.com, LIONHEARTED; ...