"Ray? Kamu di situ?" tanya Reza dengan suara yang cukup kencang sembari meraba-raba ke depan mencari Raya.
Masih tidak ada jawaban.
"Ray, kalau kamu enggak jawab aku buka blind fold-nya ya," kata Reza, lagi, tidak ada jawaban. Ditunggunya beberapa detik, kemudian ia mulai menghitung.
"Satu," tetap tidak ada yang menjawab.
"Dua," masih tidak ada sahutan, jawaban atau apapun tetapi Reza merasa ada yang mendekatinya, namun dia tahu itu bukan Raya, karena tidak tercium sama sekali wangi khas Raya.
"Tiga!" kemudian dibukanya ikatan scarf yang menutup matanya, lalu ia pun mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya, kemudian dilihatnya sudah ada anak laki-laki yang kira-kira berumur tiga tahun berdiri di depannya. Saat mata mereka bertemu, anak kecil itu dengan polosnya berkata,
"Kakak gi belajal itung ya? Kok cuma mpe tiga? Alif dah bisa uwa puluh lebih diajalin Bunda," ujar anak kecil yang belum bisa melafalkan huruf r dengan baik itu.
"Eh.. hmm.. pinter Alif," ucap Reza kikuk sambil mengusap kepala Alif—anak kecil yang sama sekali tidak dikenalnya. Dilihatnya ke kiri dan ke kanan mencari Raya. Lalu menunduk ke arah Alif dan berkata, "Alif lihat kakak perempuan yang pakai jaket hitam, kemeja biru muda kotak-kotak, rambutnya pendek segini enggak?" tanya Reza kepada Alif menanyakan keberadaan Raya dan menjelaskan ciri-ciri Raya yang sekiranya dapat dimengerti oleh Alif.
Alif menautkan alisnya, kemudian menggembungkan pipinya sambil menengok ke kiri dan ke kanan mencari sosok yang ditanyakan oleh Reza.
"Hmm... tuh, Kak?" tanya Alif yang menunjuk ke arah Raya yang telah berdiri sekitar dua puluh meter di sorong kanan Reza sambil menghadap ke arah Reza dan Alif—tentunya Raya masih tertawa geli melihat Reza yang teriak-teriak sendiri di Alun-Alun tersebut.
"Nah iya bener! Terima kasih ya Alif, sekolah yang pinter biar bisa ngitung sampai 100," ujar Reza sambil mengusap puncak kepala Alif.
Disusul Raya yang berteriak ke arah Reza, "Payback is a bi—" teriakan Raya terpotong karena melihat Reza yang berlari ke arahnya dengan raut wajah yang seolah berkata, "You're gonna pay for this, Naraya!!"
.......
Pukul 19:55 mereka sampai di rumah Reza. Raya masuk ke dalam mengikuti Reza yang mengucapkan salam kepada seisi rumah.
"Assalamualaikum.. Ma.. Pa.." teriak Reza ketika mereka memasuki ruang tamu.
Ibunda Reza, Nia, keluar dari kamarnya yang berada satu lantai dengan ruang tamu.
"Waalaikumsalam, kemana aja tadi jalan-jalannya?" tanya Nia.
"Ke Alun-Alun, Tante," jawab Raya.
"Kalian makan malam dulu gih, biar minta dipanasin sama Mbok, sebentar kok," ujar Nia.
"Enggak usah repot-repot Tante Nia makasih, tadi udah makan kok sama Reza. Raya pamit pulang ke apartemen ya, Tante Nia. Takut kemaleman," tolak Raya halus sekalian pamit kepada Nia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIONHEARTED
Literatura Feminina"This is the real life -- we don't always get what we want and the destiny can be so heartless, sometimes." ______ "The hardest part when it comes to love; heart thinks faster than brain." ______ From urbandictionary.com, LIONHEARTED; ...