Hari Sabtu tanpa acara di Yayasan, merupakan hari dimana Raya menghabiskan waktu dengan Reza-entah untuk bersilaturahmi ke rumah Reza, lari pagi, bersepeda, wisata kuliner, dan lain sebagainya. Hari ini rencananya mereka akan pergi ke Solo untuk wisata kuliner ke tempat-tempat yang banyak direkomendasikan.
Baru saja Reza selesai mengirimkan pesan bahwa ia telah sampai di dalam lobi apartemen, sudah terlihat Raya yang keluar dari lift dan bertemu tatap dengan dirinya yang duduk di salah satu sofa di sana.
Reza yang melihat Raya berjalan ke arahnya langsung tersenyum menyambut kedatangannya.
"Za, are you alright? Muka kamu pucet gitu deh," tanya Raya kepada Reza yang melihat wajah pria itu lebih pucat, tidak seperti biasanya.
"Enggak apa-apa kok," tampik Reza sambil menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa? Kamu pakai bedak?" tanya Raya yang khawatir namun diselingi dengan gurauan.
"Enggak, nih," protes Reza sambil mencolek pipinya dengan jari telunjuknya dan menunjukkan jarinya tersebut ke arah Raya sambil memasang wajah yang seolah berkata 'see?'. Kemudian menambahkan perkataannya untuk menanggapi gurauan Raya, "lagian tadi malem aku enggak ada jadwal mangkal kok."
Sambil tertawa mendengar gurauan Reza, Raya langsung menaruh telapak tangan kanannya ke kening Reza untuk mengecek temperatur tubuh pria itu yang ternyata cukup panas.
"Enggak apa-apa apanya? Ini badan kamu panas gini!" omel Raya.
"Nanti juga turun sendiri kok, Ray," ujar Reza sembari menggenggam tangan kanan Raya yang berada di keningnya. Saat bangun tidur pagi ini dirinya memang merasa sedikit demam namun karena sudah janji akan pergi dengan Raya maka ia paksakan dirinya untuk tetap pergi.
"Tuh, tangan kamu juga panas, Za!" omel Raya, lagi, kali ini sambil mengusap tangan Reza yang menggenggam tangannya. "Ikut aku sini!!" tambahnya sembari menarik Reza menuju lift apartemennya.
"Mau ke mana, Ray?" tanya Reza setelah mereka masuk ke dalam lift dan Raya menekan tombol bertuliskan 7 yang ada di dalam lift yang mereka naiki.
"Ngambil obat buat kamu, biar jinak!" jawab Raya, yang tentu saja bercanda.
"Emangnya aku macan!" gerutu Reza sambil mengerucutkan bibirnya. "Lagian kurang jinak apa sih aku sama kamu, Raay?" ucap Reza, kali ini sambil terkekeh dan menyentakkan pelan bahunya ke bahu Raya, diikuti Raya yang memutar kedua bola matanya.
Ting..
Keluar dari lift mereka berjalan ke arah pintu bernomor 707, setelah itu Raya menekan empat digit nomor yang terdapat di kenop pintu sebagai sandi untuk membuka pintu apartemennya.
"Bagus Ray apartemennya," ucap Reza yang baru pertama kali berkunjung ke dalam apartemen Raya.
"Thanks. Kamu duduk dulu aja di sofa ya, aku ambilin obat sama air putih," perintah Raya sambil berjalan menuju kotak P3K yang ada di dalam kamarnya.
Selagi menunggu Reza mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen yang rapi dan tertata dengan baik. Reza menelisik sisi demi sisi apartemen yang berada dalam jangkauan matanya, hingga kedua bola matanya terpaku pada pintu bercat putih yang tadi Raya lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIONHEARTED
ChickLit"This is the real life -- we don't always get what we want and the destiny can be so heartless, sometimes." ______ "The hardest part when it comes to love; heart thinks faster than brain." ______ From urbandictionary.com, LIONHEARTED; ...