CHAP.5

2.1K 274 41
                                    

Kalau begitu, aku takkan bicara padamu lagi.

~~~

Cklek.

Dokyeom membuka pintu dan keluar dari rumahnya. Baru saja ia ingin ke rumah Yuju, namun langkahnya terhenti ketika melihat Wei sudah ada di depan pintu gerbang rumah Yuju. Wei pun menyadari kehadirannya.

"Dokyeom? Kau tetangganya Yuju?" tanya Wei.

Tidak, aku unnienya!

"Ah, iya," kata Dokyeom.

"Oppa, maaf aku lambat," kata Yuju yang sedikit berlari dari arah rumahnya.

"Tak apa," kata Wei.

"Dokyeom? Hari ini kita berangkat bersama Wei oppa, ya?" tanya Yuju.

Dokyeom hanya tersenyum palsu dan mengangguk. Ia merasa sebentar lagi akan menjadi nyamuk, bukan, lebih tepatnya patung yang berjalan. Sepanjang perjalanan mereka ke sekolah, hanya dipenuhi oleh tawa dan obrolan. Walaupun Yuju masih mengajaknya bicara atau sekedar menyenggol sikutnya, tetap saja ia merasa seperti angin diantara mereka.

***

"Dokyeom oppa!"

Suara itu lantas membuat Dokyeom menghela nafasnya.

"Bisakah kau tidak mengangguku sehari saja?" tanya Dokyeom sambil memohon.

"Tapi, besok dan selamanya aku akan terus menganggumu. Kau mau?" tanya Chaeyoung.

"Ya Tuhan, ambil saja nyawaku," kata Dokyeom pasrah.

"Ngomong-ngomong, dimana si nenek sihir itu?" tanya Chaeyoung.

"Yuju bukan nenek sihir dan dia sedang bersama orang lain," kata Dokyeom.

"Orang lain? Hm, kalau begitu kau bisa bersamaku," kata Chaeyoung.

"Tidak, terima kasih," kata Dokyeom.

Walau ia tahu Chaeyoung tidak akan pergi, ia tetap berjalan ke perpustakaan. Berniat mengasingkan dirinya sejenak dari keramaian.

***

"Kau sendirian? Mana Dokyeom?" tanya Wei yang baru saja datang.

"Dia sedang bad mood, jadi dia melarikan diri ke perpustakaan," kata Yuju sambil memainkan handphone.

"Apa kau mau bermain bola basket?" tanya Wei.

"Ya!" kata Yuju seketika semangat.

***

Plung.

Sekali lagi Wei sukses memasukkan bola ke dalam ranjang.

"Oppa, kau bermain sangat bagus. Apa kau anggota tim basket atau semacamnya?" tanya Yuju.

"Aku anggota tim basket sekolah. Masa kau tak mengenalku?" tanya Wei.

"Benarkah? Aku tak melihatmu, malah aku melihat Junhui, Seungcheol, dan Hanbin sunbaenim. Tapi, aku tak melihatmu," kata Yuju.

"Ah, aku tahu. Semenjak 1 tahun yang lalu, aku ditempatkan di posisi cadangan, karena aku adalah penyebab kekalahan tim sekolah kita," kata Wei menatap bola basket yang kini ada di tangannya.

StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang