Bab 7

2.2K 232 13
                                    

Hampir semua peserta mengitari pandangan mereka ke segala penjuru ruang. Dikejauhan dari tempat Lucia dan Rendi berdiri, seorang wanita yang tadinya berteriak dan memeluk temannya kerena melihat teman mereka terbunuh keji, perlahan-lahan mulai memberanikan diri melihat keadaan sekitar. Ada juga yang hanya terpaku pada satu arah.

Sekarang, mereka dikumpul dalam suatu tempat yang dapat disebut rumah mewah. Sebuah rumah yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdapat pintu masuk utama yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran dibawah pintu yang sedikit abstrak. Pintu itu dilindungi cahaya merah transparan-seperti kubah merah yang melingkupi kota. Tidak hanya pintu, bahkan jendela juga tertutup olehnya. Tak ada satu orangpun yang berani mencoba untuk keluar.

Bergerak sejauh lima meter dari pintu masuk sebelah kiri, terdapat jejeran kursi sofa empuk berwarna coklat melingkari meja-mungkin itu ruang tamu rumah ini. Sementara, disebelah kanan pintu masuk juga terdapat jejeran kursi yang sama dan ditempat ini dilengkapi TV LCD. TV menyala yang menampilkan bercak semut tanpa siaran.

Mereka terkumpul ditengah ruangan lantai satu. Tepat diatas mereka terdapat lampu hias mewah yang berpendar menerangi gelapnya malam. Sekitar tiga puluh meter jaraknya dari tempat mereka berdiri terdapat pintu besi yang terbuka. Seorang anak laki-laki mencoba menengok apa dibaliknya.

"Hei, disini halaman belakang. Ada kolam renang juga." Anak laki-laki itu berbicara pada semua orang sambil menunjuk ke arah halaman. Beberapa dari mereka yang penasaran segera berkerumun didekat pintu. Memandang pada gelapnya malam yang sudah tidak dilingkupi kubah merah lagi. Halaman belakang rumah itu dihiasi beberapa pohon rendah,kursi taman dan cahaya orange dari lampu taman menambah keanggunan suasana malam. Halaman itu dikelilingi tembok yang sangat tinggi dan tidak memungkinkan untuk dipanjat, kecuali ada beberapa orang nekat yang saling kerjasama.

Seorang anak bertubuh jangkung berseru. "Teman-teman, lihat! Ada yang muncul di layar TV," kata Reno kepada semua orang yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya. Dalam waktu singkat mereka semua berlari di depan TV LCD yang semula menampilkan semut-semut berganti menjadi seorang pria dewasa bermata coklat, berambut hitam dan mengenakan jas putih khas laboratorium dengan latar cahaya putih serta tabung-tabung reaksi yang tertata rapi. Sudut kanan atas TV menampilkan tulisan "Cosmos".

Kami ucapkan selamat datang dalam kastil perlindungan. Perlu kalian ketahui, kastil yang kalian tempati berada di ruang angkasa dengan jarak satu tahun cahaya dari bumi. Kami tegaskan pada kalian, jangan mencoba untuk keluar jika tidak mau mati di balik dinding. Saat ini, kalian menerima udara dari tabung oksigen yang kami tanam di dalam dinding. Kami memberikan kalian waktu selama dua jam untuk makan, setelah itu naiklah ke lantai dua dan pelajari apa yang ada disana. Sebelum waktu berakhir, pilihlah kamar yang kalian inginkan. Satu kamar berisi satu orang. Lalu tidurlah. Baik! Kurasa perintahnya cukup jelas. Good luck anak-anak!

Disebelah kiri pintu menuju halaman belakang, berada di sudut dekat tangga terdapat pintu sebagai akses menuju dapur. Ketika mereka memasuki dapur, anak-anak itu tampak riang karena di meja telah tersaji berbagai makanan lezat yang masih hangat. Makanan yang cukup untuk empatpuluh enam orang bahkan lebih.

Anthony dan Rendi langsung menyambar piring dan mengambil makanan. Lucia yang lapar tapi malas mengantri menunggu sambil melepas dahaga dengan segelas air putih.

"Minumlah. Kamu pasti haus karena seharian kita berlarian didalam kota," kata Lucia yang menyodorkan segelas air putih pada Anne yang berada disampingnya.

"Mungkin mereka tidak akan meracuni kita," kata Anne memandang gelas yang diberikan Lucia.

"Hmm ... mungkin tidak, aku sudah meminumnya dan ... sampai saat ini tidak ada reaksi. Lihatlah mereka." Lucia menunjuk mereka yang sedang makan.

COSMOS: Simulation SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang