#11

57 3 0
                                    

Arsakha POV

Gue berjalan menuju kasur gue dengan tangan yang sibuk mengacak-acak rambut gue yang basah supaya cepat kering. Gue meraih hp gue yang tergeletak di atas kasur dan melihat notifikasi yang tertera di layar.

2 panggilan tak terjawab

5 pesan masuk

Dahi gue mengernyit mencoba menebak siapa. Gue segera membuka notif-notif tersebut dan benar semuanya dari Bagas.

Bagaskara / Today 18.55

nyet sini ke Mall, gue lagi bareng Dee nih.

Bagaskara / Today 18.59

Woi !

Bagaskara / Today 19.05

Lo pingsan apa mati sih?

Bagaskara / Today 19.07

Lo gak beneran meninggal kan Sak?

Bagaskara / Today 19.09

Kl lo idup lagi cepet susul ke Mall yak.

Gue melemparkan kembali hp gue kekasur dan beranjak pergi menuju dapur. Seperti biasa Bi'Inem sibuk nyiapin makan malam.

"Eh, Mas Sakha... bentar yo Mas, ini lagi masak telor dadarnya Tata," kata Bi'Inem yang sadar akan kehadiran gue di wilayah kekuasaannya.

"Ya, selaw. Masih belum laper ini." Gue mengambil coca cola dari dalam kulkas dan langsung menjajah meja makan.

"Mama kemana?" tanya gue kepada Bi'Inem yang sekarang lagi sibuk ngupasin bawang.

"Lagi mandi kayaknya," jawabnya tanpa menoleh ke arah gue.

"Papa ?" tanya gue lagi

"Lagi ada rapat RT kalo gak salah, bentar lagi pulang."

Gue mengangguk dan kemudian pamit ke Bi'Inem buat ke ruang tv dulu. Di ruang tv gue ngeliat sosok yang paling sering banget gue temuin lagu ketawa ketiwi dengan hp yang melekat di telinganya.

Gue langsung mengambil posisi duduk di sebelah Tata, gue memperhatikan dia dengan teliti selama beberapa saat, merasa di perhatikan Tata menatap gue dengan wajah yang jelas-kalau- dia-terganggu-banget-dengan-adanya-gue-disini.

"Rastya sayang, itu siapa sih yang nelpon?! Lo selingkuh ya Ras? Jangan ganjen deh," kata gue yang menggoda Rastya dengan volume suara yang sengaja gue naik-naikin.

Tata menatap gue jijik dan langsung melayangkan tendangan ke gue. "Eh, gak gak! Itu abang gue kok, dia emang gila,"

Sialan. Gue dikatain gila.

Tak lama Tata menjauhkan hp nya dari telinganya. Dia menatap gue sebal. "Rese ih! gue lagi nelepon juga ah!" ucapnya bete.

"Lagian lo teleponan sama siapa sih, gegayaan telepon-teleponan,"

"Sama calon lah!"

Gue dengan refleks ngakak denger Tata ngomong gitu, bukan cuman ngakak-in Tata tapi gue juga ngakak-in diri gue sendiri. Tata yang masih bocah aja udah ada calon, nah gue yang anak SMA aja gak dapet-dapet. Sialan.

"Gegayaa lo, gue bilang Mama ntar," ancem gue

"Eh! Jangan dong!! Ntar gue dimarah,"

"Bodo amat,"

Surat Untuk AdeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang