Bonus Chapter

74 6 0
                                    



Bonus Chapter

Bagas melajukan mobilnya yang dipenuhi lagu-lagu terbaru yang diputar oleh radio. Sesekali kepalanya ikut bergerak sesuai irama lagu tersebut. Dia memilih untuk bolos hari ini, ntah kenapa ia kehilangan selera untuk belajar dan sekolah. Walaupun sebenarnya itu memang hal yang setiap hari di hadapinya. Prinsipnya adalah bolos sebanyak-banyaknya sebelum kelas 12, karena melihat pengalaman para sesepuh nya kelas 12 adalah kelas yang memang bakalan susah banget buat bolos. Arjuna yang sering bolos pas kelas 12 sekarang sebulan paling banyak cuman 2 kali bolos. Di sekolahnya murid kelas 12 diawasi dengan lebih ketat oleh guru dibanding kelas 11 atau 10 .

Mobil nya terparkir dengan rapi di parkiran Bandar Udara Soekarno-Hatta. Dia segera melangkahkan kakinya keluar dalam mobil. Sukur dia selalu membawa baju ganti di mobilnya untuk jaga-jaga jadi dia tak perlu repot untuk pulang mengangganti seragam sekolah.

Hp nya berdering menunjukkan ada panggilan masuk. Dia merogoh saku celanyanya dan melihat layar hpnya.

Layar nya melihatkan nama Riko yang bisa dipastikan menunggu jawaban dari Bagas.

"Halo?" sapa Bagas

"Yaudah lo tunggu aja disitu nyet," ucapnya lagi "Iya iya, otw"

Bagas pun mengembalikan hp nya kedalam saku dan segera meluncur ketempat yang sudah di janjikan.

Mata nya menyorot 2 orang yang meskipun sudah tampak berubah tapi masih bisa dikenali olehnya. Riko dan Dimas.

Dia semakin mempercepat langkah kakinya. "Woy bangsat!" sapa Bagas dengan senyuman lebar.

"Wuih ! ini nih si kutu kupret! Lama banget sih lo nyet," protes Riko

"Sampe kita sempet makan dulu noh, habis kan jadinya uang gue," ungkap Dimas yang protes juga

"Yaelah, kayak gak tau Jakarta aja. Macet boss,"

"Lah, Sakha sama Juna mana?" tanya Riko yang mencoba mencari cari 2 makhluk tersebut.

"Juna biasalah sibuk sekolah, kalo Sakha – " Bagas memberhentikan ucapannya lalu menepuk jidatnya pelan. "Bangsat, gue lupa bilang tuh anak ayam satu,"

"Yaelah, udah kayak engkong gue lo pelupa," ejek Riko

"Bara ada kan di rumah?" tanya Dimas

"Ada. Gue kira Sanjaya ikut lo pada, ternyata besok sore yaelah itu anak suka beda sendiri,"

"Mana mobil lo? Panas nih, mending cepet ke mobil sebelum gue meleleh," perintah Riko.

Mereka pun langsung menuju mobil Bagas dengan obrolan yang tak berhenti-henti.

***

"Ntar biar gue jemput aja ya," ucap Bagas yang sedang berbicara dengan Adeera melalui perantara ponsel yang tertempel di telinganya.

"Iya, yaudah semangat sekolahnya ya nyet," kata Bagas yang langsung menutup teleponnya.

Dia melangkahkan kaki menuju meja yang telah ditempati Riko dan Dimas beserta makanan yang baru saja datang.

"Perasaan gue tadi lo bedua bilang udah makan deh," ujar Bagas saat ngeliat kedua temannya memakan makanan didepannya dengan lahap.

Dimas menelan makanannya terlebih dahulu. "Sewot aje lo, namanya perut mana bisa ditebak,"

"Nah bener! Udah kayak cewek! Susah di tebak," sambung Riko

"Lo gak makan?" tanya Dimas sebelum dia menyedot teh es nya.

Surat Untuk AdeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang