Adeera POV
To: Sakha
Sakh, temenin gue ke sekolah dong.
Gue melempar handphone gue ke atas ranjang ketika telah selesai mengirim pesan singkat kepada Sakha. Gue membuka lemari pakaian dan mengambil tshirt putih bertulis 'awesome' dan sebuah ripped jeans hitam. Baru aja gue mau membuka baju rumah gue dengan kaos yang gue ambil, handphone gue berbunyi.
From: Sakha
Ke sekolah? Di hari minggu yg cerah ini? Ada apa gerangan?
Gue tertawa kecil membacanya.
To: Sakha
Lebay lo. Gue mau nganter kamera ke anak basket
Gue kembali melanjutkan mengganti baju setelah selesai membalas pesan dari Sakha. Gue menatap cermin sebentar dan mulai memoles bedak tipis. Mencepol rambut sembarangan serta memberi sentuhan lipgloss ke area bibir.
Balasan sms dari Sakha tiba-tiba masuk lagi.
From: Sakha
Oh mau ketemu sang mantan kekasih ternyata. Boleh dah, kapan lagi bisa ngeliat Adeera gamon.
To: Sakha
Gamon pala lo. Cepetan!
Gue berjalan kembali ke arah lemari dan membukanya. Mengambil kemeja merah bergaris-garis hitam kesukaan gue. Kemeja ini pemberian Sakha pas gue lagi ngambek gara-gara dia gak jadi ikut gue dan Bagas liburan ke Lombok. Jadi sebagai gantinya dia beliin kemeja ini buat supaya gue nganggep kalo dia selalu ikut bareng gue ke manapun gue pergi.
Baru aja gue selesai mengikatkan kemeja di sekitar pinggang gue, gue mendengar suara teriakan Gema dari luar kamar. Dengan kesal gue langsung membuka pintu kamar dan menemukannya udah berdiri di depan pintu.
"Tuh cowok lu udah dateng daritadi. Gangguin orang mulu lagi," ucap Gema dengan wajah yang tertekuk sempurna.
"Siapa?" tanya gue bingung.
"Sakha lah! Siapa lagi?" jawab Gema yang langsung membuat gue membelalak kaget. Gue langsung mendorong tubuh Gema buat minggir dan melihat ke arah ruang tengah dari balkon lantai dua. Di sana udah ada Sakha duduk dengan gaya sok gentleman-nya. Dari senyumnya bahkan udah keliatan kalo dia bakal ngomong "gue keren banget kan udah nyampe di sini sebelum lo minta".
Gue memutar kedua bola mata gue jengah, "gue tahu lo mau ngomong apa."
Sakha langsung tertawa saat mendengar ucapan gue, "cie kemejanya samaan," ucap Sakha yang membuat gue melirik kemeja yang gue lilit di pinggang dan kemeja yang dipakai Sakha. Sama! Persis!
Ya iyalah, orang Sakha yang beliin.
"Kencan dong berarti kita?" tanya gue.
"Yaudah, ayo!" jawab Sakha yang membuat kita berdua langsung tertawa.
**
"Udah sampe," ucap Sakha sambil mematikan mesin mobilnya. Gue melirik ke sekitar dan memang benar kalo kita udah berada di lingkungan sekolah. Lapangan sekolah lagi ramai banget sama pemenang-pemenang Pelita Cup kemarin. Gak cuman dari sekolah gue aja, ada yang dari luar juga.
Gue melirik ke arah Sakha, "ikut, gak?" tanya gue.
Sakha menggeleng sambil membuka handphonenya, "gak deh. Lo aja. Itu mereka udah mau berangkat, ga bakal sempet ngobrol banyak."
Gue mengangguk paham, "yaudah, tunggu bentar ya."
Gue keluar dari mobil Sakha dan berjalan melewati keramaian. Mata gue terus mencari-cari keberadaan Bagas dan team basket sekolah gue. Gue udah bilang sama Bagas tadi malem kalo gue bakal nganterin kamera sebelum dia berangkat, dan dia juga udah setuju.
Mata gue berhenti mencari kesana kemari ketika gue udah mendapatkan keberadaan Bagas. Dia lagi duduk di dalam salah satu bus yang tersedia bersama seorang cewek. Gue tahu dia siapa. Vinka.
Vinka itu salah satu mantannya dan cewek yang belakangan ini sering banget di gosipin sama Bagas.
Gue menatap mereka berdua lekat, Bagas dan Vinka kayak gak canggung buat ngobrol berdua di dalam bus dengan sangat mesra. Vinka bahkan gak marah ketika tangan Bagas mencubit kedua pipi Vinka dengan gemas. Dan sama dengan Vinka, gue juga merasakannya disini. Gue bahkan gak marah ketika Bagas memperlakukan Vinka kayak gitu.
Gue mendesah lega. Ternyata benar, perasaan itu udah ilang. Gak tau sejak kapan, yang pasti sekarang udab gak berbekas lagi.
Gue dengan segera menitipkan kamera ke salah satu anggota team basket sekolah gue buat dikasi ke Bagas. Dengan alasan buru-buru, gue langsung bergegas kembali masuk ke dalam mobil Sakha.
Sakha melirik gue bingung ketika gue gak berhenti senyum sejak gue balik dari nganterin kamera.
"Kenapa lo?" tanyanya.
Gue melirik balik Sakha dan menampilkan senyum lagi, "ternyata dugaan gue selama ini bener, udah gak ada lagi."
Sakha mengerutkan dahi bingung, "apanya?"
"Perasaan gue ke Bagas."
Dan seiring dengan laju mobil Sakha yang menembus padatnya ibukota untuk menuju ke tempat kencan kita, tangan Sakha menggenggam tangan gue erat seakan gue bisa ngerasain apa yang dia rasain.
Bahagia, setidaknya untuk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Adeera
Roman pour AdolescentsArsakha Gibran Alfahrizzi, cowok yang jatuh cinta sama pacar sahabatnya sendiri. Gak ada yang tau kalau dia menyimpan rasa kepada Adeera sama seperti gak ada yang tau kalau dia suka menulis surat khususnya ke Adeera. Baginya, Adeera adalah duniany...