Adeera POV
Gue mengaduk minuman gue dengan malas. Rasa red velvet yang merupakan rasa favorit gue bahkan gak bisa bikin gue keluar dari mood gue yang lagi gak baik. Suara helaan napas kasar lagi-lagi keluar dari mulut Sakha. Dengan malas gue melirik cowok yang lagi duduk di depan gue, dia menatap gue lekat-lekat.
"Ngapain lo sok mutusin kalo emang lo gak mau putus?" tanya Sakha sambil menyenderkan bahunya ke sofa. Kedua lengannya udah terlipat sempurna di depan dada.
"Bukannya gitu," gue mulai mencari jawaban yang tepat.
"Terus?"
"Sakh...," ucap gue lirih, "Hubungan gue sama Bagas itu udah kayak benang kusut, salah satu cara buat benang itu gak kusut lagi ya....diputusin."
Sakha semakin menatap gue dalam.
"Cara lainnya yaitu dengan melonggarkannya satu persatu," timpal Sakha.
"Kita berdua bahkan udah terlalu capek buat itu," jawab gue yang membuat Sakha lagi-lagi menghela napas.
"Terserah lo, deh," ucap Sakha pasrah. "Asal abis ini lo gak nangis kejer aja."
Gue menatap Sakha dengan tajam pas dia bilang kalo gue bakal nangis-nangis alay buat Bagas.
"Sorry, ya. Gak level," jawab gue sambil memukul meja cafe dengan semangat. Sedangkan Sakha sempat terkejut karena gebrakan meja yang sempat gue lakuin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."HUAAAAAAAA!! HIKS HIKS HIKS"
"Udah, Dee, gak usah nangis," ucap Sakha kelabakan sambil memeluk gue erat. Ini pertama kalinya gue nangis setelah seminggu resmi putus dengan Bagas.
"HUAAAAAAA" bukannya mereda, tangisan gue malah semakin menjadi.
"Loh, malah makin gede nangisnya. Maaf, deh, maaf." ucap Sakha sambil terus mengelus rambut gue.
"HIKS HIKS HIKS" tangisan gue pun mulai mereda seiring dengan elusan Sakha di rambut gue.
"Katanya gak level nangisin Bagas," gumam Sakha yang masih bisa gue denger. Dengan kasar gue keluar dari pelukannya dan menatap cowok itu tajam.
"Gue kan bukan nangisin Bagas, gue nangisin kue yang lo beli." ucap gue membela diri.
"Ya, tapi karena kue yang gue beli itu pernah di beli juga sama Bagas buat lo, kan?" tanya Sakha sambil melirik kue bulat kecil yang terdapat gambar Minnie Mouse di atasnya. Lucu banget, tapi sayangnya ngingetin gue pas masa-masa Bagas pdkt-in gue dulu.
"HUAAAAAAA" Sakha langsung panik pas tangisan gue dateng lagi. Dengan cepat dia langsung memeluk gue lagi dan mengelus rambut gue.
"Iya, maaf, maaf."
**
"PERGILAH KAU. PERGI DARI HIDUPKU. BAWALAH SEMUA RASA BERSALAHMU. PERGILAH KAU. PERGI DARI HIDUPKU. BAWALAH RAHASIAMU YANG TAK INGIJ KUTAHUI." gue menyanyi dengan semangat yang menggebu-gebu, beserta dengan tatapan yang tajam. Suara gue menggema di ruangan karaoke yang di sewa Sakha. Cowok itu bahkan gak segan-segan traktirin gue di ruangan VIP.
Sedangkan Sakha lagi duduk di samping gue sambil memijit pelipisnya, seakan menahan sesuatu.
"BEGINI RASANYA TERLATIH PATAH HATI. HADAPI GENTIRNYA TERLATIH DISAKITI. " ini lagu ke lima yang udah gue nyanyiin masih dengan tema lagu yang sama. Lagu strong abis putus cinta.
"PERGI SAJA KAU PERGI TAK USAH KEMBALI. PERCUMA SAJA KINI, HANYA MENGUNDANG PERIH. CUKUP TAHU KU DIRIMU, CUKUP SAKIT KURASAKAN KINI." dan ini udah lagu yang ke sembilan. Gue masih tetap bersemangat, dan Sakha masih tetap menutup matanya sambil meremas rambutnya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Adeera
Teen FictionArsakha Gibran Alfahrizzi, cowok yang jatuh cinta sama pacar sahabatnya sendiri. Gak ada yang tau kalau dia menyimpan rasa kepada Adeera sama seperti gak ada yang tau kalau dia suka menulis surat khususnya ke Adeera. Baginya, Adeera adalah duniany...