Part 11

134 17 2
                                    

Sekuel ke 3 dari Devil Mask, Happy Reading


Part 11

Aku memasuki sebuah ruangan gelap, cahaya bulan bahkan tidak mempu menerangi ruangan ini, pengap dan berkabut, asap memenuhi seluruh ruangan. Aku bahkan tidak bisa melihat apapun di sini.

Huk,.. Hukk.. Aku terbatuk hebat, tentu saja ruangan ini berkabut bukan karena efek kabut asap yang sempat melanda negara tercinta ini, apalagi karena tetangga yang membakar sampah, bagaiaman itu mungkin? Gedung ini tingginya mencapai 20 lantai.

Ya... kalian benar, ruangan ini berkabut karena asap rokok yang memenuhi ruangan. Salah satu jendelanya terbuka lebar, angin bertiup kencang menerbangkan tirai jendela, tapi tidak cukup mengusir asap di ruangan ini. Entah sudah berapa batang rokok yang sudah dihisap Raiyan.

Aku sedikit cemas, sepertinya masalahnya dan Cherisa sangat serius.

"Huk.. Huk..." sebuah suara batuk muncul di depan pintu.

"Oohh Tuhan... Raiyan...! Apa loe mau bunuh diri?" pekiknya histeris. Dia menghidupkan lampu, aku membalikkan wajah, Frans sudah ada di depan pintu.

Ini memang ruang kerja Raiyan, aku mencari keberadaan Raiyan yang sedari tadi tidak ku lihat. Ternyata dia sedang duduk di depan mejanya dengan di penuhi asap yang beterbangan di sekelilingnya.

Aku menangkap sosok Frans yang sedang menghidupkan sospen, dan membuka semua jendela.

"Apa masalah loe seberat itu?" aku buka suara.

"Tentu saja.. Dia bahkan tidak mau pulang ke rumah bersama gue." Raiyan terlihat frustrasi dan menyulut satu batang rokok lagi. Frans merebut rokok itu dan mematahkan nya.

"Ini tidak akan menyelesaikan masalah. Loe harus ingat Cherisa sedang hamil ..., jangan sampai loe mati karena keracunan nikotin!" Frans menatap kesal. Hanya Frans yang mampu melakukan itu pada Raiyan. Jika itu aku, atau Bima, Raiyan pasti akan melempar kami dengan apapun.

"Apa tadi tidak menghasilkan apapun ?" tanya Frans, aku hanya menyimak.

"Gue sudah mengetuk pintu apartemen sampai para tetangganya keluar dan memarahi gue ..., tapi Cherisa tidak kunjung keluar," katanya lirih.

"Tika ?" tanya ku.

"Tentu saja Cherisa pasti melarangnya keluar, sampai 1 jam kemudian akhirnya dia keluar juga. Tika menyuruh gue pulang, jika gue masih ada di sana, Cherry tidak akan bisa tenang," katanya lagi

"Dan loe pulang?" tanya ku, sebenarnya sedikit tidak menyangka. Biasanya Raiyan akan bersikeras, sampai Cherisa luluh dan menyerah.

"Cherisa bahkan histeris dan kesakitan saat melihat gue, butuh seorang dokter untuk menenangkannya. Sekarang gue ini adalah penyebab streesnya, Jadi gue bisa apa ...?" Raiyan memelas frustrasi.

"Pilihan yang tepat ...," Frans bersuara. Aku menatapnya bingung.

"Biarkan Cherisa beristirahat malam ini. Biar dia menenangkan pikirannya ..., Tidak bagus untuk kandungannya kalau dia terlalu emosi," Raiyan memegang kepalanya.

"Gue minta maaf ..., semuanya karena gue," kata ku. Tentu saja aku merasa bersalah.

"Ya, semua memang karena loe .., Kalau loe sedikit saja lebih berani, gue tidak akan terlibat dan ikut terseret dalam masalah Aira," katanya kesal dia menatap ku tajam.

"Tapi membetulkan sepatu Aira tidak ada hubungannya dengan bantuan loe. Loe bisa saja mengabaikannya. Lalu kenapa loe tidak mengabaikannya ?" aku mencoba mencari tahu hal yang sedari tadi menganggu pikiran ku.

My Grumpy Girl(Catatan Hati Radit Sang CEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang