Chapter 10

63 9 2
                                    

Denting piano yang kudengar saat berada di cafe rianino, aku mendengarkan setiap tuts piano yang dia tekan membuatku terbawa dalam iramanya.

Tiba-tiba penglihatanku gelap, karena ada seseorang yang menutupi mataku dengan tangannya, wanginya sangat familier sering kucium aromanya 'Dinan, ya ini pasti dinan' aku langsung membukakan tanganya pada mataku dan membalik, ternyata memang benar dugaanku Dinan.

"Maaf aku tak bisa menjemputmu" ucapnya lembut diapun langsung mendaratkan ciuman di keningku.

"Hemmm, tak apa" jawabku santai dan lembut.

"Kau sudah pesan makananya?" Ucapnya. Akupun mengangguk pelan. "Berarti tinggal pesan makananku kan?" Ucapnya lagi.

"Tidak usah, aku udah pesankan untukmu" akupun tersenyum padanya.

Dinan menatap mataku sangat dalam dan memegang tanganku.
'Deggg,Degg,Deggg' suara hatiku yang sangat menggebu membuat mukaku memerah seperti kepiting rebus.

"Aku mencintai mu Monyetku" ucapnya sangat pelan, mungkin semutpun tak mendengar.

"Apa yang kau bilang dinan? Aku tak mendengarnya kau berbicara sangat pelan" Godaku padanya.

"Aku mencintai mu Monyett" ucapnya sedikit keras. Akupun tersenyum padanya sangat maniss bahkan jika semut melihatnya mungkin akan mengerumunniku.

"Aku juga mencintai mu Bagongku, Gorilaku, harimauku" balasku dan menatapnya sangat dalam.

"Apa yang kau bilang Key? Aku tak dengar"Godanya.

"Heh, kau mau membalasku? Aku tau kau pasti dengar karna suaraku ini keras" ucapku dan mencubit punggung tangan Dinan yang sedang memegang tanganku. Diapun melepaskan genggamannya dan meringis kesakitan. "Uhhh, tayang-tayang, manaa yang sakit?" Ucapku dan mengusap punggung tangannya sangat pelan.

Pelayan pun datang mengantar pesananku tadi, dan menghancurkan candaanku dengan Dinan.

***
Setelah selesai makan dinan membawaku ke tempat nongkrongnya dekat Braga akupun selalu mengangguk apa yang selalu dinan katakan.

Motornya melaju cepat membuatku memeluknya sangat erat 'gila ni orang kalau gue terbang gimana' gumamku dalam hati.

Saat Dinan memarkirkan motornya, teman-temannya sudah berkumpul, Mungkin ada beberapa perempuan.

"Sorry Gue telat" Ucap Dinan kepada teman-temannya. "Oiya kenalin ini, pacar guee Keyla Hutami" lanjutnya.

"Haayy"
"Hayyy"
"Hayyy"
Ucap teman-temannya padaku, "hayyy" jawabku, aku melambaikan tangan dan tersenyum.

"Awas Dinan Gigit" ucap salah satu temannya. Akupun tertawa mendengarnya.

"Wahh, parah lu. Sekate-katee" ucapnyaa dan menempeleng temannya itu. Aku terus tertawa melihat teman-temannya dan Dinan. Teman-temannya sangat ramah padaku, akupun mulai nyaman dengan teman-temannya itu.

***
Jam menunjukkan pukul 7 malam, akupun segera berganti Baju dengan baju tidur. Aku langsung merebahkan tubuhku keatas kasur, aku sangat lelah setelah seharian pergi dengan Dinan. Hari yang melelahkan namun menyenangkan. 'Dinan jangan pernah lagi kamu membuatku merasa kehilangan untuk kedua kalinya' gumamku dalam hati yang begitu saja terlintas dalam pikiranku.

Drtttt ponselku berdering.

From : Dinan
Key? Udah tidur belum?

To : Dinan
Belum sayangg, ada apa?

From : Dinan
Tidak. Celin bilang besok ingin bertemu dengan mu katanya pengen main bareng.

To : Dinan
Iyaa okee, tapi bukannya sudah 3 hari kamu di bandung. Bukannya kamu bakalan pulang?

From : Dinan
Engga aku akan tinggal 3 hari lagi sayang. Kau bosan melihatku hah??

To : Dinan
Gitu aja ngambek. Aku malah seneng kamu lama di bandung. Udah ah aku cape mau tidur, selamat malam Gorilakuu.

From : Dinan
Love you, monyetkuu. Mimpi indah sayang.

***
pagi ini aku berencana untuk lari pagi, kebetulan hari ini hari minggu dan sekolah libur. Dinan juga mengajak celina karna katanya dari kemarin celin rewel ingin bertemu denganku. 'Adiknya aja aku bisa bikin nyaman apalagi kakanya' lalu ketawa sendiri, jika ada orang yang melihatku mungkin mengiraku setress.

"Mama, Keyla pergi dulu yaa mau lari pagi" ucapku meminta restu ibu.

"Iya key, hati-hati"

"Assalammualaikum" ucapku lalu salam, dan pergi keluar. Dinan sudah stay di depan rumahku dengan celina.

Akupun naik, lalu Dinan langsung menancap gas motornya dengan melaju sedikit pelan karna dia tau bahwa ada celin dibelakang.

Tak lama kemudian kita bertiga sampai ditempat tujuan, yaitu di Sabuga. Aku langsung mengendong celin turun dan menuntunnya.

Aku dan Celin berlari dengan pelan, karna aku takut celin terjatuh. Sedangkan Dinan lari sedikit cepat meninggalkan kita berdua. 'Bukannya tungguin malah lari duluan, dasar gorilaa' gumamku dalam hati.

"Kaka, celin haus" ucap celin membuyarkan lamunanku, akupun berlari ketempat aku menyimpan botol minum.

'Brugggg'
Aku tersandung dan terjatuh sangat keras, sontak Dinan langsung berlari ke arahku dan celin pun sama.

"Awww" rengekku

"Kamu kenapa yang? Coba aku liat lukanya" akupun langsung menunjukkan lututku. "Berdarahh yang, kamu sih ga hati-hati" ucapnya dan meniup lututku.

"Sakitt, sakitt bangett Dinan" rengekku.

"Sini biar aku obati" dinan pun langsung membawa air, dan menyiram lututku dengan air "kalo perih kamu gigit aja tangan aku atau kamu pukul aja" ucapnya lagi.

"Awww, Perihh bangett Dinan. Sa-kittt" rengekku. Celin yang sedari tadi melihatku, Dia menangis dan memelukku.

"A-ti-tt yaa kaaa?"ucapnya tersedu-sedu.

"Engga sayang, kamu jangan nangis, sekarang kamu minum kan katanya kamu haus" ucapku berusaha menenangkan tangisannya Celin.

Dinan membawaku duduk di pinggir lapang sedangkan dinan pergi untuk membeli plaster agar lukaku tidak infeksi.

Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa plaster dan menempalkannya pada lututku.

"Udah beress kan, luka nya bentar lagi juga sembuh" ucapnya dan mencium keningku. 'Deggg...Degggg...Deggg' suara jantungku yang berubah menjadi cepat.

****
Maaf kalau ceritanya membosankan.

Vommentnya sayy biar aku semangat lanjutinnya.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang