STORY OF MY LIFE
"A ... aku . . . aku...."
"Kamu ini! Bikin malu Papa aja!" geram Papa. Aku hanya menunduk pasrah.
"Heh kamu!" kata Papa pada Aldy.
"Pergi sana!" usirnya.
"Papa!" ujarku tak terima sekaligus malu.
"Diam kamu Kezia!" bentak Papa padaku, lalu menoleh Aldy.
"Cepat sana pergi! Dan jangan ganggu anak saya lagi!"
Aldy memandangku sejenak. Aku mengangguk, memberinya isyarat supaya menuruti perintah Papa. Kemudian cowok itu segera pergi dari hadapanku dan Papa.
Malam ini kesenanganku benar-benar kacau. Aku tak menyangka Papa akan memergokiku. Sementara itu aku juga merasa tak enak hati dengan Aldy. Pasti dia malu sekali karena kejadian tadi.
Saat itu juga, aku menjadi peramal dadakan. Aku menerka apa yang akan terjadi beberapa jam lagi setelah aku dan Papa pulang dari restoran ini. Sesampainya di rumah, pasti aku akan diinterogasi semalaman oleh Mama dan Papa. Tak hanya itu, pasti mereka juga akan memarahiku dan mungkin menghukumku. Sepertinya aku harus mempersiapkan mental.
***
"Bisa-bisanya kamu bohongin Mama!" pekik Mama marah setelah Papa menceritakan kejadian tadi.
"Bilangnya mau main sama Rossa, nggak tahunya kamu malah pergi sama pacarmu!" Mama melampiaskan amarahnya. Aku hanya menunduk pasrah.
"Maaf, Ma." Kataku pelan. Hanya itu yang bisa ku katakan.
"Ngapain tadi kamu disana?" tanya Papa.
Sempat terlintas di benakku untuk berbohong. Tapi sepertinya kebohongan tak berguna saat ini. Toh Papa sudah melihatnya sendiri. Kepalang basah, nyebur saja sekalian.
Aku menelan ludah. "Kencan, Pa." Jawabku takut-takut.
"Kencan?!" pekik Mama, aku tersentak.
"Udah berapa kali Mama sama Papa bilang, kamu nggak boleh pacaran! Apa kamu lupa?!" Mama mengomel.
"Kezia inget, Ma. Lagian baru sekali ini aku kencan." Gerutuku.
"Sekarang cuma sekali. Tapi kalau Mama kasih sekali, kamu pasti kamu minta berkali-kali. Biarpun sekali, tetep nggak boleh." Ujar Mama tegas.
"Lagian, Kezia, menurut Papa pacarmu itu bukan cowok baik-baik. Dia nggak pantes buat kamu." Timpal Papa.
Aku mulai kesal mendengar omelan Papa-Mama dan komentar Papa tentang Aldy. Seenaknya saja mereka memvonis Aldy bukan cowok baik-baik. Papa bahkan tak mengenal Aldy.
"Ma, Pa! kenapa sih kalian melarang aku pacaran? Aku kan anak muda, ingin ngerasain bahagia. Papa juga! Memvonis Aldy seenaknuya. Papa kan belum kenal Aldy!" Akhirnya aku angkat bicara.
"Kami ngelarang kamu pacaran, ini demi kebaikan kamu." Sergah Mama.
"Kebaikan apa? Supaya aku aman kaya orang pingitan yang kuper?
Lagian apa salahnya sih ngasih aku kesempatan? Toh selama ini aku nggak pernah melanggar batas kan?" bantahku. Adrenalinku memuncak. Entah apa yang merasukiku sehingga aku berani memberontak.
"Bukan itu maksud Mama. . .. "
"Tapi itu yang Mama lakukan!" potongku lalu beranjak dari sofa ruang tamu dan menghambur ke kamar.
Terdengar suara Mama dan Papa memanggilku. Aku tak peduli. Aku terus berlari ke tempat peraduanku. Sesampainya di kamar, aku membanting pintu dan menguncinya lalu menjatuhkan diri di tempat tidur. Ku stel music rock keras-keras. Aku tak peduli ulahku mengganggu seluruh rumah atau tetangga sekali pun.
***
Aku mengawali hari dengan semangat yang minim. Dengan langkah gontai, aku menuju kelas. Sesampainya di kelas, aku meletakkan tasku di meja dan kepalaku terkulai lemas di meja."Lo kenapa, zia?" tanya Sisy, sahabat sekaligus teman sebangku ku.
"Gue lagi bad mood." Jawabku malas.
"Pagi-pagi udah bad mood. Ada masalah apa sih?"
"Banyak." Sahutku singkat.
"Coba lo cerita, mungkin aja gue bisa bantu. Atau paling enggak, perasaaan lu bisa legaan lah."
Kuceritakan semua masalahku pada Sisy. Mulai dari kencan pertamaku bersama Aldy, saat Papa memergokiku dan pertengkaranku dengan orang tuaku semalam. Aku bicara tanpa spasi dan masih dengan sisa-sisa kekesalan semalam.
"Dan semua itu lagi-lagi alasannya untuk kebaikan gue. Ngebosenin banget gak sih? Apa kebaikan untuk gue itu disiksa dan dikekang?" Aku menutup ceritaku.
"Mungkin mereka pikir itu yang terbaik buat elo. Itu berarti kan orang tua lu peduli sama elo." Tanggap Sisy.
"Itu mah bukan peduli, Sy. Itu namanya overprotective."
____
"Pagi, Sayang.." Aldy muncul dari pintu kelasku dan menghampiriku.
"Eh, Aldy.." Sahutku.
"Soal semalam, aku minta maaf ya. Aku nggak tahu kalau ternyata Papa ada di sana. Pasti kamu malu banget." Kataku lirih.
Aldy tersenyum lembut. "Nggak, Papa sayang. Aku ngerti kok. Udah ya nggak usah dipikirin."
Aku merasa agak sedikit lega. Untung Aldy memaafkanku walau kurasa sikap Papa sudah keterlaluan padanya. Kata maafnya membuat hariku sedikit lebih baik.
"Makasih ya, Sayang. " Kataku senang.
Bel masuk berbunyi. Tanda pelajaran pertama akan segera dimulai.
"Aku ke kelas dulu ya, Sayang. Udah bel nih." Kata Aldy.
"Iya, bye...."
"Bye...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
RomanceSemua salahku... Aku yang tak pernah mendengarkanmu...... Aku yang tak pernah mempercayaimu.. Penyesalanku datang saat ku kehilanganmu....