Part 10

31 3 0
                                    

WHO IS HE ?

Pagi hari sebelum berangkat sekolah aku menata jadwal. Biasanya aku selalu menata jadwal pelajaran malam hari. Tapi entah kenapa semalam aku malas menata jadwal. Buku-buku yang bertebaran diatas meja belajar karena kupelajari semalam kusambar dan langsung kumasukkan ke dalam tas.

Sekarang jam pelajaran olahraga. Teman-teman sekelasku mulai meninggalkan kelas untuk berganti pakaian di toilet.

"Ntar olahraganya apa, Zia?" tanya Sisy seraya mengambil pakaian olahraganya.

"Kayanya sih voli." Sahutku sambil mengaduk tas mencari pakaian olahragaku.

Aku mendengus malas. Olahraga adalah pelajaran yang ku benci, apalagi voli. Aku sama sekali tidak becus main voli. Aku tak bisa memukul, servis, dan takut kena bola. Rasanya olah raga ini mengecilkanku dan membongkar kebodohanku.

....
Hei.. tunggu-tunggu. Sudah lumayan lama aku mengaduk tasku. Tapi tak kutemukan pakaian olahragaku. Jangan-jangan pakaian olahragaku tertinggal dirumah?!

"Kezia, cepet." Ujar Sisy.

Aku menoleh. "Lo duluan aja deh Sy. Kayanya baju olah raga gue ketinggalan deh."

Sisy terkejut. "Ketinggalan? Lo lupa, Zia? Hari ini kan penilaian."

"Iya, gue inget. Tapi mau gimana lagi? Baju olahraga gue kaga ada."

"Yaudah deh, gue duluan ya."

"Iya."

Sisy keluar kelas. Tinggalah aku sendiri di dalam kelas. Kumainkan ponselku untuk mengusir kesepian.

"Kezia!" Tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Eh, Yona. Ada apa?" Sahutku.

"Dicariin temen lo tuh di depan gerbang."

"Temen? Siapa?" tanyaku heran.

Santi mengangkat bahu, tak tahu. "Eh, tapi orangnya ganteng loh!"

Goda Yona.

Aku mencibirnya. "Huu ... dasar genit!"

"Gue serius, lo lihat aja sendiri kalau nggak percaya. Gue duluan ya." Kata Yona lalu nyelonong pergi.

Teman? Ganteng? Siapa ya? Kurasa laki-laki yang dekat denganku hanya Aldy dan papaku. Ah, sebaiknya ku temui dia. Mungkin ada hal penting hingga dia menemuiku di sekolah saat jam pelajaran. Aku berjalan menuju gerbang sekolah.

Langkahku terhenti seketika saat kulihat siapa yang datang. Dikky ! Apa yang dia lakukan disini? Bagaimana pula dia bisa sampai disekolahku, siapa yang memberitahu alamat sekolahku padanya? Aku tak lagi berpikir terlalu jauh dan langsung menghampirinya.

"Ngapain lo nyamperin gue di sekolah?" tanyaku.

"Emang nggak boleh?" sahut Dikky basa-basi.

Aku mendengus. "Cepet, kasih tahu ngapain lo kesini. Lo tahu kan ini jam pelajaran?"

Dikky tersenyum geli. "Emang sih ini jam pelajaran. Tapi ngapain buru-buru? Kamu kan nggak bisa ikut pelajaran."

Aku terkejut lagi, bagaimana dia tahu? Jangan-jangan Yona yang menceritakan bahwa aku tidak bisa ikut pelajaran olahraga karena tidak membawa baju olah raga? Ember bocor banget tuh sih si Yona.

"Nih, baju olah ragamu." Kata Dikky sambil menyodorkan bungkusan plastik padaku.

Ku ambil bungkusan itu dari tangan Dikky. Pantas saja di tahu aku tak bisa ikut pelajaran. "Kok elo sih yang anter?" tanyaku.

"Emang kenapa kalau aku yang anter?"

"Ya, nggak papa sih. Tapi kan nggak perlu elo juga. Nyokap gue bisa melakukannya."

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang