Part 18

11 1 0
                                    

Which is better?

Hubunganku dengan Aldy kembali membaik. Kami sudah akrab seperti sedia kala. Setiap pagi dia menyapaku dan mengucapkan I love you. Dia juga menjemputku di kelas tiap jam istirahat. Perhatiannya juga kembali seperti dulu.

Siang ini, aku dan Aldy mengobrol di taman belakang sekolah yang lumayan sepi.

"Kok kita nggak ke kantin? Ini kan udah jam makan siang. Emang kamu nggak lapar?" tanyaku.

"Sebenarnya sih iya." Jawab Aldy.

"Terus?"

"Jangan makan sekarang, rugi loh entar."

"Emang kenapa rugi?" tanyaku tak mengerti. Sejak kapan makan siang merugikan?

"Soalnya aku punya ini." Aldy mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu di tunjukkan padaku.

Ternyata dua buah voucher makan di restaurant Tokyo. Restaurant itu mempunyai beberapa menu spesial yang lezat dan mahal. Pantas saja Aldy tidak mengajakku makan di kantin.

"Gimana? Kamu mau, kan?" tawar Aldy.

"Boleh, kapan?"

"Gimana kalau sepulang sekolah? Soalnya masa berlakunya tinggal hari ini."

Aku berpikir sejenak. Kalau aku menerima, pasti Dikky akan melarangku. Tapi tawaran itu terlalu berharga untuk ditolak. Selain karena bisa makan gratis sepuasnya, aku juga ingin pergi bersama pacarku.

"Kamu bingung mau apa enggak?" Aldy bertanya seolah bisa membaca pikiranku.

Aku mengangguk.

"Pasti ini gara-gara cowok resek itu, iyakan?"

"Sebenarnya sih, iya." Kataku nggak enak.

"Itu masalah gampang. Kamu kan bisa menyamar." Kata Aldy santai.

"Caranya?"

Aldy membisikkan idenya padaku. Sebenarnya idenya biasa saja dan mudah untuk dilakukan. Tapi sepertinya cukup jitu untuk membereskan masalahku dengan Dikky.

***

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku segera keluar kelas. Ternyata Aldy sudah menungguku di depan kelas.

"Nih." Aldy menyodorkan jaket dan topinya padaku.

Aku menerimanya dan langsung mengenakannya. Aku memakai jaketnya terlebih dahulu, kemudian baru memakai topi. Sebelum memakai topi, aku menggulung rambutku dan memasukkannya ke dalam topi.

"Udah siap?" tanya Aldy.

"Udah." Aku mengangguk.

Aku membonceng Aldy. Ketika keluar gerbang sekolah, aku melihat Dikky sedang menungguku. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiranku. Sepertinya penyamaran ini berhasil, buktinya Dikky tidak mengenaliku. Akhirnya sekarang aku bisa bebas pergi bersama Aldy.

"Bagus juga idemu, sayang. Dikky nggak mengenaliku." Kataku senang.

"Haha. . . itu cuma ide kecil kok. Yang penting sekarang kita bisa pergi berdua tanpa gangguan cowok itu." Sahut Aldy sambil mengendarai motornya.

Sementara aku membayangkan bagaimana Dikky sekarang. Aku yakin dia masih menungguku di sekolah. Pasti sekarang dia sedang kebosanan menungguku. Ketika ada temanku yang kebetulan lewat, dia pasti akan bertanya dimana Kezia ?. Saat ada yang bilang kalau aku sudah pulang, pasti Dikky akan merasa seperti orang yang dibodohi. Kasihan juga dia. Maafkan aku, Dikky. Aku hanya ingin pergi berdua dengan pacarku tanpa gangguanmu.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang