WHO IS HE ?
Liburan semester telah usai. Aku memulai lagi rutinitas biasa. Hanya saja bedanya sekarang aku bukan lagi anak kelas sepuluh, melainkan kelas sebelas IPA.
Kebanyakan anak sekolah menghadapi awal tahun ajaran baru atau semester baru dengan malas dan semangat minim. Tapi tidak denganku. Aku bahkan terlalu bersemangat untuk memulai hari. Ini semua karena Aldy. Dia telah membangkitkan semangatku.
Sejak kenal Aldy, aku tak percaya lagi dengan orang yang mengatakan bahwa pacaran itu tidak penting. Pacaran itu membuat prestasi menurun dan sebagainya. Bagiku mereka keliru. Atau kalaupun benar, itu tergantung kepada orang itu sendiri.
Kalau mereka berpacaran dengan cara negatif dan melanggar batas, bisa saja anggapan mereka benar. Tapi tidak denganku. Bagiku pacar itu penting sebagai pembangkit semangat sekolah dan belajar. Sejak aku kenal dan mencintai Aldy, semangat belajarku meningkat. Aku tak mau terlihat bodoh di depannya. Alhasil, nilaiku juga meningkat dan aku jadi remaja periang.
Hari ini Aldy berjanji menemuiku di belakang gedung sekolah sepulang sekolah. Selama jam sekolah berlangsung, aku menunggu bel pulang sekolah segera tiba. Aku menghitung setiap jamnya.
4 jam ... 3 jam ... 2 jam ... 1 jam ...30menit ...15 menit ... 10menit ... 8 menit ... 3 menit ... 2 menit . . . 1 menit . . . 15 detik . . . dan...
Teeet!!! Teeeeet!!!!
Yess!! Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi juga. Segera ku sambar tasku dan melangkah dengan semangat ke gedung belakang sekolah. Aku tak ingin terlambat dan mengecewakannya. Aku merindukan Aldy setelah beberapa hari tak bertemu dengannya.
Sesampainya disana, aku tak melihat Aldy. Mungkin dia sedikit terlambat. Tak apalah, aku akan menunggu. Aku duduk di sebuah batu besar menunggunya.
Kulihat jam di tanganku. Sudah 15 menit aku menunggu Aldy. Tetapi yang ditunggu tak kunjung datang. Mana sih Aldy? Apakah tadi dia benar-benar berjanji menemuiku di sini?
Kesabaranku telah sampai pada batasnya. Sudah 1/2 jam aku menunggunya. Tapi tak kulihat tanda kehadirannya. Sebaiknya aku pulang saja, pikirku kesal. Aku merasa telah dikerjai Aldy. Aku bangkit dari batu yang sedari tadi kududuki. Huh! Awas saja kalau besok aku bertemu Aldy! Aku akan mengomelinya habis-habisan karena telah sukses mengerjaiku.
Baru selangkah aku berjalan, tiba-tiba sekelilingku gelap. Kurasakan kedua tangan seseorang menutupi kedua mataku. Aku tahu siapa pemilik tangan iseng ini.
"Aldy!!! Nggak lucu tahu!" Pekikku kesal sambil melepaskan tangannya dari mataku.
Aldy tertawa geli kemudian melepaskan kedua tangannya dari mataku.
"Sorry ya, Kezia sayang. Aku cuma mau nguji kesabaran kamu.
Ternyata kamu masih nunggu aku. Kekasihku yang paling sabar." Kata
Aldy."Uuh..!! Dasar!" Sungutku sambil berdiri memunggunginya.
Aldy melangkah ke depanku sambil membawa bunga mawar merah. Sementara aku memalingkan wajaku darinya. Aldy mendekatiku, kemudian dia bernyanyi. . .
"Oh, her eyes, her eyes. . . make a star look like there not shining. Her hair, her hair falls perfectly without her trying. She is so beautiful. . . and I tell her everyday.."
Aduuh! Aldy mengeluarkan jurus jitu. Dia menyanyikan lagu Just the way you are ,sambil memberiku bunga. Kalau sudah begini, aku jadi kelimpungan dibuatnya. Kemarahanku hilang bagaikan disapu angin.
"Kezia youre amazing . . . just the way you are. . .." Aldy mengakhiri nyanyiannya sambil menyodorkan bunga mawarnya untukku.
Alamak! Dia juga menyebutkan namaku dalam lagunya! Aldy benar-benar membawaku terbang kelangit ke tujuh!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
RomanceSemua salahku... Aku yang tak pernah mendengarkanmu...... Aku yang tak pernah mempercayaimu.. Penyesalanku datang saat ku kehilanganmu....