Part 13

28 5 0
                                    

WHO'S BETTER?

Dua puluh menit kemudian, aku sampai di rumah. Ternyata di rumah ada Tante Cecil. Untuk menghargai sopan santun juga karena Mama menyuruhku aku menghampirinya, bersalaman, dan mencium tangannya. Kemudian langsung ke kamar untuk ganti pakaian.

Setelah selesai ganti pakaian, aku langsung menuju halaman belakang rumahku untuk mengerjakan tugas Biologi. Tugas Biologi kali ini adalah mengamati bunga. Jadi kami disuruh mengamati dua jenis bunga, yaitu bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Kemudian membongkarnya, menggambar bagian-bagiannya, serta memberi keterangan.

Sejenak aku bingung. Pertama, karena aku tidak bisa menggambar, dan kedua karena Mama hanya punya satu jenis tanaman bunga. Mama hanya punya tanaman bunga sepatu. Sebenarnya kalau aku berani
nekat, Pak Dimas, tetanggaku yang tinggal tak jauh dari rumahku punya kebun bunga mawar putih. Tapi sayang, Pak Dimas galak dan pelit. Tak ada seorangpun boleh memetik setangkai bunga mawar putihnya. Seandainya Pak Dimas baik dan mau memberiku setangkai saja bunga mawar putihnya. Pasti masalahku beres. Dan aku bisa memasukkan bunga kesukaanku dalam tugas.

Akan kupikirkan nanti saja. Kerjakan saja dulu yang ada sebisanya.

Kupetik setangkai bunga sepatu dan kembali duduk di teras. Aku mencium bunga itu, tidak terlalu harum. Lalu aku mulai membongkar bunga sepatu itu dan memulai pekerjaanku.

"Hei.." Dikky menyapaku dan duduk disampingku.

Aku menoleh dan hanya memberinya seulas senyum singkat. Kemudian melanjutkan pekerjaanku.

"Tugas ya?" tanya Dikky berbasa-basi.

"Iya," sahutku singkat sambil terus menulis.

Dikky mengambil buku paketku. Dia membaca halaman yang terlipat kemudian mengamati pekerjaanku.

"Kok bunganya cuma satu? Tugasnya kan disuruh nyari dua?" tegur Dikky.

"Soalnya cuma ini yang ada. Mungkin nanti gue cari yang lain."

Jawabku.

Dikky mengangguk mengerti. "Bentar ya." Katanya seraya beranjak.

"Mau kemana lo?" tanyaku sambil mengikuti Dikky keluar.

"Tunggu aja disitu." Ujarnya ngeyel lalu pergi.

Penasaran, aku mengendap-endap mengikutinya. Aku terperangah melihat apa yang Dikky lakukan. Dengan santainya, dia memetik bunga mawar di kebun Pak Dimas! Giila!! Nekat sekali dia!

Setelah selesai menjalankan aksi nekatnya, Dikky berbalik.

"Disitu kamu rupanya." Ujar Dikky saat mendapati aku berdiri tak jauh dari rumah Pak Dimas.

Dikky berjalan kearahku dengan membawa setangkai bunga mawar putih. Tiba-tiba Pak Dimas keluar dari gerbang rumahnya. Dia mendelik ke arah pencuri bunga mawar miliknya, Dikky.

Mulutku menganga semakin lebar. Dikky telah berhasil membangunkan macan yang sedang tidur. Refleks aku berteriak,

"Dikky!!! Lari!!"

Dikky menoleh kebelakang, mengikuti arah pandanganku. Dilihatnya Pak Dimas menatapnya dengan tatapan serem. Sontak Dikky langsung lari tunggang langgang. Saat di dekatku, Dikky menyambar tanganku, mengajakku lari bersamanya.

"Heh!! Jangan kabur kalian!!" teriak Pak Dimas sambil mengerjar kami berdua.

"Ayo, Kezia! Cepet!" ujar Dikky sambil terus berlari dan tangannya tetap memegang erat tanganku.

Mau tak mau, aku harus berlari super cepat mengikutinya, menghindari kejaran Pak Dimas yang sedang marah.

"Mau kemana kalian?!!" teriak Pak Dimas masih terus mengejar.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang