Part 5

46 5 0
                                    

THIS IS NOT THE END

Liburan semester kali ini bisa dibilang menyenangkan. Kebanyakan waktuku, kuhabiskan diluar rumah. Terkadang kakakku dan suaminya mengajakku pergi sepulang kerja. Selain pergi bersama Kak Evelyn dan Kak Fajar, aku juga mengunjungi tempat bermainku sewaktu kecil. Sekedar melihat-lihat dan mengenang masa kecil. Dulu aku pernah tinggal di Semarang. Sejak lahir sampai usiaku 5 tahun.

Mengenang masa kecil mengingatkanku pada sahabat kecilku. Seorang anak laki-laki yang usianya dua tahun lebih tua dariku. Aku tidak ingat siapa namanya dan bagaimana wajahnya. Mungkin karena semua itu sudah lama sekali berlalu. Aku hanya ingat kalau dia baik sekali. Setiap hari kami selalu bermain bersama di taman ini atau di teras rumahku. Dia menuruti hampir semua permintaanku. Jika aku minta diayun, maka dia akan mengayunku. Jika aku minta diambilkan mainan, maka dia akan mengambilkannya. Jika aku menangis, dia akan menenangkanku. Walau tak jarang dia sendiri yang menyebabkan aku menangis.

Satu-satunya kenangan darinya yang masih kusimpan adalah novel Harry Potter seri kedua yang kami beli sewaktu kami masih bersama. Dulu kami sangat menyukai Harry Potter. Aku teringat kami mengorbankan uang pemberian saudara-saudara kami ketika lebaran demi membeli novel itu.

Waktu itu, aku belum bisa membaca. Temanku yang rajin membacakan ceritanya untukku setiap kali usai bermain sehingga aku tahu ceritanya. Sebelum aku pergi ke Jakarta, kami membagi novel itu menjadi dua bagian. Aku mendapat halaman pertama sampai 146, sedangkan dia mendapat halaman 147 sampai halaman 384. Dia menyuruhku menyimpan buku ini sebagai kenang-kenangan.

Kadang aku berpikir, andai saja aku tidak pindah ke Jakarta. Andai aku mengingat nama dan wajahnya. Mungkin sekarang aku bisa mencarinya dan kita bisa bersama lagi seperti dulu. Aku berharap novel Harry Potter ini bisa mempertemukan kami kembali dan kami bisa berteman lagi.

Lamunanku buyar seketika saat ponselku berbunyi. Aku hampir terlonjak kaget. Dengan segera kuambil ponsel dari saku celana jeansku dan kuangkat telepon dari Mama.

"Halo, Ma." Sapaku.

"Halo, Sayang! Gimana liburanmu?" tanya Mama.

"Liburanku asyik, Ma." Jawabku singkat.

"Kakakmu gimana kabarnya?"

"Kakak baik-baik aja."

"Besok kamu pulang ya, Kezia. Ada acara keluarga soalnya." Mama memberitahuku.

"Pulang? Yah, Mama.. cepet banget sih? Baru juga lima hari aku disini. Lagian kan liburannya masih lama. Emang penting ya acaranya?" tanyaku agak menggerutu.

"Penting. Kamu pulang ya."

"Males, Ma." Kataku ogah-ogahan.

"Kezia, ini acara penting. Pokoknya besok kamu harus pulang." Ujar

Mama ngeyel

"Hh ... iya, Maa." Dengusku malas.

Perintah Mama membuatku kehilangan mood. Yang benar saja? Aku baru tinggal beberapa hari di Semarang, dan Mama sudah menyuruhku pulang. Memangnya akan ada acara apa? Paling-paling arisan keluarga. Itu adalah acara paling membosankan yang pernah kuikuti

***

Seperti permintaan Mama, aku kembali ke Jakarta sebelum liburan sekolah usai. Sebetulnya aku tidak setuju jatah liburanku di Semarang harus dikurangi, tapi aku juga tidak bisa membantah. Aku tiba di Jakarta esok pagi. Papa menjemputku di terminal. Sesampainya di rumah, aku langsung sarapan lalu tidur pulas karena berada di dalam bus semalaman membuatku tidak bisa tidur.

"Kezia..!!! Kezia! Bangun sayang." Terdengar suara Mama berteriak memanggilku sambil mengetuk pintu kamarku.

Mataku masih terlalu berat dibuka. "Males Ma.. ntar aja ya." Tolakku lalu kembali tidur.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang