Part 17

6 1 0
                                    

Forgive me...

Kejadian kemarin membuatku gelisah sampai mendadak insomnia. Memang aku sudah memaafkan Dikky dan tidak marah lagi padanya. Tapi aku tak bisa memungkiri kalau aku stres. Aku stres memikirkan Aldy. Aku takut dia salah paham lalu marah padaku. Apalagi kemarin dia melihatnya sendiri. Karena memikirkan hal itu, aku terpaksa begadang dan hanya tidur tiga jam.

Aku mengawali hari ini dengan lumayan buruk. Lemas, mata merah dan berair, dan wajah yang kusut (walau aku sudah mandi). Dan yang membuat moodku tambah buruk, ternyata apa yang ku takutkan semalam benar terjadi. Pagi ini Aldy sama sekali tidak menegurku. Dia sangat cuek padaku. Waktu kami bertemu di koridor dia bahkan tidak melirikku.

Padahal biasanya dia selalu tersenyum manis padaku sambil bilang "I love you"padaku.

"Hai Kezia.." Sapa Rossa yang sedang mengobrol dengan Sisy ketika aku sampai di kelas.

"Hai." Sahutku datar sambil meletakkan tasku di meja.

"Kenapa, Zia? Tampang lo kusut banget? Lo belum mandi ya?" tanya Sisy.

"Enak aja! Gue udah mandi tahu!" bantahku.

"Iya deh sorry, gitu aja sewot." Kata Sisy.

"Abis lo nuduh gue seenaknya sih...."

"Eh, Kezia. Lo udah putus ya sama Aldy?" tanya Rossa.

Aku mengernyit bingung. "What?"

"Alah, ngaku aja deh. Elo udah punya pacar baru kan?" tuduh Rossa.

"Apa maksud lo?" Aku berusaha bersabar menghadapi pertanyaan Rossa yang menyebalkan.

"Yang kemaren jemput lo itu. Dia cowok lo, kan?"

Tuh kan benar! Tak hanya Aldy yang salah paham karena kejadian kemarin, tapi juga temanku. "Nggak! Dia bukan cowok gue. Gue bilangin ya, gue tuh belum putus sama Aldy!" kataku dengan suara lantang.

"Ooh ... terus dia siapa?"

"Tukang ojek." Sahutku asal.

Sisy terkejut mendengar jawabanku. "Kezia! Kok lo bilang dia tukang ojek? Dia kan-"

Aku mendelik sengit pada Sisy. Melihat delikanku yang cukup sadis, Sisy bungkam.

"Seriusan tukang ojek?" Rossa tak percaya.

"Iya."

"Tukang ojek lo ganteng banget." Puji Rossa kagum.

Aku meliriknya sebal. Pakai dukun apa sih Dikky? Sampai teman- temanku naksir padanya?

"Udahlah nggak usah berlebihan gitu. Aneh lo, naksir kok sama tukang ojek?!" ujarku agak mencibir.

"Idih, sewot. Lo nggak rela ya gue jatuh cinta sama dia?" tuduh Rossa.

"Ih, kagak. Siapa yang sewot?" Segahku.

"Itu tadi."

"Udah dong . . . nggak usah nuduh-nuduh."

Hampir saja Rossa memojokkanku lagi ketika bel tanda masuk berbunyi. Rossa kembali ke tempat duduknya. Huh, saved by the bell.

_____

Sisy dan Rossa mengajakku ke kantin saat istirahat pertama. Namun aku menolaknya. Ada urusan penting yang harus kuselesaikan. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Aldy dan meluruskan kesalahpahaman atas kejadian kemarin. Jangan sampai hubunganku berakhir dengan Aldy karena kejadian kemarin.

"Aldy!" Aku memanggilnya di depan pintu kelasnya.

Aldy cuek pura-pura tidak dengar. Aku menghela napas menahan berbagai macam perasaan tak enak karena kecuekannya. Akhirnya aku nekat masuk kelasnya dan menghampiri Aldy ke tempat duduknya.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang