Part 14

34 3 0
                                    

WHO'S BETTER ?

Pelajaran pertama hari ini adalah biologi. Saat bel tanda masuk berbunyi, aku mengeluarkan semua buku biologi dan menyiapkan tugas yang akan dikumpulkan di meja.

"Gimana tugas lo?" tanya Sisy.

"Udah selesai." Sahutku.

"Tumben, kirain lo lupa."

"Ya enggaklaah. . . gue masih sayang rapot. Lagian kemaren kan lo ngingetin gue."

Sisy mengambil buku tulisku dan membukanya. Dia terkejut melihat tugasku.

"Ini elo yang gambar?" tanya Sisy tak percaya sambil menunjuk- nunjuk gambar bunga.

"Ya enggak lah.. kapan sih gue pernah bisa gambar?" sahutku.

Sisy ngiyem. "Hmm.. pantesan gambarnya bagus banget. Kalau bukan elo, siapa yang gambar?"

"Dikky."

"Iya?" pekik Sisy tak percaya (lagi).

"Ooh ... ternyata kaya gini Dikky kalau gambar. Bagus banget. Ini bunga mawar sama bunga sepatu, kan?" komentar Sisy.

"Ya, gitu deh."

"Biar gue tebak, pasti buat tugas ini elo pake bunga mawar merah pemberian Aldy. Iyakan?" celetuk Sisy seenaknya.

"Bukan, ini bunga mawar putih. Lagian, sebenarnya gue nggak terlalu suka mawar merah." Jawabku.

"Mawar putih? Emang Aldy pernah ngasih elo mawar putih? Setahu gue nggak pernah deh?"

"Emang enggak, ini bukan dari Aldy. Tapi dari Dikky."

"Beneran? Dikky ngasih lo bunga mawar putih?" Sisy (dan lagi) tak percaya.

"Iya. Napa sih lo? Biasa aja lagi." Kataku agak terganggu dengan pertanyaan Sisy.

Sisy tersenyum menggoda. "Waah . . . jangan-jangan mulai ada rasa niih!" Goda Sisy.

"Rasa apa? Rasa jeruk? Ngasih bunga itu bukan berarti suka. Dia ngasih gue bunga buat kepentingan tugas tahu. Lagian, mana mungkin

Dikky suka sama gue? Tiap ketemu aja gue jutekin terus."

Tiba-tiba kurasakan ponselku bergetar. Ada pesan masuk dari Dikky. Aku segera membukanya.

From : Dikky

Maaf ya, Kezia. Hari ini aku nggak bisa jemput kamu. Aku ada urusan mendadak. Hari ini kamu pulang naik angkot ya. Mungkin besok aku baru bisa jemput kamu lagi.

Aku memekik girang. Dikky tidak menjemputku hari ini?! Yess!! Hari kemerdekaan datang!

"Nape lo ketawa-tawa sendiri? Stres lo ya?" tegur Sisy.

"Iya kali." Sahutku sekenanya.

"Ada apa sih? Kayanya lo bahagia banget?" tanya Sisy penasaran.

"Soalnya hari ini Dikky nggak jemput guee. . .!" kataku girang.

"Dikky nggak jemput lo? Yaah.. nggak asik. Nggak bisa ketemu pangeran tampan dong." Gerutu Sisy.

Aku melirik Sisy sebal. "Aduh Sisy, lo kenapa sih? Lo suka sama Dikky? Elo tu salah jatuh cinta. Jatuh cinta kok sama cowok bangkotan yang super resek." Ujarku kesal. "Udahlah, lupain perasaan lo ke Dikky dan nggak usah lagi suka sama dia."

Sisy mengernyit menatapku. "Loh, bukannya elo nggak suka sama Dikky? Kok sekarang lo malah nggak rela gue suka sama dia? Lo cemburu ya?"

"Apa? Cemburu? Ya nggak laah. . . mana mungkin gue cemburu sama cowok super nyebelin itu? Gue kan udah punya pacar yang lebih pantes gue cemburuin." Kataku sombong.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang