Part 12

19 4 0
                                    

WHO IS HE ?

Siang ini aku benar-benar pergi ke mall. Aku ingin menenangkan diri sejenak. Paling-paling kalau nanti aku pulang Mama akan mengomel lagi gara-gara aku menolak untuk pulang bareng Dikky. Sisy tidak ikut ke mall.

Dia bilang dia harus mengantar adiknya les Bahasa Inggris. Sedangkan Aldy katanya ada urusan. Jadi aku pergi sendiri.

Tak banyak yang kulakukan di mall. Aku hanya mengunjungi toko buku dan membeli sebuah novel serta beberapa alat tulis. Setelah selesai belanja, aku langsung pulang.

Sesampainya di trotoar jalan dekat mall, aku membuka tasku, hendak mengambil uang untuk ongkos pulang. Betapa paniknya aku saat aku tak menemukan dompetku di tas. Aku terus mencarinya. Ku harap dompetku tidak hilang. Bisa gawat kalau sampai hilang.

Aku tertegun ketika mendapati ada sesuatu yang aneh pada tasku. Kulepas tasku dan mengeceknya. Kini aku tahu mengapa aku tak menemukan dompetku, rupanya tasku berlubang cukup besar. Dompetku pasti jatuh dan kini hilang entah kemana. Dan aku yakin benda itu takkan kembali padaku karena siapapun yang menemukannya tak mungkin mengembalikannya. Betapa sial nasibku. Kalau begini bagaimana aku akan pulang? Tak mungkin aku pulang jalan kaki. Jarak dari mall ke rumahku cukup jauh. Sekitar 4,5 km.

Sebuah ide melintas. Dompet hilang, bukan masalah. Setidaknya aku masih membawa ponsel yang kemarin baru saja kuisi pulsanya. Aku bisa menelpon Mama atau Papa untuk minta dijemput.

Ku keluarkan ponsel dari saku seragamku. Saat kusentuh, benda itu berbunyi. Ternyata baterenya lemah. Aku semakin panik sekaligus kesal. Kenapa baterai ponselku lemah disaat genting seperti ini? Meski tak yakin, aku mencoba menelpon. Mungkin saja aku masih bisa bicara sepatah atau dua patah kata.

Namun sayang, sebelum sempat tersambung ponselku mati. Habislah harapanku. Huh! Sepertinya aku memang harus pulang jalan kaki.

Baru beberapa langkah aku berjalan, kudengar suara deru motor di belakangku yang berhenti. Aku menoleh dan terkejut.

"Dikky?" ternyata orang itu Dikky.

"Ngapain elo disini?" tanyaku agak terkejut.

"Jemput kamu." Jawabnya singkat.

Aku terperangah. "Kok lo tahu gue ada disini? Lo ngikutin ya?" tuduhku.

Dikky tak menghiraukan pertanyaanku. "Mau pulang nggak?" tawarnya.

Sejenak aku ragu. Sebenarnya aku tidak mau pulang bareng Dikky, apalagi tadi aku menolaknya dengan sangat ketus. Tapi sekarang, aku tak punya pilihan. Aku tak bisa pulang kerumah selain bersamanya.

Aku mengangguk. "Iya deh."

Sepanjang perjalanan aku terus bertanya-tanya. Bagaimana mungkin Dikky tahu aku di mall itu? Pasti dia menguntitku sejak tadi. Walaupun Dikky tidak mengaku, tapi aku sangat yakin. Tak mungkin dia tahu keberadaanku jika dia tidak menguntitku. Tapi kenapa sejak tadi aku tidak menyadarinya ?

...............

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang