WHO IS HE ?
Sesampainya di rumah, aku membuka pintu dan tanpa permisi aku masuk. Tak ada siapapun di ruang tamu. Dengan langkah cepat, aku menuju kamar.
"Kezia!" panggil Mama.
Ku hentikan langkahku lalu berbalik seraya mendengus. "Apa, Ma?"
Sahutku.
"Pulang sama siapa kamu tadi?" tanya Mama.
Mama masih saja menanyaiku, seperti tak tahu saja Mama kalau aku pulang diantar Dikky. "Sama Dikky, Ma." Jawabku agak ketus.
"Bagus, mulai besok dan seterusnya kamu akan pulang sama dia. Mama udah bilang ke Dikky."
Kepalaku langsung panas begitu mendengar ultimatum terbaru Mama yang otoriter dan menjengkelkan itu. "Apa?!! Pulang bareng dia,
Ma?! Tiap hari?!" ujarku dengan nada tinggi.
"Iya." Mama mengiyakan.
"Mama kenapa sih? Kok segampang itu ngasih kepercayaan ke orang lain?" tanyaku marah.
"Dia itu calon menantu Mama."
Apa? Calon menantu? Yang benar saja?! Bukankah masih terlalu dini buatku untuk membicarakan hal itu? Aku masih sekolah, baru kelas 2 SMA!
"Nggak Ma! Aku nggak sudi!" Tolakku mentah-mentah.
"Kamu nggak boleh ngomong gitu Kezia!" bentak Mama.
"Kenapa? Aku emang nggak suka sama dia dari awal. Mama otoriter banget sih? Terlalu memaksakan kehendak." Protesku.
"Biarin, biar kamu aman. Emangnya selama ini Mama nggak tahu kamu pulang sama siapa? Kamu pulang sama cowokmu yang nggak jelas itu, kan?"
Walau diliputi amarah besar, aku terkejut juga. Darimana Mama tahu kalau setiap hari aku selalu pulang bersama Aldy?
"Dia bukan cowok nggak jelas, Ma!" Aku membela pacarku.
"Terserah! Mama nggak mau tahu! Pokoknya Mama nggak setuju kamu pacaran sama dia, nanti kamu ikut-ikutan nggak jelas juga."
Aku berdecak sebel, berlari ke kamar, dan membanting pintu. Ini benar - benar mimpi buruk! Aku tidak bisa membayangkan kalau setiap hari aku harus pulang sekolah bareng Dikky. Iih!! Nggak mauuuuu!!!!!!
Tapi untung Dikky hanya menjemputku sepulang sekolah saja. Kalau aku harus berangkat dan pulang bersamanya dia, lebih baik aku tidak usah masuk sekolah sekalian.
***
Aku memulai hari ini dengan lumayan buruk. Tidak ada setitik semangatpun dihatiku. Yang ada hanya malas, malas, dan malas. Apalagi mengingat ultimatum Mama kemarin yang mengharuskan aku pulang bersama Dikky. Berarti mulai hari ini aku tidak bisa kemana-mana lagi bersama Aldy? Sungguh menyebalkan.
Hidupku terasa seperti mimpi buruk semenjak Dikky datang. Pertama, dia mengacaukan hubunganku dengan Aldy yang selama ini baik-baik saja. Kedua, dia mencuci otak kedua orang tuaku dan membuatku harus berperang dengan Mama dan Papa setiap hari. Sekarang, aku harus pulang sekolah bersamanya. Ah, jangankan harus pulang sekolah bersamanya, melihat wajahnya saja aku sudah muak.
"Udah seterika wajah belum tadi pagi? Kok kusut banget sih?" tegur Sisy setibaku di kelas.
"Ah, udah ah Sy. Gue lagi males becanda." Tolakku.
Melihatku wajahku yang benar-benar terlihat suntuk, akhirnya Sisy menghentikan candaannya. "Lagi ada masalah?"
Aku mengangguk.
"Cerita dong, kali aja gue bisa bantu." Tawar Sisy.
"Mulai sekarang dan seterusnya, gue akan pulang di jemput cowok resek bernama Dikky."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
RomanceSemua salahku... Aku yang tak pernah mendengarkanmu...... Aku yang tak pernah mempercayaimu.. Penyesalanku datang saat ku kehilanganmu....