Part 3

54 5 0
                                    

LOVE OF MY LIFE

Tes kenaikan kelas telah usai. Seminggu setelah tes kenaikan kelas, pembagian rapot pun tiba. Aku dinyatakan naik ke kelas 2 jurusan IPA dengan rata-rata rapot 8,7. Orang tuaku bangga padaku. Sesuai perjanjian, jika aku berhasil mendapat nilai rata-rata diatas 8, mereka akan memberiku hadiah apapun yang ku minta. Namun aku tak menginginkan hadiah. Aku hanya ingin mereka mengizinkan aku pacaran. Hadiah apapun tak ada artinya jika dibandingkan dengan itu.

"Nilai rapotmu kan bagus, kamu mau minta hadiah apa?" tanya Papa ketika kami sarapan. Pertanyaan yang selalu keluar tiap sarapan.

Aku mengangakat bahu. "Belum tahu, Pa. Bingung."

"Loh, kok bingung? Kamu kan tinggal nyebutin mau apa? Lebih dari satu juga boleh."

"Oke, ijinin aku pacaran." Kataku mencoba. Walau aku tak yakin.

"Kalau yang satu itu tetap nggak boleh." Jawab Papa tegas.

Aku mendengus kesal. "Ya elah, Pa. Apa ruginya sih ngijinin aku pacaran? Papa kan nggak perlu mengeluarkan uang buat ngijinin aku pacaran. Aku janji deh nggak akan macam-macam." Bujukku.

"Ini bukan tentang uang. Papa tetap nggak akan ngijinin kamu pacaran. Kamu tahu kan, papa ingin yang terbaik buat kamu?" Kata Papa kekeuh.

"Iya, Pa. Aku tahu." Sahutku malas. Setelah itu aku tak lagi bicara dengan papa karena terlanjur bad mood.

***

"Aku pengen liburan sama Kakak di Semarang." Kataku setelah membuat keputusan.

"Liburan ke Semarang? Apa nggak ngerepotin?" Kata Mama.

"Ngerepotin gimana sih, Ma? Kakak kan cuma tinggal sama suaminya. Dia pasti seneng kok kalau aku dateng ke sana."

"Ya udah, kamu boleh liburan kesana." Sahut Papa.

Aku tersenyum puas.

"Tapi kamu berani nggak ke sana sendiri? Mama sama Papa sibuk, nggak bisa anter kamu."

"Berani laah.. cuma naik bis sekali doang trus naik taksi. Gampang, kan?"

"Tapi kamu bilang dulu sama Kakakmu." Kata Mama.

"Udah kok, Ma. Katanya Kak Evelyn bakal nyiapin kedatanganku."

Mama tertawa kecil. "Iya deh, mau berangkat kapan?"

"Besok ya."

***

Sesuai rencana, keesokan harinya aku berangkat ke Semarang. Aku berangkat pukul empat sore dengan menggunakan bus malam. Papa membelikan aku tiket bus eksekutif dan mengantarku sampai terminal. Aku dapat kursi nomor tiga dari depan. Papa membantuku menata barang bawaanku dan meletakkan tasku diatas. Setelah itu, Papa berpesan pada supir bus untuk mengawasiku sepanjang perjalanan.

"Hati-hati ya, Kezia. Ingat, jangan sampai ketinggalan bus kalau turun, jangan gampang percaya sama orang yang nggak di kenal, dan jangan jajan sembarangan. Kalau kamu lapar, Mama udah bawain bekal di tasmu." Nasehat Papa panjang lebar sebelum bus berangkat.

"Iya, Papa.." Jawabku.

Setelah semua penumpang sudah dipastikan lengkap, bus mulai bergerak meninggalkan terminal. Kulambaikan tanganku pada Papa melalui jendela di dekat pintu bus. Setelah Papa tak terlihat lagi, aku kembali ke kursiku. Ketika aku hampir sampai, ponselku jatuh dari saku celana jeansku. Dengan hati-hati aku membungkuk mengambil ponselku.

Sebelum aku sempat berdiri lagi, bus mengerem mendadak dan membuatku terhuyung. Ku pikir aku akan jatuh tersungkur. Namun ternyata tidak, saat seseorang mencekal kuat lenganku.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang