Part 6

39 2 0
                                    

THIS IS NOT THE END

Keesokan harinya, aku memenuhi janjiku pada pacarku. Pukul 09.00 aku menemuinya di sebuah lapangan penuh rumput, tempat biasa kami bertemu. Untuk bisa keluar, aku berbohong pada Mama dan Papa dengan mengatakan bahwa aku akan keluar bersama Sisy. Sebelumnya, aku menyuruh Sisy mengirim pesan untukku yang isinya mengajakku pergi keluar. Kemudian pesan dari Sisy aku tunjukkan kepada orang tuaku sehingga mereka percaya aku benar-benar pergi bersama Sisy, bukan bersama Aldy.

Aldy sudah menungguku. Aku melangkah menghampirinya dan menyentuh pundaknya. Aldy terlonjak kaget.

"Kezia, ngagetin aja." Ujar Aldy.

"Perasaan aku nggak ngagetin kamu deh." Sahutku.

"Iya, tapi kamu munculnya tiba-tiba sih."

"Iya deh, sorry.."

"Akhirnya kita bisa ketemuan kaya gini lagi. Kangen deh suasana kaya begini sama kamu." Kata Aldy.

"Aku juga,Al."

Semenjak kejadian di restoran ice cream itu, aku dan Aldy menjaga jarak. Kami hanya bertemu di sekolah, itupun kami jarang sekali mengobrol.

"Al, aku sekalian mau ngomong sesuatu sama kamu." Kataku pelan sambil memainkan ujung kaosku.

Aldy menoleh ke arahku.

"Tapi janji ya, jangan sampai yang aku omongin ini merubah hubungan kita. Aku tetap sayang kamu kok, Al." Lanjutku.

"Iya, sayang. Aku tahu. Aku janji." Kata Aldy.

Aku menghela nafas panjang kemudian bicara. "Aku . . . dijodohin orang tuaku, Al." Gumamku lirih.

Aldy terdiam. Sepertinya cowok itu syok. Reaksi Aldy membuatku salah tingkah. Aku tahu dia pantas marah mendengarnya. Tapi aku tidak mau hubunganku dengannya berakhir sekarang. Aku masih mencintainya.

"Al, kamu nggak marah kan sama aku? Hubungan kita nggak berubah kan? Kamu kan udah janji tadi. Aku masih sayang kamu kok,

Al. Beneran." Aku mengejar Aldy. Mencoba membuatnya bicara.

"Nggak ada yang berubah, aku masih sayang sama kamu. Nggak papa kok." Akhirnya Aldy bicara dan aku merasa sedikit lega.

"Nggak papa?! Berarti kamu rela dong aku dijodohin sama cowok lain?" Komplainku.

"Bukan begitu, Keziq. Tentu aja aku nggak rela kamu dijodohin sama cowok lain. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Nggak mungkin kan kamu jadi anak durhaka dan melawan orang tua kamu?"

"Kalau emang itu yang harus ku lakukan, aku akan melakukannya. Asal kita bisa bersama." Kataku lirih.

Aldy merangkul pundakku. "Nggak usah, Kezia. Aku nggak mau kamu jadi anak durhaka."

"Tapi kalau nggak gitu aku akan tetap dijodohin dan kita nggak bisa sama-sama lagi."

"Ingat, Kezia. Jodoh itu nggak akan kemana-mana. Kalau aku jodohmu, kita pasti bersatu." Aldy meyakinkanku.

Ucapan Aldy klise, tapi melegakanku. Dan aku harus percaya kalau memang kami jodoh, kami pasti akan bersatu apapun yang menghalangi kami.

***

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang