Part 4

59 6 0
                                    

LOVE OF MY LIFE

Pukul 07.30, bus yang ku tumpangi tiba di Semarang. Para penumpang bergegas turun dari bus, begitu pula diriku. Aku menunggu kakakku atau suaminya yang datang menjemputku seperti janjinya semalam. Tak lama kemudian, ponselku berdering, aku segera melihatnya. Ada pesan masuk dari kakakku.

From : Kak Evelyn

Sorry ya, Kezia. Gue nggak bisa jemput lo. Gue sama Mas Fajar lembur mendadak nih. Lo naik taksi aja ya.

Aku mendengus kesal. Uuh! Dasar Kakak! Seharusnya dia bilang sejak tadi kalau tidak bisa menjemputku sehingga aku tidak menunggu lama.

Akhirnya aku mencari taksi, walaupun aku tak tahu dimana pangkalan taksi berada. Aku tak pernah naik kendaraan umum di terminal Semarang. Alhasil aku hanya mengikuti kemanapun kakiku melangkah. Aku yakin pasti akan menemukan pangkalan taksi disini.

Sudah lebih dari setengah jam aku berkeliling terminal mencari pangkalan taksi. Dan entah sudah berapa kali aku melewati jalan yang sama. Aku tidak menemukan pangkalan taksi. Kaki dan pundakku sudah terasa pegal dan aku juga sudah lapar. Ku hentikan langkahku sejenak dan mengedarkan pandangan ke seluruh terminal.

Tapi aku bahkan tak melihat sebuah taksi. Yang benar saja, tak ada taksi di Semarang? Sungguh payah!

Kuusap keringatku dan menghela nafas panjang. Namun nafasku membuatku hampir tersedak saat tiba-tiba seseorang menyenggol pundakku ketika berjalan melewatiku. Aku tersentak kaget.

Kuperhatikan orang yang baru saja melewatiku sambil mengingat- ingat. Sepertinya aku mengenalinya. Dia laki-laki, tinggi besar, rambutnya hitam dan tebal, mengenakan jaket biru gelap. . ..

Oh ya! Aku baru ingat. Itu Dikky! Orang yang duduk di sebelahku waktu di bus. Mungkin aku bisa minta tolong padanya. Hanya dia satu- satunya orang yang ku kenal disekitar sini. Aku segera berteriak memanggilnya dan mengejarnya.

"Dikky!! Tunggu!!"

Dikky berhenti sejenak. Dia celingukan mencari suara yang memanggilnya.

"Dikky! Ini aku, Kezia!" ujarku lagi.

Akhirnya lelaki menoleh ke arahku.

"Ada apa?" tanyanya saat aku sudah berada di dekatnya.

"Pangkalan taksi dimana?" tanyaku.

Oh, kamu lagi nyari pangkalan taksi. Bareng aku aja. Kebetulan aku juga mau cari taksi."

Syukurlah. "Oke."

Aku mengikutinya berjalan. Sepanjang jalan mencari pangkalan taksi, kami mengobrol seputar kedatangan kami ke Semarang. Aku bercerita bahwa aku datang ke Semarang untuk berlibur. Sedangkan Dikky, rupanya dia ke Semarang untuk mengikuti wisuda sekolahnya dan mengambil ijazah. Kini aku tahu sedikit lebih jauh tentang Dikky. Dia bukan orang Jakarta, melainkan orang Semarang. Dia baru saja lulus SMA tahun ini dan berencana kuliah di Jakarta.

Obrolan kami membuat perjalanan tidak terasa. Kami sudah sampai di pangkalan taksi. Aku bahkan tak ingat bagaimana bisa sampai disini.

"Makasih ya udah ngantar aku." Kataku pada Dikky.

"Sama-sama." Sahutnya ramah.

"See you. . .. " Tambahnya sebelum masuk mobil.

"See you." Balasku lalu masuk mobil taksi yang lain. Kupikir setelah ini kami takkan pernah bertemu lagi. Kenapa dia mengucapkan see you? Bukankah seharusnya Goodbye?

***

Sesampainya rumah kakakku aku langsung mencari kunci rumah yang diletakkan di bawah karpet di depan pintu rumahnya. Setelah berhasil membuka pintu, aku langsung masuk. Rumah ini lengang, pasti Kak Evelyn dan Kak Fajar belum pulang kerja.

I'm Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang