[01] Langit dan Angkasa

24.6K 1K 30
                                    

Sekarang gue bisa lihat wajah manisnya dia lagi. Dia bukan gadis polos kayak yang pertama gue kenal dulu, sekarang dia adalah seorang perempuan cantik -
Langit Delano Ragathya
.
.

Pukul 8 malam Raga baru saja tiba di rumah. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya dengan dibanjiri skripsi dan menjadi salah satu mahasiswa yang aktif, bukan hal yang awam lagi jika laki-laki itu pulang malam.

Dengan langkahnya yang ringan Raga melangkah. Netra hitamnya memerhatikan puluhan potret yang berhasil ia abadikan di kameranya. Kamera itu sebenarnya pemberian kakaknya, saat laki-laki yang berusia satu tahun diatasnya itu tidak sengaja menjatuhkan kamera miliknya hingga rusak.

Raga menghentikan langkah ketika tiba di depan tangga. Laki-laki itu mengerutkan kening. Telinganya menangkap suara keras dari arah ruang santai. Yang membuatnya lebih heran lagi adalah suara tawa perempuan. Raga yakin betul itu bukan suara Mamanya ataupun Mbak Imel, ART-nya.

Berbekal rasa penasaran, laki-laki itu akhirnya berjalan memutar arah. Untung saja ruangan itu dekat dengan dapur. Jadi kalau ternyata perempuan itu adalah teman kakaknya, ia punya alibi buat ke dapur. Ngambil minum, haus, gitu.

"Dia kelihatan lucu banget nggak sih? Pipinya tembem gitu, gemes, jadi pengen gue cubit. Haha."

"Lo bakalan kaget kalau lihat dia yang sekarang. Gue aja gitu."

"Ini bukan, sih? Kok ganteng gini. Gila. Beda asli!"

"Lo bakalan lebih takjub pas lihat langsung."

Raga menatap dua orang yang sedang asik bercengkerama tanpa menyadari kehadirannya itu. Raga langsung berjalan ke depan hingga melewati Valen dan Ray. Seolah dirinya tidak melihat keberadaan mereka di sekitarnya. Omong-omong tadi sebenarnya mereka sedang melihat albun foto yang memang selalu disimpan di rak TV.

"Ga..."

Tapi tidak semudah itu, Raga lupa kalau Ray itu orangnya peka sama keadaan. Raga terpaksa berhenti tapi tidak berbalik menghadap Ray. "Apa?"

"Lo darimana aja. Jam segini baru pulang."

"Bukan urusan lo juga."

Raga berbalik. Tidak jadi ke dapur. Toh, bukan itu juga tujuan awalnya tadi. Inget, ini tuh cuma buat alibi aja.

Tanpa ada yang tahu, kedua tangan laki-laki itu mengepal. Setelah 13 tahun berlalu, akhirnya Raga kembali mendengar suara itu. Suara milik gadis yang saat itu ia temukan sedang menangis di bawah perosotan. Gadis bernama Valentina Maharani.

Seseorang yang sebentar lagi akan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

***

Raga melempar handuknya asal ke atas kasur. Setelah melempar handuk laki-laki itu kemudian melempar tubuhnya. Raga menghela napas. Matanya terhalangi oleh lengannya hingga sinar lampu di atasnya pun tidak ikutan masuk.

"Kok tadi dia ngelihatin guenya gitu banget ya? Kayak baru pertama kali lihat."

Padahal kan kita udah kenal lama. Apa mungkin dia udah lupa sama gue?

Raga menepuk jidatnya setelah sadar sesuatu. "Goblok banget kan ya, ya iyalah dia lupa. Orang udah tiga belas tahunan lebih."

RAGA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang