[13] Ray Punya Pacar

6.9K 511 15
                                    

Ray tersenyum ketika menemukan Raga di bangku kantin paling pojok bersama Valen. Adiknya itu sedang menyantap nasi goreng kesukaannya, sedangkan Valen cuma diam memerhatikan.

Ray menggeleng maklum. Semakin hari hubungan dua orang itu semakin baik. Sifat cuek Raga dan perhatian-perhatian kecil dari Valen, membuat mereka jadi terlihat manis.

Ray berjalan menghampiri mereka. Dia merangkul pundak Raga. Rasanya Raga hampir tersedak gara-gara terkejut ketika merasakan beban berat di pundaknya.

Raga menghempaskan lengan Ray keras. Dia memberi pelototan pada kakaknya itu. Kemudian melanjutkan makannya dengan muka keruh. Ray terkikik melihatnya, begitupun Valen.

Raga mendorong piring kosongnya. Valen dengan sigap menyodorkan obat dan air mineral untuk Raga. Valen mengusap keringan di dahi Raga, sekaligus memastikan kalau laki-laki itu tidak terserang demam lagi.

"Kalian jahat banget sih mesra-mesaraan di depan gue."

"Makanya punya pacar sana," Raga menjawabnya ketus.

Ray mendorong bahu Raga kesal. "Mentang-mentang yang udah official. Dunia berasa milik berdua yak kan."

"Bener. Dan lo mirip alien pengganggu dari planet lain."

"Sialan."

Valen terbahak mendengar obrolan kakak-adik yang unik itu. Mereka selalu saja bertengkar saat bertemu, tapi memang begitulah cara mereka menunjukkan kasih sayang.

"Berantem aja terus."

"Pacar lo duluan ini yang mulai."

Ray membela diri. Namun Raga tidak berniat untuk membalasnya. Laki-laki itu malah bangkit berdiri. Raga menarik Valen untuk mengikutinya.

"Ayo pergi."

"Heh?! Adik kurang ajar! Disamperin malah minggat!"

Raga menggedikkan bahunya acuh. Tetap berjalan dengan Valen yang cekikikan melihat nasib Ray.

"Lo iseng banget sih."

"Bodo. Habisan dia ganggu sih."

Valen menggeleng heran. Semakin hari kenapa Raga jadi semakin out of character, tapi Valen menyukai Raga yang seperti ini. Raga yang polos. Valen seperti sudah menemukan kembali Langitnya.

***

"Kampret nih si Raga."

Ray masih dongkol sama kelakuan Raga yang meninggalkannya tadi. Kalau bukan karena kelaparan dia sih mana mau tetap di sana.

Ray melahap makanannya. Untung saja siomay godok dan goreng yang diberi sambal kacang lalu ditabur bubuk cabai yang banyak itu mampu meredam kekesalannya. Kalau tidak, mungkin sampai rumah dia akan mencubit pipi Raga sampai merah. Meski Ray enggak yakin dia akan tega melakukannya.

Ray melirik ke sekelilingnya. Kantin sudah ramai, tidak se-sepi saat dia baru datang tadi. Rasanya dia malah jadi nelangsa.

"Boleh duduk sini? Meja lain udah penuh."

"Uhuk!"

Ray tersedak makanannya. Bubuk cabainya yang menggunung membuat tenggorokan Ray terasa panas, matanya sampai berair. Tersedak makanan pedas ternyata rasanya sakit.

"Eh, minum! Minum dulu."

Ray menerima es teh yang disodorkan ke arahnya. Setelah merasa lega dia menatap pada seseorang yang menjadi tersangka dia tersedak siomay. Untung saja dia berhasil menelan siomay itu, walaupun sekarang tenggorokannya sakit bukan main.

RAGA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang