[12] Sleep Well, Langitku

7.4K 535 8
                                    

Ray menghela napas saat tanpa sengaja melihat fotonya bersama Valen yang diambil beberapa minggu lalu ketika menghidupkan ponselnya. Meski sudah mencoba untuk ikhlas namun tetap saja rasa sesak menyelinap mengingat dia yang mungkin tidak akan sedekat dulu dengan Valen.

Karena sekarang sudah ada Raga yang menjadi sumber tawa dan senyum Valen.

Ray mengganti wallpaper lockscreennya dengan foto Levi Ackerman. Tokoh favoritnya di anime Shingeki no Kyojin. Itu adalah langkah awal buat Ray melenyapkan perasaannya terhadap Valen.

Ray mengintip dari jendela kamarnya. Raga dan Valen masih ada di sana. Entah apa saja yang mereka bicarakan. Namun Ray melihat gurat bahagia di wajah Raga. Ray menyukai rona wajah Raga yang seperti ini. Membuat dadanya seketika lega dan menghangat.

Tetapi Ray pun menyesali takdir yang membuat dirinya terlibat dalam kisah mereka berdua.

"Enggak. Gue baik-baik aja. Justru gue sekarang senang karena Raga bahagia."

Ray tersenyum. Kemudian dia memilih beranjak dari sana. Sudah cukup rasanya dia mengagumi yang seharusnya menjadi milik Raga.

Ray menyalakan laptopnya. Memang tidak apa-apa di sana, karena Ray juga jarang menggunakannya selain saat membuat skripsi. Tapi banyak kenangan yang tersimpan di sana.

Foto-fotonya bersama Raga yang dia ambil tanpa sepengetahuan adiknya. Ray sengaja menyimpannya di laptop, selain karena penyimpanannya lebih besar, dia rasa itu lebih aman dari jangkauan Raga.

Namun itu adalah cerita lama. Karena sekarang hubungan mereka telah baik-baik saja. Seperti adik-kakak pada umumnya.

Memang butuh waktu bertahun-tahun bagi Ray membuat Raga menerimanya. Tapi karena itulah dia merasa bangga. Bangga bisa membuat Raga menyayanginya dan bangga bisa menjadi kakak dari laki-laki hebat seperti Raga.

Ray tersenyum melihat tampang patungnya Raga. Laki-laki itu sangat manis. Ray sempat terdiam saat layar berganti dengan foto Raga bersama Valen. Entah kapan dia mengambil foto itu. Dia tidak ingat.

"Tenang aja. Jodoh enggak kemana kok. Gue bisa lhoo dapat yang lebih manis dari tuput lo, Ga." Ray terkekeh kemudian.

"Jangan sampe lo sakitin Valen, karena itu artinya lo sia-siain pengorbanan gue.

"Hah, gua udah kayak orang gila ngomong sama foto doang."

***

Utari memeluk Gio erat. Perempuan itu menenggalamkam wajahnya di bahu sang suami. Gio sendiri hanya dapat menghela napas berat mendengar isakan istrinya.

Gio meremas handphonenya. Baru saja Faris menghubungi, sahabatnya yang menjadi dokter pribadi putranya itu mengatakan tentang perkembangan penyakit Raga.

Bukan kabar baik yang dia terima. Kabar ini benar-benar menjatuhkannya pada jurang penyesalan.

Sesal karena terlalu sedikit memori yang dimilikinya tentang Raga.

Terlebih adalah rasa sesal karena dia membuang rasa sayangnya pada Raga setelah kematian Bumi. Gio yang saat itu kalut, dan dalam keadaan kacau paska tahu tentang kecelakaan yang dialami oleh dua putra kembarnya, merasa murka.

Begitu tiba di Indonesia, tanpa peduli dia sedang mengalami jetlag lantaran penerbangannya dari Sidney, Raga lah yang dia cari pertama kali.

RAGA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang